HEADLINE

Puisi Anak Lampung Barat Edisi Ke-2 (Februari 2016)


Kumpulan Puisi Anak Lampung Barat Edisi Ke-2 (Februari 2016)

LAMPUNG BARATKU SAYANG
KARYA WANTI OKDAVIA

Ketika kupandang bukit barisan
membentang
alamnya subur, rakyatnya makmur
hasil bumi berlimapah.
Oh, Lampung Baratku sayang, pernah kutinggal engkau
mengabdi di negeri orang
namun kini aku kembali.
Lampung Barat. Di sini aku lahir dan dibesarkan
akan selalu menjadi kenangan
tak akan kulupakan selamanya.

Pajar Bulan, 27 Pebruari 2016

RINDU YANG TAK BERTEPI
KARYA WANTI OKDAVIA

Entah mengapa aku selalu
ingat kamu
ada tetes kerinduan menghangatkan hati.
Walau aku belum tau siapa kamu
dan di mana alamatmu. Tetapi malam ini akan kusampaikan
ungkapan hati
bahwa aku rindu kamu.

Pajar Bulan Pebruari 2016

Tentang penulis:
WANTI OKDAVIA adalah gadis Lampung Barat yang tinggal di Jln. Lintas Liwa nomor 28 kelurahan Pajar Bulan Kec. Way tenong lampung barat. Selain menulis puisi dan bercita cita untuk menjadi penulis terkenal, Wanti Okdavia menggeluti dunia Wira Usaha sebagai pedagang sembako di rumahnya. Ia tergabung bersama teman-teman dari Lambar dalam Komunitas sastra Simalaba.


JIKA DIA BUKAN JODOHKU
KARYA AGUNG

Ya Allah, pudarkanlah keindahan wajahnya dari pandanganku
aku tak ingin mencintai orang yang salah
walaupun melupakan sangat menyakitkan, aku berusaha untuk sanggup
gugurkanlah satu persatu dengan perlahan semua kenangan yang senantiasa melekat erat
dalam ingatanku
karena jika semuanya terhapus
dalam waktu sekejap aku takut itu akan menyiksa diriku sendiri.

Jika dia bukan jodohku, ya Allah bantulah aku
untuk mencabut perasaan tak biasa ini dari hatiku
aku akan merasa bersalah
dan mengutuki diri jika dia yang kini bersemayam anggun di hatiku
bukanlah qawwamku
aku sadar itu tidaklah mudah karena akarnya terlanjur membumi
di hatiku
tapi demi keridhohanmu, apa yang tidak akan aku lakukan.
Jika dia bukan jodohku, kumohon, jangan hadirkan sosoknya
dalam mimpi mimpi malamku
karena itu membuatku semakin berandai andai dan lalai
dari mengingatmu.
Jika dia bukan jodohku, jauhkanlah, sejauh yang
aku butuhkan
untuk menjadikan namanya terdengar biasa saja
di pendengaranku
karena sungguh, atas perasaan ini aku tak mampu tenang
bila mendengar namanya.
Jika dia bukan jodohku, jauhkanlah, sejauh yang aku butuhkan
untuk menjadikan wajahnya terlihat biasa
karena sungguh atas perasaan ini hatiku tak bisa bergetar
wajar bila memandang wajahnya
dan satu lagi pintaku ya Allah.

Liwa, Pebruari 2016

Tentang penulis
AGUNG atau dengan nama akun fb nya AKR SANAK NGURA beralamat di Padang Dalom, Liwa Lampung Barat ia tertarik untuk belajar sastra dan bergabung dengan komunitas sastra Simalaba.


MALAM KUNTUM DALAM ANGAN
KARYA SAHHUDI YANTONO

Kau laksana mawar yang kuntum di taman
membuat setiap mata tak berkedip
memandangmu
indahmu membuat hati siapapun tak berdaya, namun sayang
sungguh sayang
kau adalah mawar di dalam taman
yang mungkin akan layu seiring jalannya waktu
Ranummu kan habis diterpa angin yang berdesir
wahai mawar yang di taman
iba aku memandangmu
tersayat aku menyaksikanmu
saat kumbang kumbang datang silih berganti menghampirimu
menghisap manisnya sari madumu
sesaat lalu ia pergi meninggalkanmu, membiarkanmu layu, tiada ranum lagi
Wahai, mawar yang ditaman, ingin rasanya aku memetikmu
kan kusimpan dikau di dalam bilik kamarku yang sederhana
dan tak kan pernah kubiarkan seekor kumbang lain menyentuhmu.
Namun sayang sungguh sayang
kau adalah mawar yang di taman sedang aku hanya kumbang jalanan
yang tiada berdaya.

Kebun Tebu, 27 Pebruari 2016

SENDIRI DALAM GELAP
KARYA SAHHUDI YANTONO

Masih terbayang semua kenangan indah
yang pernah mengisi sepinya hati ini. Senang sedih semua
silih berganti menari dalam ingatan
sungguh semuanya terlalu indah utuk dilupakan.
Oh, engkau wahai sang pujaan hati, ke mana kini harus kumencari
di mana rimbamu
mengapa engkau berlalu begitu saja
tanpa kata yang terucap
Betapa teganya dikau biarkan aku sendiri
dalam hening
tanpa setitikpun jejak jejak kebahagiaan
mungkinkah aku akan menemukanmu sedang aku dalam gelap.

Kebun Tebu, 26 Pebruari 2016

Tentang penulis:
Sahhudi Yantono atau YUDHI TEBOE tinggal di Kampung Ciptagara Pekon Tugumulya Kec. Kebun Tebu Lambar. Sehari hari lajang ini bekerja sebagai tenaga pengajar di SDN 01 Purawiwitan. Ia belajar sastra secara otodidak bersama teman-temannya dalam komunitas sastra Simalaba.



IBU
KARYA PENHY JAYANTY

Ibu, disaat aku berdiri di sajadah, aku teringat senyum
dan raut wajahmu
di saat aku bersujud menghadap kiblat aku teringat namamu.
di saat aku mencium sajadah, aku teringat jasa jasamu
di saat aku sebut namamu berlinang air mataku ibu.
Kau memang pahlawan dalam hidupku
kau adalah jiwa dalam ragaku, kau adalah sahabat yang selalu setia padaku
kau memang pembimbing di setiap langkahku.
Ibu, izinkan aku memelukmu walau hanya sekejap untukku
aku bahagia memilikimu sampai akhir khayatku
I Love You, ibu.

Liwa, 23 Pebruari 2016

PENHY JAYANTI tinggal di Padang Dalom, Liwa Lampung Barat. Gadis yang lahir 17 Pebruari 1993 ini menyukai dunia pertanian dan bercocok tanam. Ia tergabung bersama teman temannya dalam Komunitas Sastra Simalaba untuk terus belajar menulis karya sastra serta berniat untuk menghidupkan tradisi sastra di masyarakat Lambar.


RATAPAN HATI YANG PILU
KARYA YULYANI F

Denyut nadi sekeras gemuruh. Tangis jiwa yang sendu
bias cahaya redup hati yang pilu
buka asa buat semangat mengayun langkah.
Aku kelelahan selalu
dihadapkan dengan duri yang mengganggu
diragukan untuk jiwa yang pilu
aku benar benar telah melabuhkan harapan
menjangkau impian lalu.
Perlahan kutulis harapan
yang hampir punah dan layu dimakan waktu.
Tuhan, aku juga berhak untuk menikmati indahnya bunga
dan manisnya madu
mengisi kekosongan yang telah lama berlalu.

Way Mengaku, 23 Pebruari 2016

Tentang penulis:
YULYANI F atau AMOY YULY lahir di Way Mengaku pada 19 Juni 1987. Tinggal di Jln. Raden Intan Way Mengaku, Liwa Lampung Barat. Kegiatan sehari harinya sebagai ibu rumah tangga sambil berwira usaha, ia sempatkan untuk menulis puisi dan berinteraksi dengan teman temannya dalam komunitas sastra Simalaba


POHON KEMUNING
KARYA PAHLIPI FUTRA

Tertanam sebatang kemuning dariku
mungkin hanya penyejuk bagimu
kembang putih kecil berguguran pada rambutmu
kala kau berteduh
di balik usang yang memanggang
rindang dan wangi cukup jadi penghias di antara debu berhambur
dan terik membakar.
Dan aku tetap diam di relung tapakur
atau hanya tersenyum
pada telaga kenang bagimu. Atau aku hanya melukis
kelopak kembang
dan dedaun hijau pohon kemuning.

Liwa, Februari 2016

Tentang penulis:
Pahlipi Putra atau FUTRA BAHARI adalah pecinta puisi yang tinggal di Simpang Serdang, Kota Liwa. Pemuda kelahiran 13 November 1990 ini adalah alumni SMAN1 Kebun Tebu. Saat ini bekerja sebagai pegawai PDAM Limau Kunci Lambar, serta bergiat sebagai anggota Komunitas sastra Simalaba


CATATAN REDAKTUR
Semua puisi di atas adalah karya pemula. Tetapi kami sangat senang dan bangga sebab dengan ide yang kami bangun serta sebuah kerjasama antara Komunitas Sastra Simalaba dan media online Warta Lambar cukup mendapatkan respon yang positive dari masyarakat Lampung Barat. Meskipun puisi puisi di atas masih sebatas curahan isi hati dan belum termasuk kategori sastra tetapi setidaknya ini adalah sebuah awal yang baik untuk meweujudkan cita cita kami memasyarakatkan budaya menulis dan membaca di kalangan masyarakat Lambar. Dan, tidak menutup kemungkinan para calon calon penulis di atas ada yang kemudian bisa melenggang hingga ke pentas dunia. Terus lah berkarya cipta.

Tidak ada komentar