HEADLINE

SPBU Karangagung Kerap Ricuh

Waytenong, WL - Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Karangagung Kecamatan Waytenong Kabupaten Lampung Barat (Lambar), kerap terjadi keributan sesama pengecor premium. Petugas kurang profesional dan tidak berkoordinasi dengan pihak kepolisian saat Bahan Bakar Minyak (BBM) langka, membuat para pengecor bertindak arogan bahkan ada oknum yang memanfaatkan kelangkaan tersebut untuk menjadi calo BBM. Pengakuan beberapa pengecor keributan tersebut terjadi ulah petugas SPBU yang dianggap tidak adil dalam pembagian premium, sebab beberapa calo SPBU yang selalu standby di tempat tersebut memanfaatkan kelangkaan guna menjadi mata pencaharaian diduga dengan modus kongkalikong dengan petugas SPBU tersebut dan para calo menjual kepada para pengecor dan pemilik kios pengecer yang ada di dekat SPBU tersebut.

Dengan adanya dugaan tersebut dan menjadi penyebab kerap terjadi keributan membuat Ketua Lembaga Investigasi Tindak Pidana Korupsi Aparatur Negara (LITPK-AN) Cabang Lambar, Arhap, mengaku gerah. Sebab, keributan tersebut sudah beberapa kali terjadi dan Jum’at (21/10) terjadi keributan yang mengakibatkan SPBU tersebut sempat terhenti bebrapa saat, menurutnya keributan tersebut terjadi saat pengecor yang telah lama antri didahului seorang oknum calo, merasa tidak terima pengecor tersebut protes dan terjadi cekcok hingga terjadi keributan. “Jika petugas SPBU bekerja dengan profesional mungkin keributan tersebut tidak akan terjadi,” ucapnya kepada Warta Lambar, Minggu (23/10).

Masih kata Arhap, seharusnya pada saat terjadi kelangkaan BBM petugas SPBU berkordinasi dengan pihak kepolisian sehingga keributan dan dugaan SPBU dikusai preman bisa dihindari, sehingga kenyaman konsumen bisa tetap terjaga, terlebih kelangkaan tersebut membuat pemilik kios pengecer harus menjual dengan harga yang cukup tinggi yang jelas merugikan masyarakat. Hal tersebut bukan tanpa alasan sebab, beberapa waktu lalu seorang pengecer bernama Yanti mengaku jika dirinya memanfaatkan jasa calo untuk mendapatkan BBM sebab saat antrean di SPBU tersebut cukup sulit ulah para calo yang sengaja datang dengan membawa jerigen banyak setelah mendapatkan premium pergi dan hanya berselang beberapa saat kembali lagi. “Hingga saat ini menjadi perntanyaan saya, apakah ada kerjasama petugas SPBU apakah memang petugas kurang cermat memperhatikan pengecor,” tambahnya.

Yanti berharap instansi terkait untuk tanggap dengan adanya dugaan tersebut, sebab SPBU itu dikuasai preman memang sudah berlangsung lama se hingga dikhawatirkan masyarakat banyak akan dirugikan karena para calo tersebut menjual premium kepada kios pengecer dengan harga yang cukup tinggi. “Bayangkan saja, di sebelah SPBU premium dijual dengan harga Rp6.500/liter-Rp7.000/liter, itu disebabkan pemilik kios membeli dari jasa calo sebesar Rp5.800/liter,”tutupnya. (nop)

Senin, 24 Oktober 2011

Tidak ada komentar