ARI: Abaikan Kualitas Kejar Kuwantitas
Belalau, WL - Beberapa rekanan pembangunan satu paket bersumber dana Anggaran Pembelanjaan Belanja Negara (APBN) senilai Rp50 miliar lebih di titik Sekincau-Belalau Kabupaten Lampung Barat (Lambar) diakui mengejar kuantitas dan mengenyampingkan mutu atau kualitas.
Pembangunan, yakni pelebaran jalan dan pelapisan aspal dua lapis sepanjang 14Km, pembangunan drainase, dan talud. Namun setiap pengerjaannya pihak rekanan hanya mengejar kuantitas hingga anggaran tercukupi dan terkadang mengenyampingkan kualitas.
Seperti pembangunan talud di Pekon Kenali Belalau yang hancur, padahal belum genap satu bulan. Itu diduga pengerjaan yang asal-asalan. Kemudian ditemukan pembangunan drainase di Pekon Batukebayan Batuketulis, pemasangan batu belah saat pembangunan drainase hanya setebal bungkus rokok hingga dikhawatirkan seluruh pembangunan bersumber dana APBN tersebut tidak bertahan lama, terlebih pelebaran dan pelapisan badan jalan di Pekon Bakhu Batuketulis lebih dari 20M telah ambrol diduga kurangnya pengerasan saat penambahan badan jalan.
Dikonfirmasi Minggu (21/10), Ari Patoni pengawas lapangan pekerjaan tersebut mengaku, jika setiap pekerjaan pihaknya mengejar kuantitas agar target terpenuhi, dan untuk kualitas pihaknya sendiri tidak bisa menjamin namun biaya perawatan selama satu tahun telah dipersiapkan jika ada pembangunan yang hancur dalam masa perawatan tersebut.
Jika dalam pengerjaannya rekanan hanya mengejar kuantitas dan mengenyampingkan kualitas yang akan terjadi adalah kerugian bagi masyarakat dan dampak negatif dari salah satu pembangunan tersebut. Masyarakat cukup bersyukur dengan adanya pembangunan namun jika pembangunan asal jadi seperti pembangunan talut di Pekon Kenali hingga menyebabkan areal persawahan tertimbun material reruntuhan longsor talut dimaksud padahal sebelumnya pihak pemilik tanah siap untuk menghibahkan sebagian tanahnya untuk memaksimalkan pembangunan dimaksud.
Terkait hal tersebut pihak rekanan mengaku telah mengikuti acuan yang ada dengan membangun talud yang berdiri tegak hingga menyebabkan kondisi tanah yang labil membuat pembangunan tersebut hancur hanya berselang beberapa minggu. Hancurnya pembangunan tersebut Ari Patoni mengaku disebabkan karena faktor alam, tidak adanya drainase sedangkan air saat turun hujan mengarah kepada pembangunan tersebut.
“Dititik tersebut gorong-gorong lama mampet dan menyebabkan air saat hujan meluap hingga ke talut tersebut hingga menyebabkan longsor dan setelah kami perhatikan dengan cermat, kami memutuskan untuk perubahan desain untuk penambahan 1M pada bagian bawah talud dengan harapan tidak curam seperti saat ini,” tutupnya. (nop)
Senin, 24 Oktober 2011
Pembangunan, yakni pelebaran jalan dan pelapisan aspal dua lapis sepanjang 14Km, pembangunan drainase, dan talud. Namun setiap pengerjaannya pihak rekanan hanya mengejar kuantitas hingga anggaran tercukupi dan terkadang mengenyampingkan kualitas.
Seperti pembangunan talud di Pekon Kenali Belalau yang hancur, padahal belum genap satu bulan. Itu diduga pengerjaan yang asal-asalan. Kemudian ditemukan pembangunan drainase di Pekon Batukebayan Batuketulis, pemasangan batu belah saat pembangunan drainase hanya setebal bungkus rokok hingga dikhawatirkan seluruh pembangunan bersumber dana APBN tersebut tidak bertahan lama, terlebih pelebaran dan pelapisan badan jalan di Pekon Bakhu Batuketulis lebih dari 20M telah ambrol diduga kurangnya pengerasan saat penambahan badan jalan.
Dikonfirmasi Minggu (21/10), Ari Patoni pengawas lapangan pekerjaan tersebut mengaku, jika setiap pekerjaan pihaknya mengejar kuantitas agar target terpenuhi, dan untuk kualitas pihaknya sendiri tidak bisa menjamin namun biaya perawatan selama satu tahun telah dipersiapkan jika ada pembangunan yang hancur dalam masa perawatan tersebut.
Jika dalam pengerjaannya rekanan hanya mengejar kuantitas dan mengenyampingkan kualitas yang akan terjadi adalah kerugian bagi masyarakat dan dampak negatif dari salah satu pembangunan tersebut. Masyarakat cukup bersyukur dengan adanya pembangunan namun jika pembangunan asal jadi seperti pembangunan talut di Pekon Kenali hingga menyebabkan areal persawahan tertimbun material reruntuhan longsor talut dimaksud padahal sebelumnya pihak pemilik tanah siap untuk menghibahkan sebagian tanahnya untuk memaksimalkan pembangunan dimaksud.
Terkait hal tersebut pihak rekanan mengaku telah mengikuti acuan yang ada dengan membangun talud yang berdiri tegak hingga menyebabkan kondisi tanah yang labil membuat pembangunan tersebut hancur hanya berselang beberapa minggu. Hancurnya pembangunan tersebut Ari Patoni mengaku disebabkan karena faktor alam, tidak adanya drainase sedangkan air saat turun hujan mengarah kepada pembangunan tersebut.
“Dititik tersebut gorong-gorong lama mampet dan menyebabkan air saat hujan meluap hingga ke talut tersebut hingga menyebabkan longsor dan setelah kami perhatikan dengan cermat, kami memutuskan untuk perubahan desain untuk penambahan 1M pada bagian bawah talud dengan harapan tidak curam seperti saat ini,” tutupnya. (nop)
Senin, 24 Oktober 2011
Tidak ada komentar