Warga Keluhkan Jalan Tanah
Waytenong, WL - 12 Juli 2011
Jalur penghubung Pekon Mutaralam-Srimenanti Kecamatan Waytenong Kabupaten Lampug Barat (Lambar) hingga kini masih berupa tanah merah. Akibatnya jalur itu sulit dilalui kendaraan roda empat (R4) dan kendaraan roda dua (R2) kala turun hujan.
Pantauan wartawan koran ini, jalur tersebut menjadi peghubung juga menjadi satu-satunya jalan warga setempat menuju jalan raya. Jalur penghubung tersebut dianggap penting sebab banyak siswa SMA dan siswa SMP dari dua pekon tersebut sekolah di beberapa sekolah di Waytenong.
Jalur tersebut tidak bisa dilalui saat turun hujan sebab kondisi jalan yang masih berupa tanah membuat sulit melintasi jalur tersebut dengan R4-R2. Peratin Srimenanti, Karsono, kepada Warta Lambar, Selasa (12/7), mengaku dirinya prihatin dengan kondisi jalan tersebut. Terlebih banyak pelajar dari pekon yang harus mengejar waktu. Tetapi jalan tidak memungkinkan.
Karsono menambahkan, akibat jalan masih berupa tanah banyak pelajar dan warga dari pekon tersebut megurungkan niatnya keluar menuju jalan raya. “Saya berharap pihak terkait memikirkan keluhan warganya, terlebih jalur tersebut menghubungkan pekon tersebut dan lebih dari 700 orang melintasi jalur itu setiap hari,” pungkasnya. (nop)
Jalur penghubung Pekon Mutaralam-Srimenanti Kecamatan Waytenong Kabupaten Lampug Barat (Lambar) hingga kini masih berupa tanah merah. Akibatnya jalur itu sulit dilalui kendaraan roda empat (R4) dan kendaraan roda dua (R2) kala turun hujan.
Pantauan wartawan koran ini, jalur tersebut menjadi peghubung juga menjadi satu-satunya jalan warga setempat menuju jalan raya. Jalur penghubung tersebut dianggap penting sebab banyak siswa SMA dan siswa SMP dari dua pekon tersebut sekolah di beberapa sekolah di Waytenong.
Jalur tersebut tidak bisa dilalui saat turun hujan sebab kondisi jalan yang masih berupa tanah membuat sulit melintasi jalur tersebut dengan R4-R2. Peratin Srimenanti, Karsono, kepada Warta Lambar, Selasa (12/7), mengaku dirinya prihatin dengan kondisi jalan tersebut. Terlebih banyak pelajar dari pekon yang harus mengejar waktu. Tetapi jalan tidak memungkinkan.
Karsono menambahkan, akibat jalan masih berupa tanah banyak pelajar dan warga dari pekon tersebut megurungkan niatnya keluar menuju jalan raya. “Saya berharap pihak terkait memikirkan keluhan warganya, terlebih jalur tersebut menghubungkan pekon tersebut dan lebih dari 700 orang melintasi jalur itu setiap hari,” pungkasnya. (nop)
Tidak ada komentar