HEADLINE

Tingkatkan Pendidikan Nonformal Selama Romadlon



Sekincau, WL - 10 Agustus 2011

Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Iman yang berada di bawah naungan Yayasan Nurul Iman diketuai Agung Satriono, SE, memiliki beberapa tingkatan pendidikan, seperti TK, MI (Madrasah Ibtida’iyah), MTs (Madrasah Tsanawiyah), MA (Madrasah Aliyah), serta ponpes.

Lembaga pendidikan yang memiliki 750 santri serta 17 pendidik tersebut, berada di Kelurahan Sekincau Kecamatan Sekincau Kabupaten Lampung Barat (Lambar).

Selain pelajaran formal di sekolah pada siang hari, selama bulan romadlon ini, lembaga pendidikan tersebut lebih meningkatkan pelajaran nonformal, yang mana pada hari-hari biasa selain bulan romadlon pelajaran-pelajaran tersebut hanya dilakukan pada malam hari.

Pelajaran-pelajaran yang lebih ditingkatkan seperti pengajian kitab kuning, pemahaman Al Quran, dan hukum Islam (Fiqih) khususnya bagi santri yang menetap di pesantren. Pasalnya pelajar terdapat dua bagian, yaitu pelajar yang hanya mengikuti pelajaran formal pada siang hari dan pelajar yang menetap di pesantren (nyantri).

Pelajaran yang ditingkatkan dalam bulan romadlon, adalah pengajian kitab sesuai tingkatan, seperti kelas sifir (tingkat SD/MI) dan tingkat awaliyah dan wustho, (MTs dan Aliyah ). Untuk tingkat sifir, meningkatkan pelajaran tentang tatabaca serta makna kitab suci Al Qur’an agar para santri dapat membaca dan memahaminya dengan baik.

Selain itu kitab safinatunnaja yang menerangkan hukum-hukum dasar Islam dilakukan pada sore hari menjelang buka puasa dan pada malam hari setelah solat tarawih. Sementara untuk tingkat awaliyah dan wustho, meningkatkan pelajaran kitab kuning seperti, kitab Durotunnasihin, yang menerangkan sejarah para aulia pada saat menyebarkan agama Alloh dan kitab Muktarulahadist yang menerangkan hadist-hadist nabi.

Para santri juga belajar memecahkan masalah tentang hukum Islam melalui kitab Fathulqorib, yang juga dilakukan pada sore dan malam hari. Hal tersebut dijelaskan pimpinan ponpes Ustadz Mahmudi, S.Pd.I, Selasa (9/8). Menurut Mahmudi, kegiatan tersebut dibina langsung pengelola ponpes, di antaranya pengasuh ponpes Kyai Nurkholisuddin, pimpinan ponpes ustadz Mahmudi, ustadz Muhadi dan ustadz-ustadzah lainnya.

Masih kata Mahmudi, dalam pesantren para santri juga pernah diberi pelajaran tentang tatacara berwira-usaha, seperti membuat usaha pembuatan paving blok, berternak, dan bertani. Hal tersebut dilakukan untuk bekal para santri dalam kehidupan yang akan datang.

Pimpinan pesantren itu berharap para santri yang pernah menempuh pendidikan di pesantren tersebut, dapat memanfaatkan ilmunya pada saat terjun ke masyarakat.

Dia juga berharap, para alumni pesantren tersebut, untuk selalu ingat Sang Khaliq dan selalu menjalankan perintah serta menjauhi semua larangan-Nya. “Jangan pernah meninggalkan solat khususnya yang lima waktu,” pungkasnya. (san)

Tidak ada komentar