HEADLINE

Selain Duren, Ada Juga Cengkih

Bengkunat, WL - 04 Juli 2011

Krui adalah salah satu wilayah eks kewedanaan di Bengkulu yang kemudian masuk ke Lampung tahun 1960-an, kini masuk wilayah Kabupaten Lampung Barat (Lambar). Wilayah ini melingkupi hamparan daratan pesisir, mulai dari ujung Belimbing di Kecamatan Belimbingbengkunat hingga ke ujung Lemong di Kecamatan Lemong. Konon wilayah Krui lebih dari itu.

Nama Krui sebetulnya pernah melambung di era tahun 70-an karena tanaman cengkihnya. Sebagian besar masyarakat Krui adalah petani cengkih. Saat itu harga bunga cengkih kering mencapai angka Rp12.500 ribu/kilogram (Kg) dengan kurs Dollar Amerika kurang dari Rp2.000. Sehingga tidak heran kalau kehidupan masyarakatnya tergolong makmur.

Kini, nama besar tersebut diupayakan dipulihkan kembali atau direhabilitasi. Pemerintah kabupaten (Pemkab) setempatpun telah pula memrogramkan pemberian bantuan bibit setiap tahun. Banyak tanaman cengkih pengganti yang mulai berbuah, utamanya di sekitar Pulau Pisang, Pugung, Krui, dn Bengkunat. Bibit cengkih yang ditanam 7-8 tahun lalu, kini mulai perdana.

Petanipun mulai bisa menikmati manisnya bertanam pohon yang berbunga rempah tersebut. Sayangnya harga komoditas itu cenderung berpluktuatif. Meski begitu tak berarti mematahkan semangat petani yang terus menekuni menanam cengkih. Puluhan hektare areal tanaman baru dibuka kembali. Sebetulnya lebih tepat direhabilitasi. Sebab sebelumnya memang merupakan eks areal tanaman penghasil bahan baku campuran pembuatan rokok tersebut.

Punahnya tanaman cengkih di daratan Krui awal 80-an akibat terserang penyakit cacar dan pembusukan batang. Saat itu, tidak banyak yang menyiasatinya dengan menanamnya kembali. Petani kebanyakan tidak tahu apa yang harus dilakukan menghadapi suasana seperti itu. Lahan ditinggalkan terlantar menghutan dan tidak produktif.

Nazri, satu dari sekian banyak warga Krui yang mempunyai pemikiran maju tentang tanaman tersebut. Dia berinisiatif menanam kembali lahannya dengan tanaman cengkih. Bukan itu saja, beberapa bidang lahan warga tetangganya juga dibelinya dan ditanami cengkih.

Alhasil, dalam waktu singkat, dia memiliki banyak lahan yang ditanaminya cengkih. Kini, dia pun bisa menikmati jerih payahnya bertanam cengkih karena mulai berbunga. “Kalau dibiarkan jadi hutan, banyak sekali kerugiannya. Selain tidak menghasilkan, juga berpotensi menjadi sarang hama babi,” kata Nazri, Senin (4/7).

Pengalaman Nazri sejak delapan tahun terakhir bertanam cengkih dan mulai manampakkan hasilnya, dia pun menganjurkan petani menggelutinya kembali. Sebab, pola penanamannya tidak terlalu sulit, bisa sambilan asal diteduhi pohon pelindung.

Lain halnya ketika pohon-pohon tersebut telah berusia di atas lima tahun dan atau telah berbunga, sistem penyiangannya pun harus teratur. “Kalau sudah berbunga, areal tanaman cengkih harus bersih, tidak boleh ada rumput. Sebaiknya di sekitar lajur-lajurnya juga ditanami tanaman tahunan lainnya, seperti damar,” imbuhnya mengakhiri. (aga)

Tidak ada komentar