Proyek Pelebaran tak Sesuai Standar PU
Waytenong, WL
Di beberapa titik proyek pelebaran jalan nansional jalur Sumberjaya-Liwa tepatnya di Kecamatan Waytenong Kabupaten Lampung Barat (Lambar) dengan panjang 7,5Km dinilai warga setempat acakadut alias amburadul. Pasalnya, dari 7,5Km yang melintasi kecamatan tersebut terkesan asal jadi tanpa disesuaikan dengan standar Pekerjaan Umum (PU).
Lebih dari itu dari volume galian yang diharuskan kedalamannya 40Cm banyak ditemukan hanya berkedalaman hanya 35Cm, serta lebar untuk pelebaran jalan tersebut semestinya 120Cm faktanya hanya 110Cm. Kejanggalan lain, pengerjaan itu pihak rekanan yang mengelola proyek tersebut tidak ingin diketahui
alamat dan nama cv yang mengelolanya alih-alih ada papan nama sebagai identitas proyek dimaksud.
Saidul, warga setempat, kepada “Warta Lambar,” Minggu (5/9), mengaku jengkel kepada pihak rekanan yang mengelola proyek tersebut dirinya menilai pengelolaan proyek tersebut mengenyampingkan mutu hanya untuk meraih keuntungan yang besar. Lanjut dia, bayak pekerja harian yang ikut dalam proyek tersebut mengeluh akibat upah yang tak kunjung dibayar.
Masih kata dia, warga setempat sangat sangat mengharapkan konsultan untuk lebih serius dalam pekerjaannya agar masyarakat tidak dirugikan dengan hasil yang tidak memuaskan. Lanjutnya, selain konsultan masyarakat juga berperan penting. “Untuk mengawasi proyek tersebut jika menemukan kejanggalan segeralah melaporkan kepada instansi terkait untuk diambil tindakan,” pungkas Saidul. “(nop)”
Di beberapa titik proyek pelebaran jalan nansional jalur Sumberjaya-Liwa tepatnya di Kecamatan Waytenong Kabupaten Lampung Barat (Lambar) dengan panjang 7,5Km dinilai warga setempat acakadut alias amburadul. Pasalnya, dari 7,5Km yang melintasi kecamatan tersebut terkesan asal jadi tanpa disesuaikan dengan standar Pekerjaan Umum (PU).
Lebih dari itu dari volume galian yang diharuskan kedalamannya 40Cm banyak ditemukan hanya berkedalaman hanya 35Cm, serta lebar untuk pelebaran jalan tersebut semestinya 120Cm faktanya hanya 110Cm. Kejanggalan lain, pengerjaan itu pihak rekanan yang mengelola proyek tersebut tidak ingin diketahui
alamat dan nama cv yang mengelolanya alih-alih ada papan nama sebagai identitas proyek dimaksud.
Saidul, warga setempat, kepada “Warta Lambar,” Minggu (5/9), mengaku jengkel kepada pihak rekanan yang mengelola proyek tersebut dirinya menilai pengelolaan proyek tersebut mengenyampingkan mutu hanya untuk meraih keuntungan yang besar. Lanjut dia, bayak pekerja harian yang ikut dalam proyek tersebut mengeluh akibat upah yang tak kunjung dibayar.
Masih kata dia, warga setempat sangat sangat mengharapkan konsultan untuk lebih serius dalam pekerjaannya agar masyarakat tidak dirugikan dengan hasil yang tidak memuaskan. Lanjutnya, selain konsultan masyarakat juga berperan penting. “Untuk mengawasi proyek tersebut jika menemukan kejanggalan segeralah melaporkan kepada instansi terkait untuk diambil tindakan,” pungkas Saidul. “(nop)”
Tidak ada komentar