HEADLINE

Semarak Puisi Malam Minggu (Edisi Ke-47)

DARI REDAKSI
Kirimkan puisimu minimal 5 judul dilengkapi dengan biodata diri dan foto bebas ke e-mail: riduanhamsyah@gmail.com. Puisi, biodata, foto bebas dalam satu file. Tidak boleh terpisah. Pada subjek e-mail ditulis SEMARAK PUISI MALAM MINGGU_edisi ke-48 (malam minggu selanjutnya)


Terhitung mulai Bulan Januari 2017 setiap puisi yang dimuat Warta Lambar akan kami rangkum dan kami terbitkan menjadi buku antologi puisi bersama dalam setiap triwulan, maka dalam setahun kami akan menerbitkan 4 buku. Selanjutnya buku-buku ini berhak dimiliki oleh setiap penulis dan pembaca Warta Lambar di manapun berada sebagai bukti dokumentasi karya serta penghargaan kami yang sangat tinggi kepada para penulis agar karya-karyanya terkemas dengan baik. (Salam kreatife)


SEMARAK PUISI MALAM MINGGU (Edisi Ke-47)
(Setiap karya layak untuk dihargai, diberikan wadah, baik ia yang pemula maupun ia telah lama berkiprah).


PUISI PUISI TONI AL MUNAWWAR

MALAM KELABU

Kala malam kelabu
Hati menjadi sunyi
Merindukan seorang insan
Berdagu seputih susu
Adakah ia diantara bintang-bintang?

Depok, 09 Januari 2017

RUMPUT ILALANG

Rumput ilalang
Bergoyang penuh riang
Tak terpancar setitik kesedihan di raut wajahnya
Meski terkadang ia tertindas dan terinjak-injak
Ia tetap tabah di tengah keramaian

Depok, 09 Januari 2017

SEPERTI WAYANG

Hidup seperti wayang
Penuh kepalsuan dan sandiwara
Banyak orang saling sumpah serapah
Banyak lawan bukan kawan
Meski kita bersaudara

Depok, 09 Januari 2017

GEMERICIK AIR

Gemericik air teredengar indah
Melelehkan amarah di dada
Kecipak air membasahi jiwa
Yang kering kerontang
Akibat kemarau panjang

Depok, 09 Januari 2017

BENIH LUKA

Kau tanamkan benih luka di hatiku
Membuat dada ini terasa ngilu
Sungguh, tersiksa batin ini
Kala kutahu luka ini kian menganga
Merobek menyayat hati yang gundah

Depok, 09 Januari 2017

Tentang Penulis:

Toni Al-Munawwar merupakan nama pena dari Sultoni Solikhon. Merupakan putra sulung dari tiga bersaudara. Ia menamatkan pendidikannya di MI. Tarbiyatusshibyan, MTs. Tarbiyatusshibyan, juga MA. Nasy'atul Khair. Ia juga merupakan lulusan terbaik dari MA. Nasy'atul Khair. Pria yang lebih akrab disapa Toni ini sejak kecil memang suka membaca. Selain membaca, ia juga menyukai desain grafis dan animasi. Pria kelahiran Bogor 21 November ini, menyukai dunia menulis sejak tahun 2013 silam. Berawal, dari blog pribadinya ia mulai menekuni debut pertamanya di dunia tulis-menulis. Ia berharap dapat memberikan motivasi, inspirasi, serta manfaat kepada masyarakat luas melaui tulisan.



PUISI PUISI PAHLEPI PUTRA

KUPU-KUPU DARI TEPI

Jauh benar ia melayang,
dari sudut tepi dan kosong.
Mencari taman seribu bunga
Hinggap sebentar lalu bernyanyi
Kupu-kupu masih di tepi.
Ketika sampai di balai kota berbunga
Hari sudah senja.

Kebun Tebu, 10 januari 2017


KAU YANG AKAN DATANG

Di bawah tebaran gamerlap bintang
Kau datang...
Dengan dentam kaki mengguncang
Tembangkan nyanyian rindu
Diantara pohonan bergoyang

Kebun Tebu, 10 Januari 2017


SUNGAI YANG SAMPAI

Mengalir anak sungai di hulu jauh
semak belukar dan duri-duri,
menjadi jalanan panjang dan berbatu.
Telah sampai dimuka hati
Dan berkali membasuh debu di sudut dahi.
Adakah kau dapati sekilas senyum di pinggir bibir?
Tentang kecipak air.

Kebun Tebu, 10 Januari 2017


LARUT MALAM

Malam ini sudah mulai larut,
ramai tadi sudah mulai beranjak seirama senyum terkatup dalam-dalam.
Dan aku masih mencari tempat bermain dalam diri.
Sudahlah...
Biar kututup saja pintu kamar ini, 
hingga esok kutemui bayangan kemarin.

Kebun Tebu, 01 Januari 2017


RUMAH IBU

Biarkan kukecup keningmu
sekedar melunasi rindu 
pada rahim yang melahirkan 
sebutir biji hujan diantara badai.
Atau sebercak embun
kudapati
dari kaca jendela rumah ibu.

Lampung Barat, 22 Desember 2016


SURAT CINTA

Belum lagi kubuka mata
Telah ku temui warna pelangi
Memantul di dahi
Merayuku agar kembali.

Kembali kurapihkan kata - kata
Tertulis pada kelopak bunga
Berharap angin membawa rona
Ditujukan padamu...
Yang teramat jelita

Kebun Tebu, 11 Januari 2017

Tentang Penulis: Palepi Putra, bekerja sebagai petugas PDAM di cabang Kebun Tebu, Lampung Barat. Sejumlah karyanya telah dipublikasikan di media online.


PUISI PUISI KARYA ADI NURYADI

SILUET WAJAH

Saat Rembulan beranjak dari peraduan
Di sudut dermaga tua kota kecilku
Kuhadirkan siluet wajahmu
Bersama deru ombak dan derak suara perahu yang beradu
Kucipta garis wajamu
Di hamparan putih
Buih ombak yang melaju
Wahai Malam dan Rembulan kutitipkan sebuah syair kerinduan

Lambar, Januari 2017

Tentang Penulis: Adi Nuryadi, bekerja sebagai pegawai di Puskesmas Sumberjaya, Lambar. Ia tinggal di Pasarebo, Kebun Tebu dan dikenal oleh masyarakat dengan panggilan pak mantri Adi.


PUISI PUISI ABI N BAYAN

HARAPAN DI ANTARA BIJI DOA

Adalah mamaku, berkhias di atas subuh yang teduh, di tengah linangan air mata, bertemankan sepenggal sajadah. 

Dalam setiap tusukan doa yang melirih, kami hidup di dalamnya, bersama pintalan-pintalan harapan yang Ia titip, itu perantara jalan kami ke langit.

Tetapinya, aku belum bisa membalas apa-apa, selain sebait puisi yang kutulis, untuk membukukan namanya di setiap batas masa.

Ternate, 11 Januari 2017


NAPAS PUISI

Merindumu adalah sebuah keharusan yang tak bisa ditawar-tawar, sebab engkau, adalah puisi terindah yang pernah kulabuhkan di dermaga lautku.

Engkaulah puisi yang tak pernah mati, walau cinta hanya sebuah kemungkinan, yang patah dihantam sayap-sayap waktu. 

Jika kehidupan hanya sebuah relativitas, maka engkaulah sebuah keabsolutan, takkan usai ditelan Januari.

Ternate, 11 Januari 2017


AKSARA INDONESIA

Di bawah punggung Gamalama, kutitip rindu kepada angin, duhai titian yang mulia. 

Semoga tak sekedar jumpa di batas angin, tapi bisa bersua di samudra yang berair.
Untuk pelayaran, menyisir bulir bulir aksara
antara Ternate dan Lampung
bersama kopimu dan tehku, sebagai pewarna hidup.

Walau wajah tak terbaca, tapi rasa seakan menyatu ke dalam satu meja, yang kita sebut puisi.

Bahasa kita memang beda, adat dan budaya kita juga tak sama, tetapi jiwa yang perasa, ada laut yang siap merangkul, ke dalam satu bait nusantara, Aksara Indonesia, tanah air kita.

Ternate, 7 Januari 2017


CINTA DI BATAS SENJA

Isinya masih digarap
pada sebuah kemungkinan
yang pada satu masa kita menyebutnya batas waktu.

Penebas gerangan zaman menjadi kenangan. Begitu pun dengan cinta kita,
yang berbiji, mengakar, berdaun, berbunga. Dan tumbang tanpa meski memarahi angin.

Karena cinta yang berkhias di bumi, bukan satu kemenangan dalam pikatan senja.

Kita pasti pulang.

Ternate, 7 Januari 2017


SYARIAT DAN KAMEJA


Aku mengakui kebesaranmu, sebab kau orang hebat, dilengkapi berjumlah kemungkinan.

Sedangkan aku, hanya seekor merpati jantan, hidup dalam rumah doa orang tuaku.

Menghabiskan hari-hari di antara kaki gunung dan bibir sungai Halmahera.

Tetapi tanganku pendek, walau hartaku hanya pohon cengkeh, pala dan kelapa.

Karena papaku pernah berpesan, bahwa hidup miskin dengan syariat lebih baik, daripada berkameja tapi tangannya mengintip sembarangan.

Ternate, 11 Januari 2017


CINTA DI UJUNG ANTONIM

Biarlah kulengkapi bait-bait puisiku, walau tak berlindung metafora
sebab cinta sudah menjelma antonim
yang tak mungkin bersinonim dalam sebuah sajak.

Dan aku tak mungkin memanggil matahari di malam hari
karena bulan tak akan mengijinkan itu.

Tetapi, apa salah, bila gerimis yang bergantung di kantong langit, jatuh menjadi larik-larik sunyi, menjelma jadi kopi, juga teh. 
Lalu kita sama-sama menyeduh dengan perasaan yang nyaman.

Ternate, 9 Januari 2017.


JEJAK UMURMU

Aku terlalu mementingkan wajah yang remang
dan jadi pelupa soremu
hingga hanya sebaris kain putih
kutemukan membungkus rebahmu.

Aku ingat sore itu, tangis pecah dan airmata berdarah
tetapinya, aku tak bisa berbuat apa-apa
selain mengiringi pulangmu, dan berkata pada langit
bahwa, jejak umurmu telah tiba di pangkuan sore. 

Ternate, 6 Januari 2017.

KEKOSONGAN

Aku, serupa kebetulan yang dibetul betulkan oleh banyak orang
tanpa terpikir bahwa aku, sebuah kekosongan.

Di atas kepunahanku, berjumlah duka tersirat
tak terbaca dalam beribu-ribu bait puisi
tak tereja dalam lima kitab kejadian
tak terkaji dalam kitab undang undang
karena di dadaku, pongah dan congkak telah bercengkrama. 

Aku pernah berbisik pada daun yang tumbang, debur ombak yang pecah, gunung gunung yang patah. Tetapinya, perkhiasan dunia lebih apik dari mimpi seorang anak. 

Ternate, 5 Januari 2017.

CELOTEH MERPATI TIMUR

Dari timur matahari, kota hujan
Ia terbang, menyisir semenanjung maya,
membawa sepotong harapan, yang tak terbaca dalam gerimis sore itu.

Adakah seutas kasih yang masih menempel di langit? 
Sebagai pengecap rasa yang bergantung di ruas dada
sebab di laut, hulu masih teduh menyimpan ombak
menunggu pantai memberinya bibir
meluapkan buihnya di bawah punggung matahari.

Ia, merpati dari timur, yang berceloteh 
tentang teriak camar yang hambar
karena di istana tuan masih asyik bercinta.

Ternate, 6 Januari 2017.

GERIMIS DI UJUNG SENJA

Biarlah kulengkapi perjalanan kesepian ini, pada gerimis 
yang mengikis di ujung senja
tempat mama menyimpan setangkai angin
bersahabat air mata yang tumpah di antara doa.

Aku butuh rasa yang terpancar dari sungai 
yang melirih di bawah langit biru.

Ternate, 5 Januari 2017.

Tentang Penulis: Abi N. Bayan tinggal di Supu, Kec. Loloda Utara, Kab. Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara. Abi N. Pembina Komunitas Parlamen Jalanan Maluku Utara (KPJ MALUT), sejumlah puisinya telah dipublikasikan di media www.wartalambar.com.



PUISI PUISI YENNI DA

NOKTAH

Dalam pekat,
bergumul khilaf dan noda
tentang masa lalu
pemburu duniawi.

Duhai malaikat kehidupan
ajari insani dengan hakikat
sebelum napas di ujung lidah
dan kebekuan kaku abadi.

Ada diantara noktah,
yang memicu keseraman
andaikan,
akan mampu terhapuskan.

Way Tenong, Lampung Barat, 9 Januari 2017


JANJI KEHIDUPAN

Bau anyir di persimpangan
diantara bercak tanpa napas
mencipta kerumunan miris
kaku gejolak tanya.

Sesuap nasi!
mengapa ciptakan kesadisan
merenggut sisa hidup
bagai selaksa siksa dunia.

Nafkah katamu!
bagi kesusahan 
buta tuli hinggapun keji
rampas hak demi wajibmu.

Wahai biang!
meringkuk lah diantara sepi jeruji
hapuskan jelaga di langit-langit bui
ini mimpimu,saat polahmu menjijikkan berakhir.

Way Tenong, Lampung Barat, 10 Januari 2017


NIRWANA

Indah dalam nuansa
terjuntai mutiara
barisan buah anggur dan kurma
para bidadari yang rupawan.

Kidung asma Illahi nan merdu
tarian para malaikat
wewangian merayu indera.

Subhanallah!
betapa mulia yang kau kata nirwana
itu surgawi, dan kita tengah mencoba kesana.

Way Tenong, Lampung Barat, 10 Januari 2017


BAYANG ILUSI

Terpesona,
pada kekosongan
rayuan dan pinta
hanyut,kalut dan takut!

Oh! Ilusi
tak ada waktu bercengkrama
sebab aku mual dengan kegilaan
yang ditawarkan pada dinding berdebu.

Jenuh digoda kepalsuan,
dan ruang khayalan
hentikan bayang itu
tepikan jendela hati pada kesungguhan.

Way Tenong, Lampung Barat, 10 Januari 2017


NYANYIAN PERJAKA

Siulan pagi nan ceria
bujang desa kian rajin merutuk
dan gadis-gadis manis yang tak peduli, angkuh nian.

Wahai perjaka tampan!
bangkitlah dan lipatkan lengan bajumu 
hingga pagi tak sia-sia
dan kupu-kupu hendak menari untukmu!

Way Tenong, Lampung Barat, 10 Januari 2017

Tentang penulis: YENNI DA, tinggal di pekon Mutar Alam, kec Way Tenong Lampung Barat.
Penulis tergabung di grup KOMSAS SIMALABA.


PUISI PUISI ENDANG A

SARASWATI

Aku adalah si mati, hidupku terbuat dari tumpukan dendam masa lalu, lantas bagaimana bisa meredam badai hati ini?.

Ini karena mereka, topeng-topeng berjubah agama, menyembul dari balik tirai, menyeruak masuk desa, memburu sekuntum bunga-bunga mawar, untuk dipetik, dan di jadikan pemuas nafsu.

Adalah kau, orang tua tak bermoral, menjual anak demi harta dan kepuasan duniawi, sungguh tak bernurani.

Lihatlah si pelacur ini, terbakar hangus, di lalap api, dengan rengekan panjang, memohon welas asih, adakah langit kan membawa pada mentari pagi?.

Entah pencerahan sudah mati.

Malang, 6 Januari 2017


RAPUH

Pengembaraan panjangku berakhir di sini, dalam rengkuhan reliji terbalut kasih Allah.

Tangis memecah bisunya hati, kala mengingat lumuran dosa yang menghampiri setiap jengkal asa.

Kucoba rebahkan segala resah di atas sajadah, di sepertiga malam sunyi. 

Malang, 7 januari 2017.


KENANGAN

Sebuah kisah masa terindah, kala bintang masih bersinar, dan senyum melekat erat.

Mendayu-dayu, memohon welas
Merangkai asa tertimbun bara

Senja dalam kerinduan kini telah karam. 
Emak sudah berbaring pulas di pembaringan sunyi berbatu nisan. 

Jakarta, 10 Januari 2017


KERANGKA HANCUR

Aku di sini dengan asa yang pupus, mencoba mencari nalar pada percikan hampa yang ponggah, dan nyawa di ujung tanduk.

 "Sudah matikah kau adinda"

Sedang Izroil datang menyapa, menyeruak masuk melalui celah, menatapku tajam seolah ingin segera melucuti ruhku.

Aksara menjadi sepah di matamu, cintamu sesakkan sudut hati, menjadi bangkai, pada tumpukkan membau.

Puaskah dikau kakanda?

Jakarta, 9 Januari 2017.

Tentang penulis: ENDANG A tinggal di Jl. Dato tonggara 1 Kramat jati, Jakarta Timur, ia bergabung dalam komunitas seni pahatan condet (kspc)


PUISI PUISI Q ALSUNGKAWA

TIRAI JANUARI

Setelah menutup pintu Desember, lalu menyibak tirai Januari. Mencari bakal kenangan yang mungkin berbeda, dari setahun kemarin.

Meskipun, masih banyak warna yang belum terkuas, masih jarang tiang-tiang waktu yang kutancapkan. Tetapinya, dengan separuh napas yang masih melekat, aku ingin lunasi hutang memori yang terabaikan di tahun-tahun lalu.

Selamat tinggal Desember, aku titip rindu yang takkan kujemput
juga penggalan rasa yang masih hangat, hingga Ia mengental dalam sajak-sajak usang.

Kebun Tebu, Lampung Barat, 2 Januari 2016.


BIOGRAFI SAJAK TEPI

Di punggung bukit, menatap perjalanan matahari menuju barat
memeriksa kemurnian angin gunung. Ada tatapan yang mampir ke sebuah pemukiman, yang tak sempat menjadi kota.

Meskipun, sepanjang jalan, pernak pernik bendera partai dan sederet baliho, menghiasi papan-papan reklame. Tetap saja mimpi itu, hanya menunggu waktu.

Di punggung bukit, berlapik selembar karung. Aku tulis sajak, anak dusun, yang mimpi melukis pelangi, di ruang fakultas.

Tetapinya, suara-suara yang dikemas dan mengendap di kotak logam, hilang di persimpangan
tak mengalir ke barat, tak mengikuti garis matahari.

Di punggung bukit, aku mengaku penyair, yang tentunya penyair dusun, berlaga menulis sajak.

Ya!
Tentunya, syair mungil, polos, telanjang dan kumal jauh dari majas kota-kota.

Kebun Tebu, Lampung Barat, 13 januari 2017.

Tentang Penulis: Q Alsungkawa, bergiat di komunitas sastra di Lampung Barat (KOMSAS SIMALABA), ia mempublikasikan puisi-puisinya di media online www.wartalambar.com, Saibumi.com dan Lampungmediaonline.com


PUISI PUISI ANIK SUSANTI

CERITA SANG KALA

Waktu menziarahi pusaramu, sejarah. Mengenang kenang hening cipta memandang nisan 'loh jinawi'. Mendiang kejayaan negeri.

Wahai pulau-pulau yang dihuni pengunjung surga. Cenderawasih segala jenisnya menangis mistis. Bulu-bulu paradise, diperjualbelikan sebagai aksesoris. Topi-topi glamor wanita eropa.

Sejak lama cadar Pertiwi dibuka paksa. Diumbar keindahan dan kemolekan, lalu simpanan kekayaan jadi pameran. Di antara mereka melelang murah, serakah! Oh sungai hasil tangisan darah, darah dari luka-luka alam mengalir nyeri.

Khatulistiwa adakah kau reinkarnasi? Dan sekadar menjanjikan titisan zaman, megah kedamaian, di jilid kemerdekaan. Mengulang sejarah, bangsa berkontribusi kesadaran jiwa.

Gunungkidul, 12 Januari 2017


NYAMUK DI KELAMBU NEGERI

Ada nyamuk di kelambu negeri
Ia terus mengawasi dari nyaman tempat tidur
mengambil aset saat bangsanya mendengkur
pulas dalam kebodohan 
mudah disulut provokasi.

Coba saja kita gantian berjaga
mendendangkan persatuan dan empati
teduh bernaung pancasila yang punya agama
saling peduli saling waspada
karena alam damai bukan alam nisbi.

Gunungkidul, 13 Januari 2017

Tentang Penulis: Pecinta sastra asal Yogyakarta bernama Anik Susanti. Ia bekerja sebagai karyawati yang hobby menulis. Beberapa karya sudah terkumpul dalam antologi bersama. Dan belajar sastra di KOMSAS SIMALABA. Selalu aktiv mengirimkan karya di www.wartalambar.com


PUISI PUISI NANANG R

KISAH AWAL JANUARI

Ketika hasrat ingin bertemu
terhalang tirai
yang membuat linglung
sebab gerimis tak menjadi hujan.

Sedangkan biji-biji hati
bertaburan di trotoar yang terjangkiti amarah yang kian menikam.

Liwa, Lampung Barat, 11 Januari 2017.

KETIKA SENJA DI HALAMAN RUMAH

Aku masih di sini
menunggu waktu.

Sedangkan senja tak lagi muda kau tak jua kembali.

Liwa, Lampung barat, 10 Januari 2017


AMPERA KALA ITU

Sebuah karya terindah
ketika jejak
menyambangi sejarah Sultan kuto besak.

Lalau-lalang senyum
mengemas rindu
pada jajaran ketek
pelampiasan asin nya sungai musi.

Wajah-wajah rindu
di ampera kala itu.

Liwa, Lampung Barat. 10 Januari 2017


PUTRI

Setelah luka terahir
yang kau beri untukku
aku putuskan untuk tak kembali.

Aku pergi.

Liwa, Lampung Barat, 11 Januari 2017


PANGGIL SAJA AKU CAMAR

Pesisir pantai,
seakan menerjemah gejolak jiwa
ketika ombak-ombak kecil berebutan
menghapus jejak kaki ini.

Panggil saja aku camar,
ketika aku pulang!

Krui, lampung barat 01 Januari 2017.

Tentang penulis: Nanang R tinggal di Desa Pagar Dewa Lampung Barat. Nanang R bergabung aktif dalam sekolah sastra ( KOMSAS SIMALABA)
Hp: 081519180004
Wa: 0815 19180004
Fb: Nanang Romadi
Pin: D65AB0C7
Email: Hprestu838@gmail.com

Tidak ada komentar