HEADLINE

Puisi Karya Pahlepi Putra


PUISI PUISI KARYA PAHLEPI PUTRA


BENTANG PERMAI


Hari menyilih kian runcing
mengubur kemayaan dalam sukma purba.
Sebab embun semilir, dingin, menjadi rumah karang beralas permadani kembang kopi.

Terbentang bunga - bunga nan permai
melukis relief puncak pesagi
sebagai tugu kemuliaan.
Kemudian putik - putik bunga kembali ber-atmosfer dari hujan kerikil.
Melahirkan biji - biji emas
dalam tengkiang penantian.
" Hingga hari ini antan masih setia menabuh lesung, berdentam ".


Liwa 30 November 2016




EMBUN JALANG


Di bingkai embun,
pucat wajah rembulan malu - malu
menantang pagi, lalu pergi.
Disentak ayam jantan bertalu - talu.
Kelebat embun riuh, gaduh.
Mengusik tidur barisan bujang
biar menerjang.


Embun lanang masih garang !
Ber-tengger di ujung mimpi
agar jalang.
" Lekas berdiri "!
Lalu pergi...
Sebelum bias mentari
memukul karang,
kemudian hilang segala pandang.


LIWA 30 November 2016




BUAH ANGIN


Kemudian biji-biji itu bertaburan
terbawa angin kerinduan.
Sebagian tertanam pada tanah coklat kehitaman lereng pesagi.
Sebagian lagi beralas batu kerikil.
Ada pula yang tumbuh di atas dahan, pohon rindang.
Dan yang lain terpelanting
kedalam semak duri.


Tumbuh.
Melahirkan buah angin
di negri SaiBatin.
Aneka warna dan rasa
menjulang pematang,
menelan mimpi melintang.
Diantaranya saling mengupasi,
saling menelanjangi.
Ada pula yang membelah lainnya
sebelum mengenal isi dan rasanya.


Buah angin terus bernyanyi, membunuh sepi.


Liwa, 02 Desember 2016.




PENANTIAN


Rindu bersarang
di bawah ketiak rembulan.
Ada gerimis air mata,
menanti embun menyapu debu.


Sekelebat ia datang
lalu pergi lagi.
Mungkin di pagi-pagi benar
kelebat itu mengundang bahu karang.


Kutanti...
Ya..
Meski empat tahun penantian
di simpang Ranau dan pesisir.
Samapai ubun-ubun berembun
Dipertiga malam.


Liwa, 02 Desember 2016.


Tentang Penulis: Pahlipi Putra tinggal di Pekon Tugumulya, Kp. Ciptagara Lampung Barat. Sejumlah puisinya telah dipublikasikan di media online. Sehari hari ia bekerja sebagai petugas PDAM untuk ranting Kec. Kebun Tebu.




DARI REDAKSI
Kami memberikan ruang kepada siapapun untuk berkarya. Bagi kami, kesusastraan nasional itu sesungguhnya adalah sebuah keberagaman; mulai dari sastra kaum pemula, sastra kaum tepi, hingga sastra kaum yg telah memiliki label nasional alangkah indahnya bila kita sepakat untuk dilihat secara bersama sama dan miliki tempat serta ruang yang sama pula untuk dihargai sebagai bagian dari corak warna dalam keberagaman. Sebab kita semua memiliki hak untuk hidup serta menemukan bentuk. Silahkan kirim karya anda ke email: riduanhamsyah@gmail.com atau inbox akun fb Riduan Hamsyah.


Terhitung mulai Bulan Januari 2017 setiap puisi yang dimuat Warta Lambar akan kami rangkum dan kami terbitkan menjadi buku antologi puisi bersama dalam setiap triwulan, maka dalam setahun kami akan menerbitkan 4 buku. Selanjutnya buku-buku ini berhak dimiliki oleh setiap penulis dan pembaca Warta Lambar di manapun berada sebagai bukti dokumentasi karya serta penghargaan kami yang sangat tinggi kepada para penulis agar karya-karyanya terkemas dengan baik. (Salam kreatife)




Tidak ada komentar