HEADLINE

Puisi Karya Apin Suryadhi


PUISI PUISI KARYA APIN SURYADHI


GOA SERIBU CANDI

Seribu candi menghiasi wajahmu
dari timbunan sejarah lampau
di lubang kaki bukit ada staklatit disepuh emas

coba kau lihat di sana
di dinding goa yang eksotis menitis
embun-embun kesunyian
ditingkahi tetesannya yang bergema
mengundang para kelelawar dan ular lapar
Seribu candi
Bersemedi dengan keheningan
Seperti memadu kasih tanpa cahaya
betapa hatiku yang temaram
pudar oleh kekinian

(Pantai Sawarna, Lebak 2016) 




GOA LANGIR

Mataku menangkap goa langir
di tebing yang menjulang tinggi
berdiri pohon-pohon pandan
berduri. Di situlah tertanam keangkuhan sejarahmu

Mataku memanjat tebing
goa langir ditumbuhi pohon pandan
memanjang pantai di semenanjungnya
ada gurat matahari
terhampar di pasir putih

Aku tahu para Romusha
bersembunyi dari kebisingan peluru
dan gerilyawan anak negeri terus diburu
yang kini, kau berdiri membatu

(Pantai Sawarna, Lebak 2016)




GOA HARTA KARUN

 Aku ingin menemukannya sampai dapat
kemarin, Romusha yang acapkali tersesat
menyimpan harta karun rakyat

Untuk kuburu lalu kuabadikan dalam aquarium zaman
sebagai kenangan terakhir kau memangsa bangsaku

Dari hutan hutan romusha bermata singa
orang-orang Lebak terkapar

Aku mulai keluar dari sarangnya
memangsa sisa-sia ketamakanmu
setelah perut bumi  kau peras jadi ampas
lalu kau gantungkan angan di pohon belukar
tempat singa lapar dan muntah kelelawar
diludahi nganga mulutku dalam mata terpejam
untuk saksi sebuah pertanggungjawaban
nanti.

(Pantai Sawarna, Lebak 2016)




GUNDAH
(Sang penyair) 

menghujam makna pada malam
seperti ada yang diredam
bayangan kata sedikit temaram
adalah mengingatmu
semu dan kusam

apakah aku harus terus begini
menyiksa malam tak berkesudahan
menunggu malam dan mendaki  puisi
agar bayangan kata  terus berkelindan disini
 
menghujam makna pada malam
seperti hanya
angin yang berpelukan kelam
dan ringkih pada kelam

 (2016) 




PESAN ALAM 

 Pesan alam telah kau sampaikan
dari segala peristiwa di jiwa
agar segenap isinya merunduk pada kekinian
hidup yang tidak lagi berbaju, sering kau campakkan
pada kenistaan

Akan datang masanya pulang
sebelum digores luka yang maha dalam
oleh Kekuasaan Alam
bersiaplah dalam sesaat
sebelum menjemput sebuah penantian
Sebab hidup ini tinggal menunggu giliran

( Pandeglang, 2014)



Tentang Penulis :
Apin Suryadi adalah penikmat puisi. Beberapa puisinya dimuat beberapa media. Sekarang tengah mengelola Komunitas Sastra Gunung Karang Pandeglang Banten.



Dari Redaksi:
Kami memberikan ruang kepada siapapun untuk berkarya. Bagi kami, kesusastraan nasional itu sesungguhnya adalah sebuah keberagaman; mulai dari sastra kaum pemula, sastra kaum tepi, hingga sastra kaum yg telah memiliki label nasional alangkah indahnya bila kita sepakat untuk dilihat secara bersama sama dan miliki tempat serta ruang yang sama pula untuk dihargai sebagai bagian dari corak warna dalam keberagaman. Sebab kita semua memiliki hak untuk hidup serta menemukan bentuk. Silahkan kirim karya anda ke email: riduanhamsyah@gmail.con atau inbox akun fb Riduan Hamsyah.

Tidak ada komentar