HEADLINE

Puisi Karya R. Tia

Photo by: Google

PUISI PUISI KARYA R TIA

SURAT KEPADA TUHAN I

Pernah aku bertanya kepada Tuhan, apakah Ia begitu sibuk mencarikan jodoh untuk kita? mengambil tulang rusukmu lalu diam diam menitipkannya di celah jiwaku. 

Maaf,  jika isi kepala ini kerap bergumam
dan melempari pikirannya dengan api
menciptakan sungai
lalu berenang mencari cari perahunya sendiri. 

Jakarta, September 2016


SEGENGGAM LUKA

Kurasa, sesungguhnya aku sudah kehilanganmu sejak lama,  jauh sebelum Tuhan mengirimkan perjumpaan.

Alamat kosong dan kesetiaan yang tiba tiba tercium anyir.

Apalagi yang manis dari sudut kehilangan ini? 

Ketika kunang kunang memutuskan untuk pergi entah siapa lagi yang harus kucintai. 

Sudut bumi,  september 2016


SANG PENCURI

Malam patah
tapi kau memilih diam membiarkan waktu tersenyum
lalu mencuriku pelan pelan.

Sudut Bumi,  Oktober 2016


CATATAN PULANG
( kita yang berkabung hari ini) 

Seperti apakah sunyi itu? Ketika tamu tamu beranjak dan kau masih terdiam di balik pintu. 

Ada yang melubangi kepala dan mengintip hurup hurup yang mendadak sekarat.

Belum terlalu senja engkau berangkat mendoakanku dalam  diam sebelum hanyut dalam arus yang terpejam.

Sudut Hati,  2016


CATATAN PAGI

Terima kasih hujan telah menyapaku dengan indah mengalirkan pagi ke selokan dan membawanya bertualang menuju sungai.

Menikmati pagi 
dengan seragam yang basah juga gerutu orang orang yang lupa membawa mantel.

Sudut bumi,  oktober 2016


Tentang Penulis:
R Tia adalah warga Pekon Tugu Mulya, Kec. Kebon Tebu, Lampung Barat yang merantau di Jawa. Sehari hari ia bekerja sebagai PNS di salah satu instansj di bawah Kementrian Kesehatan. Karya karyanya telah dibukukan dalam sejumlah buku antologi (salah satunya 142 penyair nusantara 2006 dan lolos dalam buku Antologi Penyair Perempuan Indonesia, KERTAS PUTIH 2009) serta dimuat media cetak lokal dan nasional. Penyair perempuan yang lahir di kepulauan Nusa Tenggara ini kini merapat ke KOMSAS SIMALABA ikut melakukan pembinaan serta antusias untuk mengawal pertumbuhan sastra di Lampung Barat.

Menulis adalah obat jiwa di tengah rutinitas hidup yang pelan-pelan membujuknya amnesia.


Dari Redaksi:
Kami memberikan ruang kepada siapapun untuk berkarya. Bagi kami, kesusastraan nasional itu sesungguhnya adalah sebuah keberagaman; mulai dari sastra kaum pemula, sastra kaum tepi, hingga sastra kaum yg telah memiliki label nasional alangkah indahnya bila kita sepakat untuk dilihat secara bersama sama dan miliki tempat serta ruang yang sama pula untuk dihargai sebagai bagian dari corak warna dalam keberagaman. Sebab kita semua memiliki hak untuk hidup serta menemukan bentuk. Silahkan kirim karya anda ke email: riduanhamsyah@gmail.com atau inbox akun fb Riduan Hamsyah. (Salam Redaktur: Riduan Hamsyah).

Tidak ada komentar