Puisi Karya Kamson
Photo by: backpackerlampung.com
PUISI PUISI KARYA KAMSON
CERMIN DARI KAYANGAN
Menari pena usang bertinta pekat termakan usia.
Haus yang tertahan tampak melebur di atas secarik kertas lusuh, dalam panjangnya penantian.
Tumpul mata pena juga bekunya imaji, tak surutkan langkah ini,
maju perlahan dengan semangat membara.
Jelas terukir rasa di gumpalan kalbu, tak kan cahaya kecil seterang bintang-bintang di langit biru.
Hanya lentera di puncak harapan.
Terlahir tempat untuk kembali....
Tercipta hanya bagi penari....
Kau hadir bak cermin dari Kayangan.
Air Ringkih, Gedung Surian, Lampung Barat, 26 September 2016
MUTIARA DALAM SURGA
Pagar bumi memanjang nan hijau, lengkapi indahnya negeri Kota Berbunga.
Alam surga Beguai Jejama.
Terpana mata dunia akan kecantikan paras dan mutiaramu yang menggunung.
Kayu-kayu kehidupan luas terbentang di bilik dan serambi jantungmu.
Jayalah tanah surga sepanjang masa!
Abadi mengukir senyum dengan waktu tak berbatas!.
Air Ringkih, Gedung Surian, Lampung Barat, 25 September 2016.
DALAM DOA
Kerap harap terus terucap,
seribu pinta dirangkai kata.
Berpasrah diri bukan menyerah,
terbingkai bersama ikhlasnya diri.
Di-imani semua kehendakMu, ya Rabbi!
Kutumpahkan segala kehendak diri,
demi kasih murni nan abadi.
Air Ringkih, Pura Mekar, Lampung Barat, 26 September 2006
SENYUM DI BALIK TIRAI
Warna-warni indah tertata sempurna,
mengundang decak kagum insan penjaga kata,
menggelitik hati penghuni negeri.
Semerbak harummu tercium indera para Tuan.
Terlihat jelas senyum bangga menghiasi wajah-wajah Tuan, namun hanya sekilas, lalu senyum itu tersimpan dalam lipatan usang.
Tertawalah yang jujur Tuan!
Jangan halangi senyummu itu dengan tirai keangkuhan.
Tak kan pudar cahaya putih mata kami, meski hujan buatan genangi tanah Negeri.
Air Ringkih, Pura Mekar, Lampung Barat, 27 September 2016
BUAH HATI
Derap sang waktu hantarkan menuju muara nan indah.
Hari ini, tiga windu yang lalu, suguhan tangis pertama terdengar merdu di telinga.
Semoga tangis itu tak akan terhenti menghiasi hari-hari.
Susunan anak tangga kau titi penuh keyakinan, perlahan tapi pasti untuk raih cahaya terang di atas sana.
Tetesan peluh seorang ayah menjadi tunggangan si buah hati.
Doa dan air mata ibumu pun tercurah menyirami jalan yang berliku.
Teruslah melangkah, walau kerikil-kerikil tajam harus kau tapaki!
Bias sinar temaram sedikit mulai terlihat, dahagamu mulai terobati dan menjadi angin penyejuk langkahmu di esok hari.
Berjalanlah memutar guna menghindari jurang yang dalam, maka cahaya untukmu akan disuguhkan oleh sang waktu.
Air Ringkih, Pura Mekar, Lampung Barat, 27 September 2016
Tentang penulis :
Kamson tinggal di Air Ringkih Pekon Pura Mekar, Kec. Gedung Surian Kab. Lampung Barat. Sehari hari bekerja sebagai petani kopi. Ia seorang yang sangat menyukai seni dan saat ini belajar menulis puisi di KOMSAS SIMALABA.
Dari Redaksi:
Kami memberikan ruang kepada siapapun untuk berkarya. Bagi kami, kesusastraan nasional itu sesungguhnya adalah sebuah keberagaman; mulai dari sastra kaum pemula, sastra kaum tepi, hingga sastra kaum yg telah memiliki label nasional alangkah indahnya bila kita sepakat untuk dilihat secara bersama sama dan miliki tempat serta ruang yang sama pula untuk dihargai sebagai bagian dari corak warna dalam keberagaman. Sebab kita semua memiliki hak untuk hidup serta menemukan bentuk. Silahkan kirim karya anda ke email: riduanhamsyah@gmail.com atau inbox akun fb Riduan Hamsyah. (Salam Redaktur: Riduan Hamsyah).
Tidak ada komentar