HEADLINE

Semarak Puisi Malam Minggu (edisi ke-29)

Photo by: ROHIM ZAID AL-FARISI

SEMARAK PUISI MALAM MINGGU (edisi ke-29)

MENANTI MENTARI DI UJUNG SENJA
Karya Yulyani Farida

Senja yang begitu sepi berteman dengan mega kelabu,
bias-bias ragu mulai menghiasi antara resah pilu.

Tapi, ntah mengapa senja kini begitu dingin,
gigil yang seketika menyetubuhi.

Tetiba, gejolak rindu menari di ujung kalbu,
menanti hangatnya mentari di ujung senja.

Way Mengaku, 04 September 2016


JEMU
Karya Yulyani Farida

Maafkan jika rasa berubah,
kemudian menjauh dan sedikit melupa.

Itu bukan mauku,
tapi caramu yang mengajariku.

Way Mengaku, 04 September 2016


RINDU TAK BERBALAS
Karya Yulyani Farida 

Segurat rindu yang tak mampu kutepis,
membawa semakin hanyut dalam angan,
tak mampu hilangkan gejolak jiwa yang bergemuruh di relung dada.

Mungkin, di sana tak ada rindu menyapa ataupun gelora yang mendera.

Semakin hanyut dan lena dengan kuntum merekah,
hiraukan kelopak tak berdaya di ujung gugur.

Way Mengaku, 7 September 2016

Tentang:
Penulis: Yulyani Farida
Alamat: Way Mengaku Liwa Lampung Barat. 
Seorang Ibu rumah tangga juga wiraswasta.
Tekun mempublikasikan karya-karyanya melalui media online www.wartalambar.com
Seorang pecinta seni, dan terus menulis menjadikan puisi sebagai rumah dari kegelisahan hati dan seninya yang mengalir. 
Dan tergabung di komunitas sastra di lampung barat (KOMSAS SIMALABA) dan membawa misi pengembangan kesusastraan khususnya di lampung barat hingga ke tingkat Nasional.



PAKSI INDONESIAKU
Karya Q Alsungkawa

Semua!
Tersenyum dalam kebhinnekaan,
damai bertudung budaya
saat pagi bersahutan
dengan sepasang kenari.

Cukuplah bijak, sang pipit bernaung di sayap Garuda
dan cakar yang kokoh
tegas mengoyak hama-hama yang mengikis Sila  dari azas kesenjangan.

Ya!
Kau gagah Garudaku
minumanmu darah perjuangan,
ubun-ubunmu gundukan sejarah.

Kau terbangkan Indonesiaku,

ke langit-

dan mereka melihat itu,
tetapinya, di kakimu
masih banyak kutu-kutu
yang membakar rambut di atas kepala.

Lumbok Seminung-Lampung Barat, 1 September 2016.


SAJAK HAWA BISMILLAH
Karya Q Alsungkawa

Adalah kau!
Yang mengindahkan hari
dalam senyumam selepas dingin
mencampur warna, lalu menguaskan pada dinding-dinding hati.

Kecipak air membasuh wudhu,
mengistirahatkan pikiran, sandarkan setiap denyutan
pada sang Pemulia ... dalam lipatan doa.

Adalah kau!
Yang berlindung
dengan lantunan bait-bait indah
dalam ayat-ayat suci,
di balik balutan syar'i
kau redam gejolak duniawi.

Adalah kau, Humairoh!
Menepi dari cela
berkemas pada Bismillah.

Lumbok Seminung-Lampung Barat, 5 September 2016.


SELAMAT MALAM SHISI
Karya Q Alsungkawa

Sudahkah terhitung, bait-bait puja
yang tenggelam ke hulu dadamu, Shisi?

Tetiba malam, akulah puisimu
yang dipertikaikan sepanjang waktu, hingga remang dijemput terang
kau tetap tak bergeming.

Adalah warna lisan yang kusam
ketika kau memunggung
saat hantu jenuh mencolek genit kesetiaan.

Pergilah nun jauh Shisi
kemasi puisi-puisiku
jangan kau toleh kekata
yang tak sempat aku ucapkan.

Lumbok Seminung-Lampung Barat, 6 September 2016.


SESOSOK PUISI
Karya Q Alsungkawa

Dari sesosok tak dikenal
melempar sayap, mengajariku terbang
melihat keindahan puisi
dari sisi langit.

Lalu, menghitung bait-bait hujan
yang jatuh ke jejak bumi
pada tiap tetesnya, kaulah naluri itu.

Sebut saja aku melupakanmu!

Sungguh kau memahami
setiap lekuk lelah ini, adalah kau yang kusebut puisi
hingga aku paham batasan hari.

Lumbok Seminung, Lampung Barat, 7 September 2016


SAMPUL MERAH
Karya Q Alsungkawa

Sesulit itukah pertikaian kita, Piningit!

Saat sampul merah kuhadiahkan.

Berharap kau meringankan langkah, untuk menggapai ubun ubun Pematang Pesagi.

Lihatlah bayi-bayi mungil
mengukir tetes embun di daun-daun
mencoretkan celoteh
pada dinding-dinding sunyi.

Maka-

sajikanlah titian
guna langkah menjemput terang.

Ciptamulya, Kebon Tebu-Lampung Barat 8 September 2016

Tentang penulis: Q Alsungkawa. Tinggal di ciptamulya, kecamatan:   Kebon Tebu, kabupaten: Lampung Barat.
Ia seorang pemuda, penggiat seni kesusastraan di Lampung Barat. Tergabung di komunitas sastra (KOMSAS SIMALABA) yang tumbuh pertama, mandiri di Lampung Barat. Rutinitas mempublikasikan karya-karya puisi melalui media online www.wartalambar.com
Q Alsungkawa, seorang petani kopi dan membawa misi agar para penulis pemula. Dari tingkat SLTA bahkan seniman pinggiran untuk terus menulis kegelisahan hati dan cita-citanya agar kelak bisa eksis di kesusastraan Nasional.



CERITA SEPTEMBER
Karya Anik Susanti

Garis wajahmu mengusik relung
Akhir purnama pulangku ke Liwa
Rindu terlalu murung mendung
Segera jumpa semoga terjaga

Sembilan musim demi kesibukan kerja
Kusunyikan surga terbiar tanpa budi
Sementara hati embun, menanti
Ananda juga rindu Bunda!

Langkah semakin tegas ingin mengetuk
Pintu tua rumah kasih bermuara
Satu harapan tumbuh
Sekedar datang memberi sejuk ladang hayat yang teduh
Engkau yang selalu mengasuh

Gunungkidul, 9 September 2016


DUNIA YANG PALING JIWA
Karya Anik Susanti

Jika ditanya, dunia mana yang paling ingin dijeljahi
Aku menjawab, dunia puisi
Karena di dalamnya ilmu berselam
Semakin dalam,
Sementara bumi di sibukkan pada sensasi televisi
Yang adanya cuma khayal lazuardi digambar sendiri seenak hati

Bumi sudah terlalu renta
Iklim musim kian bergeser
Tapi manusia masih terlena
Akhlak budi jatuh tercecer

Membaca menuntun berakidah juga berguru
Jangan rajakan layarmu

Gunungkidul, 9 September 2016

Penggiat puisi bernama Anik Susanti, beralamat di Semin, Gunungkidul, Yogyakarta. Belajar sastra di Komsas Simalaba. Karyanya dalam beberapa antologi bersama.Kesibukan, bekerja sebagai karyawati.



SETITIK SURGA
Karya Tri Hayono

Letih kaki ini menyusuri jalan setapak
yang aku rasakan hanya hangatnya ilusi embun pagi
namun semua itu terbayar oleh setitik surga nan indah.

Kicauan burung elang di cakrawala
begitu mempesona
langit pun seakan menari dalam buaian angin bersahaja.

Gemericik air pun membuat hati terbawa imajinasi
mata pun tak jemu jemu memandang setitik surga nan elok rupawan.

Padang Tambak Way Tenong Lampung Barat, 09-09-2016


SALAH ARTI ATAUKAH SALAH MENGERTI
Karya Tri Hayono

Hembusan angin yang bertiup dari arah berlawanan membuat ilusi hati semakin berimajinasi.

Kata-kata pun terlontar dari hati nurani
seakan menjadi perpaduan antara salah arti ataukah salah mengerti.

Biarkan hati yang memiliki jawaban sendiri
tanpa adanya perasaan misteri di balik teka-teki ini.

Tentang Penulis Tri Hayono: tinggal di Padang Tambak Way Tenong Lampung Barat, 09-09-2016
Pekerjaan seorang petani kopi dan di samping itu juga sedang belajar berkarya di KOMSAS SIMALABA



SINAR BELANG
Karya PAHMUDIN

Murka angkasa membahana kekeringan melanda penjuru dunia.
Kadang kala elok di pandang, kadang kala jua memberikan kehangatan.

Namun di balik semua hanya petaka, pohon yang rindang kini memuja hujan kapan enggan datang, kini burung berkicau tak lagi gembira ria, bunga yang mekar kini menjadi layu. Kijang pun memuja sumur di landa kekeringan.

Tanah yang retak menjadi debu, debu pun tak jadi permata, cermin yang indah tak jua menjadi berlian. Inilah negeri di landa kemarau berkepanjangan.

Wahai matahari...
Sinar belang julukanmu agar kiranya redup sejenak, langit cucurkanlah air hujan di penjuru dunia.

Padang Tambak, 9 September 2016


SEMBILU LUKA RINDU
Karya PAHMUDIN

Teriris luka mencucurkan darah sakit bukan kepalang, pilu di lubuk hati mendalam, asmara mengobar di benak ubun cinta.

Kanku obati luka sembilu karena rindu, terbuai asmara membenak di jiwa.

Kekata pujangga telah sirna, detak jantung menggelegar di hati, inikah cinta teriris luka?

Padang Tambak, 9 September 2016


PANCARAN EMBUN PAGI
Karya PAHMUDIN

Jendela berdindingkan kaca aku buka dikau, hembusan angin membawa percikan embun membasahi wajahku.

Kusapa negeri penuh panaroma keindahan elok rupa bersinarkan mentari pagi, seakan-akan burung menari-nari digejolak alam penuh tanda tanya ini.

Oh... Embun pagi!
Kau sejukkan bumi, kau sejukkan jua diriku.
Kanku hapus air mataku kanku hapus jua deritaku.

Padang Tambak, 9 September 2016

Tentang penulis: Fahmudin Beralamat di Padang Tambak, Way Tenong, Lampung Barat. Ia seorang pemuda petani kopi diBukit Subahan,ALUMNI SMAN 2 Way Tenong.Tergabung di komunitas sastra (KOMSAS SIMALABA).



CORETAN TANGAN
Karya Sufyan Zulkipli

Gontai kata tersirat di antara biduk sunyi namun tiada makna yang berarti, ini puisi atau coretan tanpa arti?

Puisi kalimat yang disusun dengan rapi dan penuh teki, coretan biasa kalimat tanpa makna !

Rasa dikata coretan biasa
otak berpikir bukan apa-apa tapi tak apa ini proses, proses menuju karya sastra dan di atas rata-rata.

WAY TENONG 5 SEPTEMBER 2016


DITINGGAL PERGI
Karya Sufyan Zulkipli

Layu sudah dedaunan malam ini tiada tangis yang basahi.

Untuk berlari badan terasa kaku, teriak memanggil lisan tak mampu bergumam.

Dia pergi!
Biarkanlah dia pergi berkudakan waktu yang sesalu berdetik dan berdentang di dinding rapuhku.

Yunika kau serpihan surga hidup, bidadari nirwana yang menapak di bumi.

Padang Tambak 7 September 2016


MUSAFIR CINTA
Karya Sufyan Zulkipli 

Aku musafir yang berkelana ke antero negeri, berjalan jadi pakanku dengan keringat mencucur gemparkan bumi.

Berbagai jalan setapak telah kupijak, panas mencekam pernah kurasa, dan deras hujan pernah menimpa.

Begitu semangat jiwa berkelana meniti waktu sampai lupa diri ini menghela nafas walau sejenak.

Kaki ini kan terus melangkah dengan gontaian penuh harap agar serpihan surga yang hilang lekas ditemukan.

WAY TENONG 5 SEPTEMBER 2016.

Tentang penulis: Sufyan Zulkipl lahir di Padang Tambak dan sekarang tengah belajar di SMA negeri 02 Way Tenong dia  juga tengah mendalami ilmu Sastra di komunitas sastra SIMALABA.



CITA CITAKU
Karya Ahmad Kusnadi

Kekurangan yang telah ditakdirkan sang illahi tidak menjadi halangan untuk menggapai sesuatu.

Berdoa dan terus berusaha tanpa mengenal lelah adalah kunci utama dalam perjuangan.

Pilingku perjuangn itu wajib dan jika gagal bukan berarti mundur melainkan memperbaiki suatu kesalahan.

Padang Tambak Way Tenong Lampung Barat 9 September 2016


PENDIDIKAN
Karya Ahmad Kusnadi

Menjadi seorang militer tidaklah segampang membalikan telapak tangan.

Biarkan meski jasad akan terkubur tanpa nisan dan jasa tak tertulis dengan tinta emas.

Ini tentang abdi pada pertiwi, bukan hanya karir yang membutakan kedudukan.

Separuh hidupku kini telah menjadi milik negara, bukan karna paksaan namun ini telah menjadi hakekat untuk mencari jati diri.

Dengan satu catatan yang telah dicantumkan negara, agar diriku tak menjadi seorang pemberontak.

Tentang Penulis: AHMAD KUSNADI, ALAMAT: PADANG TAMBAK
WAY TENONG LAMPUNG BARAT. PEKERJAAN: PETANI KOPI SELAIN ITU JUGA MASIH BELAJAR MENDALAMI SASTRA DIKOMSAS SIMALABA.



UNTUKMU ADINDA
Karya Nanang r

Pastinya,
bahkan telah kau pahami hati ini dinda.

Di sini, di sampingku
kau suguhkan semangkuk
senyuman di hari-hari
berbungkus haru.

Ketika nuranimu
belum usai bertikai
dengan keada,an.

Senyum itu
berlalu, tanpa simpul ketenangan.

Tak berharap ungkapan hati
jika tak kau inginkan itu

Maka-

Tersenyumlah selalu.

Bekasi 4 September 2016


WAJAH KEKASIH
Karya Nanang r

Kau yang mengemas
keceriaan.

Dikala hati bertabur girang
sedangkan laci ini sudah terlalu
penuh
dengan senyuman.

Kekasih,
kau simpan temaram
tentang gundah,
tanpa kau terangi
dari sebuah tragedi yang tumpah.

Akankah rahasia tetap kau simpan
wahai kekasih.

Sudahlah segera ahiri semua ini.

Bekasi 5 September 2016


YUNIKA
Karya Nanang r

Aku guritkan tinta,
tentangmu Yunika.

Adalah kuas tak berkanvas
karena aku menilai jiwamu
yang tegar,
meski rumpun tebu telah kau selesaikan
untuk hari ini.

Dengan secangkir kopi hangat
kau mampu menerjemah
yang sebenarnya engkau
telah bertikai dengan keadaan
yang membuatmu gerah.

Tentang kabut dan mentari
kala pagi telah engakau pintali
dengan senyummu yang kau kemas
dibait-bait puisi.

Yunika!
aura natural selalu terpancar
meski aroma bedak murahan
yang kau sederhanakan.

Tak usah kau bersolek
Yunika,
karena aku memujimu dari sudut
manapun.

Bekasi 5 September 2016


BERMALAM DI PANGKUAN PUISI
Karya Nanang r

Tak akan habis semesta
meski terlipat kekata
dari titik pijakan
berbagai penjuru ilmu.

Kelu lidah
digoda ragu,
namun rasa ganjen ini
tetap milikmu, tintaku
dari sudut indahmu
yang mewangi
puisiku akan mengurai
segala tragedi.

Hingga suatu nanti,
saat langkah ini lepas pada titik gelap
bermalam dan merebahkan letih
di pangkuan puisi.

Bekasi 6 September 2016


SAJAK HUJAN
Karya Nanang r

Entah apa yang kurasa
ketika sore berbaur dengan
rasa dan kacau tiba menghantam
desah nafasku.

Di lain waktu,
telah aku utarakan tentangmu
angin dan hujan
yang tak jemu aku menanti
dan kadang aku bosan dengan
tingkahmu.

Tak hanya meninggalkan
genangan namun juga
membuatku terpelanting
bersama daun kering berlarian

Bekasi 6 September 2016

Tentang penulis: Nanang Romadi
Alamat: Pagar Dewa Lampung Barat Kecamatan: Pagar Dewa
Tempat tinggal sekarang di: Bekasi
Bergabung aktif dalam sekolah sastra (SIMALABA).



R I N D U
Karya Kamson

Guliran sang waktu terus merayap
tak pernah peduli menantiku.

Walaupun kuisi dan kuikuti
deretan perjuangan
tetap melaju
abaikan peluh lelah, jenuh terasa mengganggu ketika jarak kita semakin terasa.

Laju mentari demi hari
meretas jalan antara kita
damailah rindu dalam penantian
suarakan hati
yang ringkik membelah sunyi.

Way Tenong-Lampung Barat, 3 September 2016
Tentang Penulis: Kamson adalah pecinta sastra, tingga di sumberjaya, tergabung di KOMSAS SIMALABA.


Dari Redaksi:
Kami memberikan ruang kepada siapapun untuk berkarya. Bagi kami, kesusastraan nasional itu sesungguhnya adalah sebuah keberagaman; mulai dari sastra kaum pemula, sastra kaum tepi, hingga sastra kaum yg telah memiliki label nasional alangkah indahnya bila kita sepakat untuk dilihat secara bersama sama dan miliki tempat serta ruang yang sama pula untuk dihargai sebagai bagian dari corak warna dalam keberagaman. Sebab kita semua memiliki hak untuk hidup serta menemukan bentuk. Silahkan kirim karya anda ke email: riduanhamsyah@gmail.com atau inbox akun fb Riduan Hamsyah. (Salam Redaktur: Riduan Hamsyah)

Tidak ada komentar