HEADLINE

Puisi-Puisi Malam Minggu (Edisi Ke-19) Karya Anak Lampung Barat

Ilustrasi : google
Puisi-Puisi Malam Minggu (Edisi Ke-19) Karya Anak Lampung Barat

SAJAK HUJAN
Karya Naz Elhadzaq

Hujan masih membasahi dedaunan
tiada henti bersahutan
Sejak lembayung masih di awan  kala santap sahur bersama sahabat
Dingin terasa menyelimuti tiap pori raga
yang di peluk peraduan nyata
Kunikmati tiga batang rokok asli nusantara
kepulan asapnya mengawang di angkasa
tinggalkan sejumput abu bersama aroma yang tercipta
Putih asapnya gontai dihembus angin yang gulana.
Lewat sajak ku ungkap kenikmatan tiada dua...

P.Liyu I 19 Juni 2016


SAHABAT
Karya Naz Elhadzaq

Tanpa kalian hidupku
terasa sepi
bagai tersesat di hutan belantara
Terasa hambar,
bagai ikan asin tanpa garam
Terasa acak-acakan,
bagai sop kambing tanpa mangkuk...

P.Liyu I 20 Juni 2016

Tentang Penulis: Naz Elhadzaq berkesenian di Lampung Barat bersama sejumlah seniman yang baru terbentuk dalam sebuah wadah Komsas Simalaba. Naz juga aktif dalam forum ini sebagai seorang coordinator divisi Publikasi dan Arsiparis.

CAHAYA
Karya Anik  Susanti

Kemelut hari berkabut
Meramu dingin beruap
Menjamu kesepian berlarut
Rindu cahaya hatiku, harap
Tak sekedar matahari dan megahnya sinar
Tak sekedar sedari pagi sampai temaram
Tak lain penyuluh kehampaan hambar
Cahaya penyejuk masa depan juga silam
Tuhan adalah bait-bait terdalam
Penyembuh koreng dedosa malam
HidayahMu petunjuk arah pulang
Penulis waktu dari Shubuh sampai Isya' terjelang
Aku lelah dalam tualang jalang
Terbahak pada sajak kebebasan
Aku lebih tenang di penjara suciMu
Dalam batasan fitrah KeesaanMu

Gunungkidul, Yogyakarta 23 Juni 2016

SUAR
Karya Anik  Susanti

Nyala api membara bakar
Seruak cinta kesesatan
Tak sudi kulihat lagi
Seribu tapak seribu waktu kutinggal lari
Maaf cinta!
Aku tolak kamu kuhujat najismu
Romansa kepayang kumuntahkan
Aku tersadar dari mabuk asmaraku
Terburu bangun dari desah rayumu
Diam menolak seribu buruk
Dalam topeng mahligai suasana madu
Tapi sayang aku tak lagi berselera itu
Lagi-lagi kutolak kumuntahkan ambigu
Maaf cinta!
Aku memilih menikah dengan halalku
Dunia akhirat kuingin melupa kamu
Ingin kubasuh kotoran diri sebelum terlanjur sesat
Abdikan lagi menghamba seumur hayat
Aku lebih cinta ayat-ayat
Semoga suar neraka tak terus bakar sisa jiwa
Belenggu dunia akhirat dosa-dosa
Tuhan bantu aku melepas
Gunungkidul, Yogyakarta 23 Juni 2016

KUNCUP  KANTHIL
Karya Anik  Susanti

Menyebar semerbak mendalam rasa
Kuncup- kuncup kanthilku di masa lalu
Jelita gadis peronce bunga
Diceritakan nenekku waktu ia belia ayu
Ronce kuncup-kuncup kanthil
Harumi hati jaga jangan baqil
Alam perawan hijau tulus
Paras bumi melayani semi enggan pupus
Kuncup kanthil...
Kau satu-satunya masa lalu yang tersisa
Ini, kubawakan kemuning kecil dari bukit
Kucarikan teman semoga kau suka
Berbungalah nanti bersama
Menyatulah dengan anganku sedenting saja
Kuingin juga rasa udara di dongeng zamrud
Gunungkidul, Yogyakarta 23 Juni 2016

Anik Susanti: tinggal di Semin Gunungkidul Area Ponpes Al-Jauhar, gadis dua puluh tahunan ini juga bekerja sebagai karyawati dan sangat mencintai sastra sejak usia belia. Anik Susanti melalui pesan singkatnya pada redaktur menyampaikan “Dengan puisi aku berani bicara di tengah sosok diamku.”


BUNGALO
Karya  Alsungkawa

 Aku, matamu
ada antara pandangan.

 Hening, merona
pada binar.

 Api merambah
peraduan.

 Ciptamulya 25 juni 2016

TOGA
Karya Q Alsungkawa

 Tetesan putih susu
pada sebatang kayu
di pagi, dan getah-getah
mengendap dalam
pundi-pundi
nafkah bapak tani.

 Wajah pribumi
lusuh, terjebak
di ruang mungkin.

 Sejahtera, serupa mimpi.

 Tetapinya asa tetaplah ada
pada benak si anak-pinak.

 Dan hasil perundingan
kemarin, menguras laci-laci
pada pecahan terkecil
demi toga, dari impian
si anak-pinak
sebidang tanah berpindah tuan.

 Ciptamulya 22 juni 2016

Tentang Penulis: Q alsungkawa tinggal di Pekon Ciptamulya Kec. Kebon Tebu Lampung Barat. Ia aktif berkesenian di Komsas Simalaba sekaligus menjabat sebagai ketua. Alsungkawa bersama teman temannya di Komsas bertekad untuk memajukan dunia berkesenian kreatif di Lambar. Ia juga mengajak teman teman sastrawan dan para calon sastrawan di Lampung Barat agar tidak bergantung pada daerah lain dalam publikasi karya sehingga sejumlah pecinta sastra yang tergabung dalam Komsas Simalaba ini bisa terus tumbuh dan terus berkarya dengan tidak mengemis agar dapat dipublikasikan Koran Koran Jakarta yang menuurut hemat mereka tidak pernah toleran terhadap kaum pemula.

PUTRI AYU
Karya Nanang R

 Sinari jiwa lemah
dalam tatapan senyum menyentuh ranah
indah bibir
berbalut pita merah.

 Menapak, santun
menatap cermin di bola mata
merangkai kekata
dengan lantunan irama.

 Pagar dewa, 25 juni 16

MALAM INI
Karya Nanang R

 Masih terbaring
seperti kemarin
karena rasa sakit
yang masih mengikat di kaki.

 Di hati,
aku ingat pesan ibunda
jaga kesehatanmu baik-baik nak.

 Tak terasa percikan air
menyeka tegar pipiku
tak sanggup menahan malu
karena aku tak setegar hatimu.

 Maafkan anakmu ibu
Pagar dewa, 17/06/16

Tentang Penulis: Nanang R adalah pendatang baru dalam KOMSAS SIMALABA tetapi karya karyanya cukup intens ditampilkan. Nanang mengaku kini menjadikan sastra sebagai bagian dari jiwanya dan bertekad untuk terus berkarya

BENANG SIMPUL
Karya Aan Hidayat

 Sahabat, di jejak jalanan
berliku, juga rumput duri di sela jari tak beralas.

 Mungkin, kita harus belajar
mengurai makna
seutas tali helaian kapas.

 Mungkin tentang ranting kering di tepi jurang
nan rawan diterpa angin
atau kuatnya sapu lidi.

 Sahabat hati, jikalau seutas tali
ataupun lapuk melilit simpul
arah pijakan diprioritaskan.

 Beribu makna tentang benang
simpul arti sebuah persahabatan.

 Gn sugih liwa, 22 juni 2016

HARI DALAM PEMBARINGAN
Karya Aan Hidayat

Malam, di ranjang sunyi
terpuruk dalam lelah.

Bersanding lesu
ramuan imaji
merayu untuk melupakan
goresan penat
dari perniagaan kemarin.

Luluh tubuh ini
bak biola tanpa dawai
di pertunjukan sore lalu.

Entah apa lagi
yang akan terjadi
saat derama gagal dalam
pementasan.

Gunung Sugih Liwa, 20 juni 2016

MERATAP ASA
Karya M Sarjuli

Meniti buih, arungi samudra
semangat jatuh di pelipis mata
tangan usap melekat daki

meski tepung ditukar beras
kisah beranjak, sungguh disana lagi
bawalah menung didalam hening
coba titik kepangkal tali
mungkin benang menjadi kain.

Bawa sabut asal terapung
angkat beban asal terpikul
meski kail panjang sejengkal.

Lemparlah batu ke tepi jurang
dengarkan,
jelas terdengar meskipun hening.

Buka mata kalbu lihat batu itu
jauh didasar bukan ?
Buang kesahmu, kamu masih di atas
Meski kini sedang duduk.

Simpang3, Air Hitam, 23 juni 2016

MENAHAN NAIK PITAM
Karya M Sarjuli

Dari hitam menjadi merah menyala
deras lahar terpompa
detakanya semakin kencang
sebentar lagi akan meledak.

Genggaman bak rajawali mencengkram mangsa
mustahil terlepas
nafsu telah merasuki tubuh
ego pun turut memperparah
mati tikus kali ini.

Namun perlahan merah perlahan menjadi hitam
nuranilah yang meredam semua
detak beranhsur melemah
cengkraman pun terlepas
nafas pun terhela.

Simpang3, Air Hitam, 22 juni 2016

Tentang Penulis: M Sarjuli tidak mencantumkan biodata yang bisa dipublikasikan

Dari redaksi:
Silahkan kirim karya puisi anda ke alamat e-mail riduanhamsyah@gmail.com atau inbox akun fb Riduan Hamsyah. Sertakan biodata. Nama asli penulis. Dan kosakata serta tanda baca yang baik dan benar, bila tidak mengikuti ketentuan ini maka karya tidak akan kami publikasikan..

Tidak ada komentar