HEADLINE

Puisi-Puisi Karya Yulyani

Ilustrasi : Google
PUISI PUISI KARYA YULYANI

MALAM KELAKAR

Gelak tawa yang tak terbendung
melena seuntai bahak yang tercekat
kala terdengar kicau di ujung telpon
paksaku hanyut dalam hayal kelakar.

Riuh rendah tawa di balik selimut lusuh
semakin dalam khayalku
akan kisah yang terurai lawak.

Dirimu, ya dirimu
begitu cekatan urai cerita
buat diriku lena dalam tawa khayalku
terima kasih telah membuatku tertawa malam ini.

Way Mengaku, 20 Juni 2016

NOSTALGIA

Bulir-bulir haru
mengalir melintasi pipi
mengendap di secarik
sapu tangan
yang kau tinggalkan.

Dan hari jadi ini,
saat usia kian menanjak
kembali nostalgia menyapa
saat kau selai
batang-batang lilin
di keremangan itu.

Saat itu, kini bersemayam
hanya dalam angan.

Tetapi, kini aku yang
hadir untukmu
dan bunga-bunga di pusara memohon
restu
untuk aku terus melangkah
bersama dua amanah
yang tersisa.

Way mengaku 19 juni 2016

LEMBAH MAUT

Dentang waktu, malam
semakin melena
akan kenikmatan
sesaat kau selam
semakin hanyut terbawa nista.

Hai, hai,
ingat akan hal, perputar waktu
kadang tersungkur tanpa ampun
tiada guna lembah hitam diselam
berakhir di sangkar besi,
hidupmu bukan begitu.

Kini tersadar tetaplah guna
tetapi itu semua
sisakan sesal tak bertepi.

Way Mengaku, 23 Juni 2016

MAAFKAN SEBILAH HATI

Terkadang cinta itu putus
papan nama terhapus
nostalgia dan luka
mengantri waktu
untuk sekedar lupa, untuk
menyingkir
dan membuka ruang baru.

Dan raga ini menyerah
ke dalam pelukan takdir
padahal niatku tak serupa,
berharap anganku yang
nyata
tetapi kuasa Tuhan memaksa.

Maafkan sebilah hati
jika tersakiti
rautan mimpi si kecil
mengubah air mata,
menjadi tinta
untuk menulis sepenggal
hidup yang masih sisa.

Way Mengaku, 20 Juni 2016

TUAN TN

Ketika letih abaikan hati
jiwa, terkoyak rapuh
dan mampir dikesedihan.

Tetiba hadir sesosok
berseragam
berselimut wibawa
nyaris memberi semangat baru
untuk merajut sulaman
sekeping hati yang membeku.

Namun dikala hanyut raga,
ke buayan lena,
tawa bahagia,
tetiba hilang ditelan sadar
luka tetap tak bergeming.

Sebab kau, tabu berselimut semu.

Way Mengaku, 22 Juni 2016

Tentang Penulis : Yulyani, Alamat : Jln. Raden Intan Way Mengaku Liwa Lampung Barat
Seorang wiraswasta dan anggota KOMSAS SIMALABA

Dari redaksi:
Silahkan kirim karya puisi anda ke alamat e-mail riduanhamsyah@gmail.com atau inbox akun fb Riduan Hamsyah. Sertakan biodata. Nama asli penulis. Dan kosakata serta tanda baca yang baik dan benar, bila tidak mengikuti ketentuan ini maka karya tidak akan kami publikasikan..

Tidak ada komentar