HEADLINE

Lampung Barat Sepotong Surga yang Tertinggal

Ilustrasi Foto : Rest Area - Sumber Jaya | Eka Fendiaspara Alliwa
Kabupaten Lampung Barat adalah salah satu kabupaten di provinsi Lampung, Ibu kota kabupaten ini terletak di Liwa. Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1991 tanggal 16 Agustus 1991 yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Lampung Utara. Saat ini Bupati Kabupaten Lampung Barat adalah Drs. Mukhlis Basri,.MM dan Wakilnya Drs.Hi. Makmur Azhari, wilayah ini termasuk kabupaten yang banyak mendapat sorotan . Setelah beberapa kasus korupsi terbongkar, kebobrokan demi kebobrokan di eksekutif dan legislatif makin terkuak.

Dengan ditetapkannya Kabupaten Lampung Barat sebagai Daerah Tertinggal didasarkan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 dan ditetapkan kembali pada Peraturan Presiden No. 131 Tahun 2015 tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2015 – 2019 dengan Kriteria Daerah Tertinggal sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 78 Tahun 2014. Kriteria daerah tertinggal dilakukan dengan menggunakan pendekatan relatif berdasarkan pada perhitungan 6 kriteria dasar yaitu perekonomian masyarakat, sumber daya manusia, prasarana (infrastruktur), kemampuan keuangan daerah , aksesibilitas, karakteristik daerah.

Nepotisme kekuasaan yang melahirkan kolusi di berbagai bidang, pada ujungnya menimbulkan korupsi. Bahkan, lampung barat ‘dikuasai’ suatu dinasti. Pemimpin-pemimpin di berbagai instansi di lampung barat  dan posisi-posisi penting di eksekutif serta legislatif, diisi oleh orang-orang yang mempunyai tali kekeluargaan.

Lemahnya penegakan hukum, menambah langgengnya praktik-praktik nista yang menghambat berbagai bidang pembangunan. Sementara kantong-kantong kemiskinan tersebar di kabupaten ini. Berita mengenai masih adanya masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan , infrastruktur jalan dan fasilitas umum yang kurang memadai adalah gambaran nyata daerah ini , dua periode menjabat sebagai bupati lampung barat mungkin belum mampu menyelesaikan permasalahan yang kompleks di tanah begui jejama .

Melihat dan menganalisa nama-nama bakal calon bupati yang akan maju dalam Pilkada lampung barat pada 2017 , dimana sebagian besarnya adalah muka-muka lama, tidaklah mudah memprediksi, apakah mereka mampu membawa lampung barat ini menuju gerbang sejahtera?

Demikian juga dengan calon-calon yang akan diusung partai-partai lain, masih sulit memperkirakan kemampuan mereka untuk membawa lampung barat keluar dari permasalahan yang ada. Tetapi satu hal, bahwa untuk mendapatkan pemimpin terbaik, harus datang dari kesadaran dan kemauan masyarakat lampung barat sendiri.

Organisasi masyarakat, organisasi pemuda, tokoh-tokoh adat, dan tokoh-tokoh masyarakat harus  berani bersuara, mengajukan putra-putri terbaik yang kapabilitas dan kredibilitasnya bisa dipertanggung jawabkan.

Masyarakat lampung barat seharusnya tidak lagi mau dininabobokkan janji-janji, maupun didoktrin oleh sudut-sudut pandang sempit para calon pemimpin lampung barat. Bahkan, masyarakat harus menolak politik uang yang terbukti sudah merusak sendi-sendi demokrasi dan kehidupan.

Generasi muda lampung barat dan masyarakat lampung barat yang rindu perubahan, sudah saatnya berkiprah dan menunjukkan eksistensinya . Dengan melihat keberanian anakmuda di kabupaten lampung barat , yang melakukan terobosan untuk menembus kebuntuan dalam menentukan pemimpin, Benedict Anderson dalambukunya “The Pemoeda Revolution: Indonesian Politics 1944-1945” menyoroti dan meromantisasi peranan pemuda dan unsur-unsur populis lainnya sebagai penggerak utama jalannya revolusi, ia mengatakan bahwa pecahnya revolusi tidak dimainkan oleh suatu golongan intelegensia yang teraliansi, ataupun kelas-kelas sosial yang tertindas, melainkan oleh golongan pemuda yang kurang tersentuh oleh pengaruh Barat, tetapi lebih mengakar pada tradisi.

Jika kita membaca dan memahami sejarah, sesungguhnya hasil penelitian lapangan Ben Anderson yang memosisikan pemuda sebagai sentral dalam perjuangan meskipun ia cenderung berbeda dari pendahulunya seperti George Mc.Turnan Kahin. Semua masa pergerakan nasional diperankan oleh kaum pemuda terpelajar yang tetap berpegang teguh pada tradisi bangsanya, bahkan meskipun ada yang berpendidikan Barat mereka tidak justeru ke-Barat-baratan, seperti Wahidin Soedirohusodo, Soetomo, HOS. Cokroaminoto, Cipto Mangunkusumo, Ki Hajar Dewantara, Semaun, Soekarno, Hatta, Moh Yamin dan masih banyak yang lainnya.

Peranan pemuda  menjadi relevan diperbincangkan saat ini di tengah situasi politik daerah yang sering tersekap defisit moralitas, absennya prinsip-prinsip yang dikukuhi dan selebihnya kerumunan politisi yang dengan kepala kosong dan hanya mengandalkan kepalan tangan, retorika murahan, dan nafsu memburu kekuasaan yang kelewat batas.

Saya menyadari sepenuhnya pemuda bukanlah penyelenggara pemerintahan, namun pemuda adalah sebuah entitas sakral yang kepadanya bangsa-negara dititipkan, tidak berlebihan jika Pemuda dikatakan pewaris peradaban bangsa. Tidak terbantahkan bahwa rekam jejak yang pernah ditorehkan telah menjadi memory bangsa ini, memory itu kemudian mewujud dalam sebuah imaji-imaji akan perannya yang selalu dirindukan oleh bangsa. Pemuda dan Mahasiswa  adalah aktor intelektual, yang sadar dan ingin mengabdi kepada masyarakat dengan gagasan yang cemerlang memiliki ideologi yang jelas yang dipilihnya secara sadar dan membimbingnya untuk memimpin gerakan progresif dan menyadarkan umat terhadap kenyataan hidup. Idealnya memimpin masyarakat menuju perubahan, mendorong perwujudan pembenahan-pembenahan struktural, memiliki kesadaran dan tanggung jawab.

Bukan sebuah gerombolan pemuda yang pasif abai terhadap kondisi lampung barat ini sehinggga mereka selalu absent ketika dibutuhkan . Bukan juga sekelompok pemuda yang tuna konsep, tidak kreatif, dan hanya bias menadahkan tangan pada penguasa, buka juga yang sering berteriak mengutuk segala bentuk penyelewangan tetapi secara langsung maupun tak langsung mereka melakukannya. Kita juga tidak butuh pemuda yang meletakkan kepentingan subyektif diatas kepentingan bersama, Sudah saatnya Buruh tani mahasiswa dan rakyat lampung barat melakukan konsolidasi untuk memantapkan ikhtiar memerjuangkan keadilan dan etik-moral sosial masyarakat, mengawal dan bersuara lantang terhadap pemerintahan yang semakin hari menjauh dari harapan besar rakyat.

Kenyataan inilah yang harus benar-benar kita sadari bersama, sebagai sebuah tanggung jawab yang besar yang tidak biasa diabaikan. Pada siapa lagi bangsa ini dititipkan, entitas yang manalagi yang dapat dipercaya di tengah kondisi bangsa yang krisis kejujuran, minus keikhlasan, lembaga pemerintahan mulai dari Legislataif, Ekskutif, dan Yudikatif yang seringkali kebablasan.

Lampung barat mempunyai banyak putra-putri berprestasi, kemampuan yang mumpuni, dan bermoral baik. Tapi tidak muncul ke permukaan, karena tidak populer atau tidak mempunyai kesempatan untuk populer,Tugas semua elemen masyarakat lampung barat mencari figur-figur emas yang terpendam, sebagai calon pemimpin yang diyakini mampu membawa masyarakat  ke arah yang lebih baik. Karena masyarakat setempatlah yang paling tahu dan berkepentingan, seperti apa pemimpin yang dibutuhkan.

Oleh : M. Andrean Saefudin 
(Mahasiswa program studi ilmu hukum Fakultas Hukum Universitas Pamulang)

Tidak ada komentar