HEADLINE

Puisi Puisi Malam Minggu (Edisi Ke-11)

PUISI PUISI MALAM MINGGU (Edisi Ke-11)

Dari redaksi:
Sialahkan kirim karya puisi anda ke alamat e-mail riduanhamsyah@gmail.com atau inbox akun fb Riduan Hamsyah. Sertakan biodata. Nama asli penulis. Dan kosakata serta tanda baca yang baik dan benar, bila tidak mengikuti ketentuan ini maka karya tidak akan kami publikasikan..


RINDU KHAYALAN
Karya Sinta Pratiwi

Bapak ku macul
Ibu ku buruh tandur
begitulah kata lagu.

kini aku merindukan ayah
Karna aku jauh dirantau
Teringat waktu kecilku
Saat ayah kembali dari ladang
Punggungnya hitam legam terbakar sinar matahari

Gontai langkah ntuat gemetar
Sebab perutnya lapar.
Gagang golok tak mampu diangkat lagi
Keringat dingin mengalir di kening, tanda lapar.

Saat ini semua tinggal ingatan belaka
Selalu rindu pada ayah, seperti rindu pada syair satra yang lembut dan dala.

TENTANG PENULIS: tidak ada biodata yang bisa dipromosikan



SEPENGGAL KISAH
Karya Titin Ulpianti

Menatap kesunyi ditepi malam
terdiam disudut tepi ranjang
Ya disuduk ranjang itu
Dmna hanya bahasa tubuh dan nafas memburu
Disudut ranjang yang usang dimna canda dan tawa kita bersama
Terbawa lingkaran poros syurga yg menyala
Tetesan kringat bak hujan yg mengalir
memecahkan kesunyian malam

Tapi kini kau pergi menghilang bak ditelan bumi
tinggalkan bunga yg layu tak berdaya, Berterbangan dibawa musafir lalu menyisakan sedikit debu

Ya dipojok ranjang itu  tersimpan sepenggal kisah betapa kelamya dunia yang dirasa
bagaikan racun berbungkus madu manis terasa berakibat duka nestapa sepanjang masa
Laksana ranting yang tlah patah tiada guna

Sepenggal kisah yang takkan terlupa
Cerita antara aku dan kau tertulis dengan tinta darah membekas dan tak dapan terhapuh oleh stabillo waktu

TENTANG PENULIS: Titin Ulpianti Tinggal di Kota Liwa Lampung Barat, anggota Komsas Simalaba. Puisi puisinya telah dipublikasikan secara rutin di media online



KU INGIN BERMAIN DENGAN SKENARIOMU
Karya Yulyani

Ku terlena oleh panggungmu yang megah
ku mulai mainkan sandiwaraMu
ku perankan dengan caraku
meski ku tau, skenarioMu lebih indah
jalan ceritamu lebih bagus
tapi tak kuindahkan arahanmu
ku abaikan norma pertunjukanmu
ku tetap terlena dengan jalan cerita yang ku buat sendiri

apa ini semacam keangkuhan bagiku?
apa ini kesombongan bagiku?
bunuhlah keangkuhan itu
lenyapkan kesombongan itu
jangan sampai ku terlena terlalu lama dengan permainanku
ku lelah bermain dengan ceritaku
ku ingin berperan indah bermain sesuai skenarioMu
ku ingin merubah semuanya
Sebelum Engkau murka dan berkata
"Pertunjukan usai dan waktunya kamu pulang"

Way mengaku, 30 April 2016



KEMBALI LAH BERMIMPI UNTUK NYATA
Karya Yulyani

Jam dinding menunjukkan pukul 02.30
dingin masih memeluk gelapnya malam
sunyi senyap merangkul sepi

lelapmu seketika terjaga
tangismu memecah hening malam
ada apa sayang?
gerangan apa yang membuyarkan mimpi indahmu putriku

kembalilah pada lelapmu
menarilah di ujung mimpimu anakku
tetaplah terlelap dan bermimpi hingga mentari menyapa lembut wajah mungilmu

Way mengaku, 30 april 2016

TENTANG PENULIS:  YULYANI alamat : jln.raden intan way mengaku liwa lampung barat. Status: seorang ibu rumah tangga. Puisi puisinya telah dipublikasikan di media online. Ia tergabung dalam Komsas Simalaba



SAJAK UNTUKMU
Karya Aan Hidayat

Bila lelap tenggelam di kelap senja....
Air di telaga nuraniku bergelombang bergeraka2 mencipta bayang....
Percik gemercik bunga telaga sayup merusuk merayu di kalbu...  Bak senandung juwitaku.....
Seperti pagi di ufuk timur memucuk embun di dedaunan.. kerlap gemerlam membuai cahya siratan rindu yang bersahaja...

TENTANG PENULIS: Aan hidayat tinggal di gunung sugih liwa balik bukit., sehari hari bekerja di toko meubel. Ia juga belajar sastra di Komsas Simalaba.



SEGENGGAM LUKA
Karya Naz Elhasaq

Hadirnya tanpa di duga
dan kenangan yang tertinggal dalam hati
ku basuh luka meski pedih

Kini hanya tinggal kenangan
menjadi sebuah ingatan
yang senantiasa akan ku simpan dalam hati.

Bila kau kurindukan
maka pergilah engkau
bawalah semua mimpi-mimpi yang pernah kau ucapkan dulu
mungkin semua ini takdir diri
mencintai dan di lukai.

Rasanya sudah tak kuasa lagi
persoalan datang silih berganti
bersama tapi tak sekata
bahagia hanya hayalan saja.

Hatimu dan hatiku
mungkin tak kan menyatu
Seperti yang kita idam-idam kan dulu
yang tersisa kini hanyalah dendam dalam diam

23 April 2016

TENTANG PENULIS: Naz Elhasaq tinggal di Liwa, bekerja sebagai seorang petani sayur, ia rutin menulis puisi dan telah dipublikasikan di media online. Ia juga belajar sastra di Komsas Simalaba.



KOPI PAGI.
Karya Q alsungkawa.

Pagi yang indah diselimuti kabut
Dingin membeku menusuk tulang.

Tersudut di peraduan
Memaksa hangat dalam pelukan.

Secangkir kopi beraroma melati
Pelepas dahaga di pagi hari.

19 april 2016.

TENTANG PENULS: Q alsungkawa. Alamat: kebon tebu lampung barat. Rutin mempublikasikan karya di media online. Belajar sastra di Komsas Simalaba.


Tidak ada komentar