HEADLINE

Terbukti, BME 17 Tingkatkan Produksi Padi

PANEN  : Pimpinan CV. ALB Karya Mandiri-Kabid Produksi Distan Lambar dan petani memanen padi hasil penangkaran bibit Mentik Wangi dengan hasil cukup maksimal, 0,5 ha menghasilkan 8 ton gabah kering giling dalam waktu 4 bulan. (Foto : Novan. E)
Senin, 19 September 2011

Pesisir Utara, WL - Pekon Pemancar Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung Barat (Lambar), kini menjadi lokasi penangkaran bibit padi mentik wangi sekaligus pembuktian pupuk BME (Bio Makro Energi) 17 yang mampu meningkatkan jumlah produksi padi ataupun tanaman lainnya.

Itu dikatakan pencipta pupuk BME 17 Suwatril M.R. kepada Warta Lambar, Minggu (18/9). Dijekaskan Suwatril pihaknya tengah berupaya mengembangkan sebuah produk baru, BME 17, yang mampu mempermudah serta meningkatkan jumlah produksi padi. “Bibit mentik wangi dengan menggunakan pupuk BME 17, mempercepat masa panen dan hasil panen meningkat tajam,” ungkap Suwatril.

Saat ini pengembangan pupuk tersebut ditangani oleh CV. ALB Karya Mandiri di di Krui Kecamatan Pesisir Tengah, dengan memroduksi dua jenis pupuk, BME 17 standar  dengan harga Rp1.600/Kg dan BME 17 Gwano yang dibanderol Rp3.000/Kg. Dia juga menjelaskan peningkatan hasil produksi dengan menggunakan pupuk jenis BME 17 Gwano dapat mencapai 20% dengan harga terjangkau.

Kehadiran BME 17 merupakan pertama di Pulau Sumatra, dan lokasi yang dijadikan tempat penangkaran bibit mentik wangi yaitu di Krui dan Belitang OKU Sumsel. “Kualitas tanah dan air Krui lebih baik dibanding dengan Belitang, Berarti apabila masyarakat sudah menggunakan BME 17, bukan tidak mungkin hasil produksinya mampu bersaing di pasaran luar negeri mengingat sertipikat pupuk tersebut dikeluarkan langsung WHO,” terangnya

Pimpinan CV. ALB Kaya Mandiri, Arya Lukita Budiwan, S.T. mengatakan pihaknya akan berusaha semaksimal mungkin agar masyarakat Lambar, utamanya petani di pesisir mengetahui keberadaan dan kemampuan pupuk BME 17. Menurut Luki—sapaan akrabnya—sawah miliknya yang dijadikan sebagai lokasi penangkaran bibit mentik wangi seluas 0,5 hektare mampu menghasilkan 8 ton gabah kering gliling dengan masa panen kurang dari 4 bulan. “Saya benar-benar tidak menyangka karena jadualnya padi dapat dipanen setelah berumur 4,5 bulan, namun kenyataannya belum nyampai empat bulan padinya sudah dapat dipanen,” ujar Luki.

Kabid Produksi Dinas Pertanian (Distan), Andi Surya Wardana, mengatakan pihaknya cukup mendukung dengan kehadiran pupuk BME 17. Selain mudah dijangkau, pupu tersebut juga ramah lingkungan. “Saya sangat mendukung kehadiran BME 17 di Krui dan dapat diproduksi langsung di Krui,” ungkap Andi.

Andi berharap BME 17 dapat dikembangkan dan diterima dengan antusias yang tinggi oleh petani Lambar, khususnya petani di wilayah pesisir. “Nama Lambar dapat lebih dikenal khususnya di bidang pertanian mengingat di wilayah pesisir ini umumnya petani kita yaitu petani sawah,” pungkasnya. (nov)

Tidak ada komentar