HEADLINE

Kharisma Seorang Uje (Ustadz Jeffry Al Bukhari)

Menjadi berkharisma, berwibawa, disegani, bahkan dicintai, tentu bukan perkara yang mudah. Dalam kurun waktu sebelumnya, yang bersangkutan harus menunjukkan dedikasi dan loyalitas atas apa yang digelutinya. Seorang tokoh masyarakat atau pemuka agama, misalnya, dia menjadi berkharisma karena tauladan yang ditunjukkannya selama mensyiarkan agama betul-betul dengan keseriusan tanpa mengharap pujian atau imbalan dari makhluk-Nya. Dia hanya menginginkan ridlo Sang Khalik, Tuhan Yang Maha Kuasa.

Pada prinsipnya setiap orang yang menginginkan dirinya memiliki kharisma terhadap orang lain, berwibawa, disegani dan dicintai, setidaknya dia selalu menjaga diri dari hal-hal yang bisa membuat cela, aib, atau membuat celah bagi orang lain memberikan penilaian yang miring. Dengan kata lain, seseorang yang kharismanya tinggi cenderung terhindar dari hal-hal atau godaan yang subhat (samar) sekalipun, apalagi yang nyata-nyata bakal merendahkan martabatnya.

Wilayah kharisma sendiri bisa lintas sektoral, tidak terbatas pada suku, agama, ras, kelompok, golongan, usia, profesi, dan lain sebagainya. Seorang Ustadz Jeffry Al Bukhari (Uje), misalnya, dia begitu berkharisma. Sebab, apa-apa yang diucapkannya (baca: disyiarkannya) bisa diikuti, ditauladani oleh komunitas atau pengikutnya. Ustadz Uje bak magnit yang mampu menarik menghipnotis keinginan pengagumnya dari segala usia hanya untuk mendengarkan ucapan-ucapan atau ceramahnya.

Kaliber ustadz Uje sudah sampai ke seluruh penjuru tanah air, bahkan manca negara. Orang mungkin banyak mengagumi kehidupan ustadz Uje kini, meski dalam catatan perjalanan hidupnya dulu, bertolak belakang dari sekarang. Dan ustadz Uje sendiri tentu tidak langsung seperti sekarang: perkataannya didengar, kehadirannya selalu dinanti, sarannya selalu diikuti. Singkatnya, Uje merupakan sosok ustadz yang berkharisma.

Kharisma seorang Uje, hanyalah gambaran tentang suatu perbuatan baik yang bisa menyelamatkan orang banyak atau setidaknya mengajak selamat orang banyak. Artinya, orang lain bisa seperti itu dengan kapasitas yang berbeda. Seorang tokoh yang selalu berbuat baik, perkataannya atau janjinya ditepati, tidak mengumbar janji, dia juga akan diteladani dan menjadi berkharisma. Tingkah laku atau kelakuan sehari-hari juga harus menunjukkan jatidiri yang sebenarnya. Terlebih dia seorang pejabat.

Seorang pejabat (baik pejabat pemerintah maupun wakil rakyat atau anggota dewan) juga akan memetik hikmah dari janji atau ucapan sebelum menjabat, yang ketika menjabat diaplikasikannya dalam bentuk kongkret. Tidak sungkan turun ke bawah menemui warga atau konstituennya, menepati janji-janji yang pernah dilontarkan, memperbaiki kesalahan, dan membuat terobosan pembangunan untuk kemaslahatan dan kebaikan bersama, merupakan contoh membangkitkan seseorang untuk berkharisma, dengan mengeluarkan kekuatan dari dalam (inner) dan atau wibawa. (*)

1 komentar: