BENGKUNAT - Empat desa di Kecamatan Bangkunat, Kabupaten Pesisir Barat—Pekon Bandar Dalam, Way Tiyas, Siring Gading, dan Way Haru—terus bergelut dengan keterisolasian yang berkepanjangan. Sebuah proyek pembangunan ruas jalan yang sangat dinantikan, Way Heni menuju Way Haru, terhambat oleh masalah birokrasi, khususnya menunggu izin dari Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (BBTNBBS). Akibatnya, lebih dari 12.000 jiwa terjebak dalam keadaan terisolir tanpa akses yang memadai.
Jalan yang direncanakan sepanjang 20 kilometer ini adalah satu-satunya penghubung antara empat desa tersebut. Saat ini, jalan tersebut masih berupa tanah merah yang sangat rawan longsor, apalagi saat musim hujan tiba. Kesulitan ini telah mempengaruhi kehidupan sehari-hari warga, mulai dari transportasi hingga akses terhadap barang kebutuhan dasar.
"Kami sudah terlalu lama menunggu," ungkap Jayus, seorang warga Way Tiyas, penuh rasa frustrasi. "Saya lahir dan besar di sini, dan selama 33 tahun ini keadaan tidak pernah berubah. Pemerintah dan calon legislatif telah berjanji berkali-kali, tetapi kami tetap diabaikan. Kami hanya ingin masalah ini diperhatikan dan segera diatasi."
Masalah utama yang menghambat proyek ini adalah belum dikeluarkannya izin dari BBTNBBS. Khoiri, Penjabat Peratin Pekon Way Tiyas, menjelaskan bahwa meski Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat telah melakukan segala upaya, termasuk berkoordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, izin yang diperlukan belum juga diterima.
"Kami sudah mengajukan permohonan dan melakukan berbagai upaya untuk mendapatkan izin, tapi sampai sekarang belum ada kejelasan," jelas Khoiri. "Kami hanya butuh kesepakatan formal dalam bentuk perjanjian kerja sama dengan BBTNBBS agar pembangunan jalan ini bisa segera dimulai."
Keterisolasian ini berdampak pada semua aspek kehidupan masyarakat. Barang kebutuhan pokok menjadi mahal karena transportasi yang sulit, dan potensi ekonomi lokal tidak dapat berkembang dengan baik. Warga merasa terpinggirkan dan tidak mendapatkan perhatian yang seharusnya mereka terima sebagai bagian dari bangsa ini.
Pembangunan jalan ini tidak hanya penting untuk aksesibilitas, tetapi juga untuk meningkatkan perekonomian dan kualitas hidup masyarakat. Dengan adanya jalan yang layak, potensi ekonomi akan meningkat, dan kehidupan warga yang terisolir akan mengalami perubahan positif yang signifikan.
Namun, hingga kini, harapan masyarakat untuk memperbaiki keadaan mereka masih bergantung pada penyelesaian masalah birokrasi ini. "Kami tidak meminta yang berlebihan. Kami hanya ingin mendapatkan hak kami untuk hidup lebih baik dan merasakan manfaat dari kemajuan yang seharusnya kami nikmati," tambah Jayus.
Di tengah ketidakpastian ini, masyarakat Pekon Bandar Dalam, Way Tiyas, Siring Gading, dan Way Haru terus menunggu dan berharap agar pemerintah segera menyelesaikan masalah izin yang menghambat pembangunan jalan mereka. Mereka mendesak agar pihak berwenang memperhatikan dan menangani masalah ini dengan serius, sehingga mereka akhirnya bisa merasakan manfaat dari pembangunan yang selama ini mereka impikan.
Reporter : Eki
Editor : Tohjaya
Tidak ada komentar