HEADLINE

SEMARAK MALAM MINGGU (edisi 80)_Cerpen Endang A_AKU INGIN BEBAS

Redaksi Menerima Naskah
Kirim Puisi Minimal 5 Judul, Cerpen dan tulisan-tulisan lainnya. Lengkapi dengan biodata dan sejarah ringkas tentang dunia kepenulisanmu. Semua naskah dalam satu file MS Word
dikirim ke e-mail: riduanhamsyah@gmail.com
(Mohon maaf sebelumnya, program ini belum bisa memberikan honorium, cuma sebagai apresiasi untuk turut meramaikan dunia literasi tanah air kita. Salam)



CERPEN ENDANG A

AKU INGIN BEBAS

Di ujung kamar di sudut paling tepi, Nirmala sedang menatap kosong alur hidupnya, betapa hidup telah membuatnya menjadi koyakan sampah di antara aroma suci yang pernah singgah di ladang kasih Abi dan Uminya. Dia merutuk keberadaannya di tempat ini dan karena keangkuhannya untuk menjadi tersoleh di antara kawan kawannya. Cahaya masuk kedalam bilik kamarnya, namun dia enggan untuk memulai langkahnya dalam menatap hari. Pintu di ketuk, lalu masuklah Amanda teman senasibnya.

"Sudahlah Dik, jangan terus bersedih. Air mata tidak akan membuat kita bebas dari sini." menghampiri Nirwana dan memeluknya.

Terisak, "Mbak apa yang harus Aku lakukan kini? Aku binggung." 

"Bangkitlah dan berdoalah untuk mendapatkan jalan dan keluar dari sini. Ingatlah Allah tidak tidur Sayang."

Nirwana kagum dengan Amanda, walau Dia pelacur namun masih menyimpan kata kata bijak yang membuatnya mampu menjalani hidup.
"Bunuh diri bukan sebuah penyelesaian, Allah juga tidak menyukainya. Kita punya otak berfikirlah untuk menjalani hari kedepan, pertahankan apa yang bisa Kau pertahankan dan jika tak mampu berarti sudah takdirmu. Tapi ingat selalu berusaha dan berharap." kata Amanda.

"Dia menggunakan obat bius mbak untuk membuatku tak sadar dan mengikuti kemauannya, Aku bergerak layaknya tidak punya harga, Mbak. Lihatlah vidio itu." kata Nirmala.

Memeluknya, "Mbak tahu Sayang, Mbak juga mengalaminya Sayang. Berpura puralah patuh bergerak seolah Kita itu sudah keasikan. Intinya adalah saat Kita di kamar pertahankan, buat pria itu mabuk dan berikan bubuk ini, Kau akan selamat. Jika bubuk habis belilah Sayang. Kumpulkan uang untuk menebus diri. Esok Aku terlepas dari neraka ini. Jagalah dirimu, gunakan otak dan semangat."

"Mbak Kamu akan meninggalkan Aku?"

"Iya, Ibuku sakit dan uangku telah cukup untuk penebusan diri, esok Aku bebas dari neraka ini."

"Mbak lalu Aku?"

"Berjuanglah!"
Tetes air mata mengalir lebih deras lagi, namun dia harus melangkah maju, dia harus bisa menguasai diri melawan ketakutannya menghadapi dunia kejam ini yang membuatnya jatuh dalam neraka malam.

"Nirmala Sayang, ada tamu. Mau pakai kekerasan atau dengan dengan ...!" kata Iwan germo jembatan lima.

"Iya Aku sudah rapi, suruh masuk tamunya."

Melihat nirmala, "Waow cantiknya, sudah sadar ya jati dirimu sekarang! Oke keluarlah dan gabung dengan mereka di bawah."

"Iya, germo tak punya hati."

"Waow indahnya kalimatmu, cantik." sambil mengusap wajah Nirwana.

"Plak ... sentuh bayar ...!"

"Waow mau banget Aku ... Berapa manis?"

"Setarif Mbak Widia."

"Alamak ... Gak kuat."

Nirwana berlalu pergi bergabung dengan yang lain. Kemudian seorang Bupati datang menghampirinya.

"Manis, check in yuk!"

"Boleh Mas tapi tarifnya lebih dari Mbak Widia."

"Ok Sayang, deal."

Nirwana segera masuk kamar bersama Bambang, si Bupati. Nirwana mengambil gelas dan memasukkan bubuk putih ke dalam gelas yang sudah berisi minuman.

"Ini Mas sajian pertamaku."

"Okelah Manis, tapi bukalah bajumu barulah aku minum." 

Nirmala menurutinya. Bambang meminumnya, selang beberapa menit Dia pingsan setelah Nirwana menerima uang berikut tipsnya. Nirwana keluar kamar setelah dua jam berjalan dan kembali mencari korban lain. Hari ini dia menjadi kembang cafe. Banyak pria yang ingin menjamahnya. Namun hanya yang berani membayarnya besar barulah dia menerimanya. Seminggu dia sudah mampu mengumpulkan uang sebanyak seratus juta.

"Tinggal seratus lima puluh juta lagi Aku harus menggumpulkan uang." katanya dalam hati.

Nirmala makin gencar mencari mangsa, dia membuat pesona untuk membuat lelaki terjerat. Ada satu penggemarnya yang mulai mencintainya. Dan dialah langganan tetapnya.

"Manis ayo Kita langsung ke kamar."

"Baiklah, tapi tarif naik, berani?"

"Okelah."

Mereka menuju kamar. Nirmala menghidangkan minuman, tetapi kali ini Rustam menolak. Dia hanya ingin berbincang bincang dengan Nirmala. Dan karena kelihaiannya Rustam mampu membuat Nirmala bercerita tentang masa pahitnya hingga dia terjebak di ruangan ini.

Dahulu ayahnya mempunyai janji pada sahabatnya kalau mereka sepakat untuk menjodohkan anak anaknya. Setelah besar mereka di jodohkan dan akhirnya menikah. Nasib Nirmala tragis, dia bersuamikan homo. Selama ini dia memakai topeng agama tak ada yang mengetahuinya. Kemudian dia dan suami pintah ke pulau ini. Nirwana di jualnya pada seorang germo seharga dua ratua juta rupiah. Dia harus mengumpulkan uang sebanyak dua ratus lima puluh juta untuk keluar dari tempat laknat ini. Rustam berjanji menebusnya dan ingin memperistrinya jika Nirwana mau. Nirwana mengiyakan. Kemudian mereka datang ke ruangan Bunda Neta.

"Bunda, Aku mau keluar dari sini, berapa yang harus Aku bayar?"

"Waow Primadona mau bebas, mahal Sayang menginggat Kau adalah Primadona di tempatku, tujuh ratus juta rupiah, Sayang."

Rustam memberikan cek, lalu mereka pergi dari rumah neraka itu dan hidup bahagia.


Tentang Penulis

Endang A, lahir di Jakarta, 30 April 1995. Saat ini masih kuliah, aktif menulis puisi dan cerpen.


Tidak ada komentar