HEADLINE

Semarak Puisi Malam Minggu (Edisi ke-68) Puisi Karya Nuriman N. Bayan


SEMARAK PUISI MALAM MINGGU (edisi ke-68)

DARI REDAKSI
Kirimkan puisimu minimal 5 judul dilengkapi dengan biodata diri dan foto bebas dalam satu file ke e-mail: riduanhamsyah@gmail.com. Pada subjek e-mail ditulis SEMARAK PUISI MALAM MINGGU_edisi ke-69 (malam minggu selanjutnya). Redaksi akan memberi konfirmasi pd penulis yg karyanya dimuat. Bila dalam 1 bulan puisimu tidak dimuat maka puisi dinyatakan belum layak. (Mohon maaf sebelumnya laman ini belum dapat memberikan honorium). Salam segenab redaksi.


PUISI PUISI NURIMAN N. BAYAN

MENIMANG SUARA DI ATAS UDARA

Sewaktu telpon mendenyar 
aku pun memanjat tangga
ke tempat kutimang suara di atas udara
menjawab geletar rindu dari mata angin.

Di sana, ada keluh ingin dibelai
katanya rindu perlu disemai
karena ombak di dada tercerai-berai
namun kau bersabar dengan aduhai.

Sebab Moyang kita ...
terpisah lama
hanya bermodal doa dan sabar
karena ada yakin
Tuhan pasti membuka setapak  perjumpaan.

Supu, 10 November 2016.


PERJALANAN MENUJU KENANGAN

Mungkin engkau baru tahu?
perjalanan menuju kenangan bukanlah hal mudah
banyak tanah yang sudah dilubangi
banyak gunung menjulang, mesti kita tabah menghadapi
bahkan ada banyak tikungan yang melelahkan hasrat indahmu.

Namun itulah perjalanan
tidak sabar dan tidak tabah
kau takkan sampai di ujungnya
bukan hanya ilmu perlu kita bawa
karena di sana doa yang pulang selalu diuji.

Supu, 10 November 2016.


SEJATINYA PERJALANAN

Kau mau tahu sejatinya perjalanan?
pergilah ke kampung senja 
tempat kenanganku ditanam.

Di sana-

ya, di sana
kau akan bertarung dengan jalan-jalan berlubang
gunung-gunung menjulang
sungai-sungai besar
ketika hujan tumpah menggetarkan bulu kuduk.

Tiada titian di sana
selain angan yang menggunjing
dari beberapa angin, yang pergi dari kata sepakat.

Galela, 20 November 2016.


DI FKIP

Di gedung-gedung berlantai
di ruang belajar
di perpustakaan
harapan kami remuk
tempat belajar kami menyulap nyata jadilah mimpi
di tempat kami berteduh 
hilang kepercayan tak berpenghujung
semua jadi bayang-bayang
dan merebus harapan sendiri
membakar-bakar mata hati.

Kami punggut pecahan harapan dari kotoran gedung
lalu kami sulap jadi api amarah
kami coba menata kembali harapan kami yang remuk 
gedung-gedung kami yang luluh-lantak
lalu kami rakit jadi gagasan diri kami
setiap saat mengusik tanpa bosan.

Setiap hari kami dirayapi rayuan
dicekam kata, diintai teror, diraungi ledakan janji
kepercayaan pun pecah
kasih sayang terbelah
harapan kami patah
hati kami tak tercerah
kami gelisah
tapi terdengar dari mulut mereka
hanya janji, hanya teror
dan surat pemecatan yang diteriakan tanpa toleransi.

Ternate, 24 Desember 2013.


SURGA YANG HILANG

Sudah lama kami berlayar 
dengan perahu yang megah
mencari surga yang dititipkan
mendayung tanpa mengeluh
melewati samudra mendekati pegunungan.

Surga terlihat dari pandangan berkabut
kami mendekati tanpa ragu
hingga sampai pada gerbang 
namun sebelum masuk
kami ditangkap
dirantai dan dipenjarakan tanpa tanya.

Kami berteriak
“itu surga kami, jangan jauhkan kami dari tempat itu”
tapi teriakan kami hanya jadi pisau kematian
mencabik-cabik akal dan batin kami
harapan kami bak gubuk tak berpenghuni.

Ternate, 22 Desember 2013.

Tentang Penulis: Nuriman N. Bayan atau lebih dikenal dengan Abi N. Bayan, lahir di Desa Supu Kecamatan Loloda Utara Kab. Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara pada 14 September 1990. Anak dari Hi. Nasir Do Bayan, dan Rasiba Nabiu. Anak keenam dari sembilan bersaudara. Ia membina Komunitas Parlamen Jalanan Maluku Utara (KPJ MALUT), tergabung di Gerakan Mahasiswa Pemerhati Sosial (Gamhas-MU). Karyanya sering dipublikasikan di media online www.wartalambar.com. Serta beberapa tergabung dalam antologi bersama “KITA HALMAHERA” dan “EMBUN-EMBUN PUISI".

Tidak ada komentar