HEADLINE

Tanaman Kayumanis Kurang Diminati


Waytenong, WL - Para petani kopi enggan untuk menanam kayu manis dengan cara tumpang sari di antara sela-sela kebun kopi karena dianggap menurunkan tingkat kesuburan tanahhinggaberdampak patal terhadap hasil produksi kopi. Keberadaannya jarang ditemui membuat harga jenis rempah-rempah tersebut melonjak hingga Rp4.500/Kg kayu manis kering bahkan beberapa agen pembelian kayu manis menerima dalam bentuk basah dengan dihargai Rp1.000/Kg.

Syarif Hidayat pemilik kios jual beli hasil bumi yang ada di Pekon Sukaraja Kecamatan Waytenong, kepada Warta Lambar, Senin (31/10), mengaku saat ini harga jual kulit kayu manis mulai merangkak naik namun hasil dari petani sendiri tidak banyak dngan alasan petanienggan untuk menanam jenis kayu manis tersebut.

Lanjutnya, kayu manis tersebut digunakan sebagai bahan pemberi aroma dan citarasa dalam makanan dan minuman, juga digunakan sebagai bahan aditif pada pembuatan parfum, obat-obatan serta dapat diolah menjadi anti mikroba, sehingga untuk pemasarannya tidak akan pernah mati. “Sayang saat ini keberadaan tanaman kayu manis di Lambar semakin sedikit padahal jika dilihat dari kesubuannya kayu manis cukup cocok di tanam didaerah seperti di Lambar,” ucap Syarif.

Masih kata dia, dalam bisnis tersebut pihaknya mengakui mampu memberdayakan para wanita setempat untuk membantu pihaknya dalam mengeruk (Mengupas) kulit luar kayumanis tersebut dengan sistem upah harian. "Dalam bisnis saya ini saya menerima pembelian kayumanis

dalam kondisi basah maupun kering, sehingga jika dalam perolehan kayu masih basah otomatis saya membutuhkan tenaga yang lebih. Banyak untuk melakukan pengikisan kulit luar kayumanis hinggabersih dari kulit luar,” tandas Syarif.

Syarif menambahkan karena semakin berkurangnya keberadaan pohon tersebut pihaknya dalam satu minggu hanya mampu mengmpulkan kintalan saja untuk dijual lagi kepada pembeli dari Bandarjaya. Pihaknya juga mengjak petani yang memiliki lahan kosong untuk dimanfaatkan untuk ditanami kayu manis agar dapat menghasilkan meski dari masa penanaman hingga panen harus menunggu bertahun-tahun.

Syarif berharap instansi terkait untuk berupaya meningkatkan harga jual kayu manis serta berupaya mensosialisasikan pengembangannya kepada para petani, sepertihalnya ditamana diperbatasan kebun atau di lokasi yang kosong. "Kayu manis juga cukup berpotensi sebagai pemghijauan selain kulitnya yang dapat dimanfaatkan,” tutup Syarif. (nop)

Selasa, 01 November 2011
*)

Tidak ada komentar