HET Premium Sekitar SPBU Rp7.000/Liter
Waytenong, WL - Kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Karangagung Kecamatan Waytenong Kabupaten Lampung Barat (Lambar), dimanfaatkan oknum tertentu untuk meraih keuntungan. Sebab di beberapa kios pengecer premium dijual dengan harga Rp6.500/liter-Rp7.000/liter, meski hanya berjarak beberapa meter saja dari SPBU tersebut.
Dari pengakuan pemilik kios eceran pihaknya terpaksa menjual premium dengan harga tinggi karena memanfaatkan jasa calo yang menjual harga Rp5.800/liter.
Seorang penjual eceran Yanti, kepada Warta Lambar, Rabu (19/10) menjelaskan dengan harga modal yang cukup tinggi dirinya terpaksa menjual dengan harga yang tinggi pula, meskipun dengan harga tersebut sudah menyalahi peraturan yang ada. “Kami harus menjual dengan harga tinggi karena mahalnya dari calo, sebab calo yang ngecor di SPBU dan kami tidak diperbolehkan,” ucapnya.
Ketika ditanya lebih jauh terkait dugaan adanya kongkalikong antara petugas SPBU dan calo tersebut dirinya enggan berkomentar. Bahkan ketika wartawan koran ini menanyakan nama calo tersebut dirinya enggan untuk menjawab. “Yang pasti premium langka, nama calo dan ada kerjasama antara calo tersebut dengan petugas SPBU saya tidak tahu,” tambahnya.
Masih kata dia, selain kelangkaan premium membuat para pengecer menjual dengan harga yang relatif tinggi, juga disebabkan sulit untuk ngecor bahkan menurutnya petugas SPBU tidak sembarangan memberikan. “Namun tempat kami membeli cukup mudah mendapatkan dari SPBU tersebut,” tutupnya. (nop)
Kamis, 20 Oktober 2011
*)
Dari pengakuan pemilik kios eceran pihaknya terpaksa menjual premium dengan harga tinggi karena memanfaatkan jasa calo yang menjual harga Rp5.800/liter.
Seorang penjual eceran Yanti, kepada Warta Lambar, Rabu (19/10) menjelaskan dengan harga modal yang cukup tinggi dirinya terpaksa menjual dengan harga yang tinggi pula, meskipun dengan harga tersebut sudah menyalahi peraturan yang ada. “Kami harus menjual dengan harga tinggi karena mahalnya dari calo, sebab calo yang ngecor di SPBU dan kami tidak diperbolehkan,” ucapnya.
Ketika ditanya lebih jauh terkait dugaan adanya kongkalikong antara petugas SPBU dan calo tersebut dirinya enggan berkomentar. Bahkan ketika wartawan koran ini menanyakan nama calo tersebut dirinya enggan untuk menjawab. “Yang pasti premium langka, nama calo dan ada kerjasama antara calo tersebut dengan petugas SPBU saya tidak tahu,” tambahnya.
Masih kata dia, selain kelangkaan premium membuat para pengecer menjual dengan harga yang relatif tinggi, juga disebabkan sulit untuk ngecor bahkan menurutnya petugas SPBU tidak sembarangan memberikan. “Namun tempat kami membeli cukup mudah mendapatkan dari SPBU tersebut,” tutupnya. (nop)
Kamis, 20 Oktober 2011
*)
Tidak ada komentar