Pasal Ekonomi Nekad Tinggalkan Keluarga
Rabu, 21 September 2011
Sumberjaya, WL - Minimnya perekonomian dalam menghidupi keluarga, terkadang membuat kepala keluarga nekat mencari pekerjaan tambahan di luar. Seperti yang saat ini terjadi dalam keluarga Usman, warga Pemangku Ciamis Pekon Sindangpagar Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Lampung Barat (Lambar). Saat ini bapak satu anak itu nekat meninggalkan istrinya Rusmini (26) dan buah hatinya Andika yang masih berusia tiga tahun. Dia mencari pekerjaan tambahan di Provinsi Bangkabelitung menjadi buruh di sebuah perusahan timah.
Rusmini, kepada Warta Lambar, Selasa (20/9), menjelaskan kepergian suaminya itu disebabkan kebutuhan keluarga yang mendesak. Suaminya juga pergi atas restu dan izinya. Sementara dia bersama putra tercintanya tinggal di rumah berukuran 4 x 6 berkerja sebagai buruh tani di pekon tersebut.
Ditambahkanya, kepergiansuaminya sejak awal September lalu akan berlangsung cukup lama mencapai 1-2 tahun. “Dia pergi kerja mungkin satu sampai dua tahun tergantung di betah atau tidak,” jelasnya.
Terpisah, tokoh masyarakat setempat Suwarno, mengatakan pemandangan seperti itu merupakan hal yang biasa bagi warga setempat. Suwarno berharap, pemkab membuka lapangan kerja sesuai kemampuan warga dan masyarakat itu sendiri. “Kalau ada di Lambar tempat kerja yang layak, untuk apa jauh-jauh ke Pulau Bangka,” pungkasnya. (san)
Sumberjaya, WL - Minimnya perekonomian dalam menghidupi keluarga, terkadang membuat kepala keluarga nekat mencari pekerjaan tambahan di luar. Seperti yang saat ini terjadi dalam keluarga Usman, warga Pemangku Ciamis Pekon Sindangpagar Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Lampung Barat (Lambar). Saat ini bapak satu anak itu nekat meninggalkan istrinya Rusmini (26) dan buah hatinya Andika yang masih berusia tiga tahun. Dia mencari pekerjaan tambahan di Provinsi Bangkabelitung menjadi buruh di sebuah perusahan timah.
Rusmini, kepada Warta Lambar, Selasa (20/9), menjelaskan kepergian suaminya itu disebabkan kebutuhan keluarga yang mendesak. Suaminya juga pergi atas restu dan izinya. Sementara dia bersama putra tercintanya tinggal di rumah berukuran 4 x 6 berkerja sebagai buruh tani di pekon tersebut.
Ditambahkanya, kepergiansuaminya sejak awal September lalu akan berlangsung cukup lama mencapai 1-2 tahun. “Dia pergi kerja mungkin satu sampai dua tahun tergantung di betah atau tidak,” jelasnya.
Terpisah, tokoh masyarakat setempat Suwarno, mengatakan pemandangan seperti itu merupakan hal yang biasa bagi warga setempat. Suwarno berharap, pemkab membuka lapangan kerja sesuai kemampuan warga dan masyarakat itu sendiri. “Kalau ada di Lambar tempat kerja yang layak, untuk apa jauh-jauh ke Pulau Bangka,” pungkasnya. (san)
Tidak ada komentar