HEADLINE

Semarak Puisi Malam Minggu (Edisi ke-43)


SEMARAK PUISI MALAM MINGGU (edisi ke-43)


PUISI PUISI KARYA LUTHFI ZAIN

AWAL BERSUA

Salam 'alaikum
Semoga Allah selalu melindungi-Mu

Ingatkah..
Ukhuwah dalam majelis dakwah
Organisasi Islam di Sekolah
Pertemukan tali
Akan kesamaan dalam bidang

Ingatkah
Dahulu engkau mengarahkanku
Tuk melanjutkan menghafal
Kitab suci Al-Qur'an
Misi cabang kita

Ya...
Engkau begitu singkat memimpin cabang
Beralih dengan satu angkatan
Mengajarkan teman seangkatan
Berbahasa asing
Itu adalah bahasa Surga
Ajari mereka sedikit kosakata
Dan nahwushorofnya

Tahukah
Sebetulnya daku sedih
Kala kau beralih
Meskipun kala itu hati masih bersembunyi
Begitu dalam

 Namun
Aku mencoba ikhlas
Aku faham
Kau tengah menginjak
Pendidikan formal terakhir

Dan aku kini faham
Itu adalah cara Allah menjaga kita


PENERUS BANGSA

Beberapa tahun lalu
Kala bunga bangsa berjuang
Penuh dengan peluh, darah, bahkan nyawa
Terlahir bayi mungil tanpa dosa
Ya, sudah fitrah setiap kelahiran insan
Terlahir diatas tanah penuh perjuangan
Diatas bumi Nusantara
Ialah Indonesia
Tanah penuh perjuangan
Nasionalisme membara
Menular dalam darah
Menurunkan jiwa patriotisme
Ciptakan negara merdeka

Kini kamilah penerus mereka
Para pahlawan bangsa
Ciptakan realita lisan
Menjadi sebuah kerja nyata
Dimulai dari bersungguh-sungguh
Dalam hal belajar

Harapan kami besar
Jadikan Indonesia adil
Jadikan Indonesia makmur
Jadikan Indonesia sejahtera

Harumkan Indonesia
Buktikan!
Pada dunia
Bahwa kamilah Indonesia
Generasi patriot penerus bunga bangsa

Jayalah Indonesiaku


17 TAHUN BERLALU

15 Desember
Kuinjak jendela bumi
Menyibak usia
Semakin menambah angka
Semakin berkurang hidup di dunia

Intropeksi penting!
Untuk perbaikan
Kehidupan diusia mendatang

Harapan dan mimpi
Tertulis diatas kertas
Rangkaian cita
Mimpi
Dan harapan

Ya Allah
Aku ingin menjadi Dokter
Aku ingin jadi Penulis
Aku ingin jadi Da'iyah
Aku ingin jadi Hafizhah

Itulah 4 cita utama
Tuk bentuk cita-cita yang lain

Usaha kujalani
Ikhlas kuuraikan
Doa mengiringi
Cinta menyemangati

Kan kugapai mimpi
Kan kubahagiakan orang tuaku nanti
Aku harus bertekad
Tawakkal akan hasil
Kan jadikan hidup lebih bermakna
Yakinlah!
Allah selalu ada menemani
Mimpi, cinta, dan harapan


WAHAI PEMIMPIN NEGERI

Salam hormat dari kami
Rakyat Indonesia

Akan sampaikan suatu hal
Lihatlah disekeliling kami
Tanaman ubi tumbuh subur
Mengijau daun menjari
Membesar umbinya kini
Memanjang tangkai menjulang

Petani kami
Warga Indonesiapun
Di desa kecil menanam ubi
Mengapa kau ambil kebijakan lain?
Membeli tepung dari negara lain
Mengapa?
Petani kita kini sedih
Unggulan tanamannya dilecehkan

Mengapa?
Petani kami sedih
Akan dikemanakan ubi ini

Apakah kau ingin ubi musnah dari negeri Ini?
Apakah yang kau inginkan
Terjangkau sudah petani memberikan untuk negeri

Namun kini
Kau lebih memilih negara lain
Padahal Indonesia penghasil ubi

Wahai pemimpin yang terhormat
Kami petani ingin
Memberikan masyarakat dengan harga terjangkau
Mereka cinta Indonesia
Saya cinta Indonesia

Wahai pemimpin negeri yang terhormat
Bukankah kau juga cinta Indonesia?


IBUKU SAYANG

Peringatan bulan ini akan dirimu
Sosok yang teguh
Peluhmu ikhlas
Kasihmu luas
Meski lisan tak berucap
Kala bersua dimanapun

Namun,
Aku sangat yakin
Sangat yakin
Kau selalu mengasihi
Selalu menyayangi
Dengan lakumu
Segala bantunmu
Segala bimbinganku

Kado terindah dari Allah
Adalah dirimu
Yang sehat selalu

Ibuku
Sendu kau tepis kala bertemu
Kala aku melihatmu
Seolah menyembunyikan

Aku faham akan dirimu
Banting tulang
Seperti seorang ayah
Memasak sedap
Selayaknya seorang ibu

Ibu
Ku ingin bahagiakanmu
Kelak di masa depan
Atas mimpi-mimpiku
Dan kelak di Surga
Dengan do'a dan baktiku
Yang tak setara dengan segala jasamu


Tentang Penulis: Luthfi Zain, Gadis 17 tahun ini memiliki nama Facebook Luthfi Zain dengan alamat email: luthfiyah715@gmail.com. Penulis kelahiran 15 Desember 1999 ini tengah meniti pendidikannya di SMAN 1 Purbolinggo, Lampung. Ia mulai berkecimpung di kepenulisan mulai tahun 2015. Nohp: 085764801008 twitter: @LuthfiZain7



PUISI PUISI KARYA AAN HIDAYAT

RESAH 

Kemana dikau kawan, hari telah senja
namun bayangmu tak jua nampak,
temani senyum meski hanya di layar kaca.

Sungguh!
tetes hujan sore ini semakin
menindas rinduku kawan.
Gundah ini kemana akan kubaringkan.

Kawan ...
sebentar lagi dingin menjangkiti malam,
akankah kau biarkan rasa ini berteman sepi, sedangkan kini janjimu
kau sembunyikan
di balik senja tadi.

Lampung Barat, 11 Desember 2016.


KAMPUNGKU 

Ternyata kampungku kini sunyi, hanya beberapa sapa yang kautemui.

Entah kemana pergi wajah-waktu yang
dulu selalu tersenyum saat kuhampiri.

Ada denyar yang kusimpan di perempat
jalan di samping pos ronda.

Namun-

kampungku kini telah berubah warna
dan terasa asing saat kudatangi.

Hemmm ...

banyak sekali cerita dulu yang kini sirna
tertimbun debu-debu silih berganti.

Lampung Utara. 13 Desember 2016.

Tentang penulis: Aan Hidayat adalah seorang wiraswasta mebel di pekon Gunung Sugih Liwa, dia juga intens mencurahkan kegelisahan hatinya melalui puisi dan tergabung dalam sekolah menulis sastra dunia maya KOMSAS SIMALABA.



PUISI PUISI KARYA MUHAMMAD SARJULI

NYANYIAN DAUN JATUH

Hidup ini tidak bedanya seperti daun,
disetiap harinya gugur dan tumbuh
ada yang berserak di bawah pohon, ada juga yang terbang terbawa angin entah kemana. ada pula yang jatuh ke sungai terbawa arus, terombang-ambing bahkan tersangkut di celah batu.

Hati manusia pun seperti daun.
Tak jarang dedaunan termakan ulat, kriting, menguncup, dan layu tiba-tiba.

Daun-daun itu adalah cermin hati kalian,
apakah hati kalian menjulang tinggi seperti daun cemara
atau seperti daun rumput liar yang mencongak seperti ilalang
atau mungkin seperti daun keladi.

Sadarlah kawan daun itu menumpang hidup pada air, tanah, udara, dan matahari.
Dan semua itu milik zat yang Maha Penyayang.

Lalu apa yang kalian banggakan dari sebuah pohon cemara yang membuat hatimu tinggi?
Ilalang yang selalu berdesir tajam serta daun keladi yang enggan disinggahi air?

Sesaat saja hati merenung
maka niscahya akan terbesit mengemasi hati yang berserak.

Simpang Tiga, Air Hitam, Lampung Barat, 12 Desember 2016.


MAWAR

Kala daun sudah gugur
tidak akan ada lagi harapan bunga
hanya penyesalan beri pupuk cinta untuk yang ditanam.
Kesedihan serta ratap kebodohan
terus datang menari di ingatan
melengkapi kekabungan.

Merah jalan yang kutempuh
menapaki kerikil berbatu
di penghujung senja
jalan ini masih remang
meraba-raba jarak.

Di mana kau bunga?
Mata ini samar.

Simpang Tiga, Air Hitam, Lampung Barat, 14 Desember 2016.

Tentang Penulis: Muhammad Sarjuli, menyukai puisi sejak kecil dan tergabung dalam KOMUNITAS SASTRA SIMALABA sebagai pengurus. Karya karyanya aktif di publikasikan di berbagia media di antaranya wartalambar.com, saibumi.com, lampungmediaonline.com karyanya dibukukan bersama sastrawan jawa timur berjudul BULAN SEMBILAN dan yang terbaru tiga karyanya lolos dalam event kopi penyair dunia yang di beri judul Kumpulan Puisi Kopi 1550 MDPL.
Jejak pendidikan
SDN 01 Sumber Alam 2003
SMPN 02 Way Tenong 2006
SMAN 01 Way Tenong 2009
Kontak
Hp, Whatsapp, Imo : 0856-6874-6199
Facebook : Muhammad Sarjuli
Email : Sarjuli46@gmail.com



PUISI PUISI KARYA KAMSON

MENETASNYA CAHAYA SURGA

Kelahiran-Mu adalah cahaya
terang untuk mengubur semua kegelapan!

"Allahummashallialaa
saidina Muhammad, waala Ali saidina Muhammad."

Gedungsurian, Lampung Barat, 13 Desember 2016.


JARI JARI MANIS

Bungkam memendam kecewa dengan berjuta
janji palsu masa lalu, mulai terurai dibelai cahaya terang yang datang bak lentera
di kegelapan.

Jari-jari manis utusan langit ingin membersihkan rumah juga halaman yang kotor
oleh debu-debu dan
tikus rakus di padang harapan.

Teruskan niat sucimu,
kami turut di jalan lurus dengan
segenap asa.

Semerbak jari-jari manis terbungkus
 indah dalam nama agung "dua-jari manis."

Lampung Barat yang sejuk nan hijau kan
bersinar di dua-jari yang datang dari kita untuk semua.

"Salam dua-jari, saudaraku!"

Gedungsurian, Lampung Barat, 12 Desember 2016.


Tentang penulis: Kamson tinggal di Desa Pura Mekar, Kec. Gedung Surian, Kab. Lampung Barat, Lampung. Yang menggemari seni tulis; Puisi dan tergabung dalam KOMSAS SIMALABA (Komunitas Sastra Silaturahmi Masyarakat Lampung Bagian Barat). Karyanya telah dipublikasikan di www.wartalambar.com.



PUISI PUISI KARYA NANANG R

JALAN TERAHIR

Liwa,
masihku cium aroma mawar
sisa hujan bulan lalu
menguas jendela kaca.

Ada ganjen yang
membujukku menapaki
jalan terahir.

Di persipangan,
malam aku termenung
dipunggung jalanan yang mulai lengang,

Liwa, Lampung Barat, 12 Desember 2016.


ALEPPO

Aleppo,
masih terlalu pagi
bila aku harus menangis
tumpah darah dihujani
rudal timah panas.

Aleppo,
siap yang melakukan ini?

Koyak baju juga jiwa
Aleppo, kau menangis
kapan ini berahir tetesan darah
yang menganak sungai hingga deras.

Liwa, Lampung Barat, 12 Desember 2016.

Tentang penulis: Nanang romadi tinggal di Desa Pagar Dewa Lampung Barat. Nanang R bergabung aktif dalam sekolah sastra ( KOMSAS SIMALABA)
Hp: 081519180004
Wa: 0815 19180004
Fb: Nanang Romadi
Pin: D65AB0C7
Email: Hprestu838@gmail.com



PUISI PUISI KARYA Q ALSUNGKAWA

BERI AKU SATU PUISI

Ketika kejenuhan mengurung, pada sesosok puisi, menanti Ia! Dengan
sajak-sajak di tangan dan melambai meski remang-

pun senyuman yang dikemas setiap akhir pekan.

Adalah aku yang limbung, melerai bait-bait sempoyongan.

Tetapinya sebagian hasyrat, yang tertancap di ruang, di mana aku adalah ia bersanding di singgasana kata, hingga suatu ketika aku meretas generasi puisi.

Kebun Tebu, Lampung Barat, 15 Desember 2016.


LANGIT DIMUSIM PACEKLIK

Bukanlah hal baru, setelah ranum, meninggalkan ranting dan halaman. Lalu bertikai melindungi kebutuhan untuk jarak yang panjang, melintasi situasi paceklik.

Tak sedikit orang-orang menitipkan sertifikat ke lembaga keuangan, demi celah hidup yang terkoyak.

Tentu saja raut ini gamang, menjelma tiang, dari puisi-puisi yang menatap hari esok, hingga bait-bait itu berjalan tanpa sendat menuju barisan makna.

Kebun Tebu, Lampung Barat, 16 Desember 2016.

Tentang Penulis: Q Alsungkawa, Penggiat seni tulis, tergabung di barisan komunitas sastra di Lampung Barat (KOMSAS SIMALABA) Dan rutinitas mempulikasikan puisi-puisinya di media online www.wartalambar.com



PUISI PUISI KARYA YENNI DA

NYAWA DI LERENG PESAGI

Hanya sepenggal
hilang arti pada tebing terjal
tergeletak kaku tanpa nama
tanpa titi jejak,saat kutanya siapa? itupun tiada kunjung jawaban.

Dalam bergidik,
iba juga simpati mengerang menyusuri lembah
mencari sebab namun membingungkan.

Ini tentang Air HilianManak
janji di kaki bukit
untuk nyawa yang meregang
entah milik siapa?

Aku tak katakan engkau kejam
terjalmu bukanlah tandingan
buasnya penghuni pun menjadi jawaban, untuk menghentikan kepongahan insan yang menantang alam.

Way Tenong, Lampung Barat, 15 Desember 2016


AIR MATA DI AMBANG JERUJI

Rupa sang arrogan,
pias di ruang itu
di bayang-bayang kecemasan
pada raut penentu keadilan.

Tangis membuncah,
sesal terasa sia-sia
sebab kau telah menebar amarah
untuk anak negeri yang tersakiti.

Tanpa sengaja katamu!
sesungguhnya itu tipu daya
yang tak mampu menghentikan hukuman untuk jiwa yang lalai.

Terisak,membuatmu
tak ubah kurcaci mungil merengek di tengah hujan
yang ingin berlarian namun mantel bulunya kan basah?

Jeruji adalah sangkar keangkuhan
yang mestinya tak kau terima
andai kau jaga celotehmu
seperti saat kau bertahta.

Way Tenong, Lampung Barat, 15 Desember 2016


SETIA

Belasan tahun bukanlah mimpi
menyulam di kain yang bertanda
tentang kejujuran tiada henti
meski sejuta aral melintang.

Tak kusesal semua liku
meski terkadang terasa bak rajaman,beribu onak di langkah kaki kecil nan ragu.

Aku masih disini
dengan hati yang sama seperti saat kita mengucap janji
tentang setia sampai akhir.

Way Tenong, Lampung Barat, 15 Desember 2016

Tentang Penulis: Yenni Da,alamatpekonmutar alam, kec Way Tenong Lampung Barat. Tergabung dalam KOMSAS. Beberapa karya telah dimuat di Warta Lambar.



DARI REDAKSI
Kirimkan puisimu minimal 5 judul dilengkapi dengan biodata diri dan foto bebas ke e-mail: riduanhamsyah@gmail.com. Puisi, biodata, foto bebas dalam satu file. Tidak boleh terpisah. Pada subjek e-mail ditulis SEMARAK PUISI MALAM MINGGU_edisi ke-44


Terhitung mulai Bulan Januari 2017 setiap puisi yang dimuat Warta Lambar akan kami rangkum dan kami terbitkan menjadi buku antologi puisi bersama dalam setiap triwulan, maka dalam setahun kami akan menerbitkan 4 buku. Selanjutnya buku-buku ini berhak dimiliki oleh setiap penulis dan pembaca Warta Lambar di manapun berada sebagai bukti dokumentasi karya serta penghargaan kami yang sangat tinggi kepada para penulis agar karya-karyanya terkemas dengan baik. (Salam kreatife)

Tidak ada komentar