Puisi Karya Miftah Shofiyah Novianti
PUISI PUISI KARYA MIFTAH SHOFIYAH NOVIANTI
PENENANG DAN KEGADUHAN
Langit akan melambaikan tangan pada kita,
angin kan membelai kita,
matahari akan mencium hati kita.
Saat hamparan waktu
memaksa raga sejenak terpisah ,
dan mulai merajut asa.
Kau kan hidup,
menggali meski bersama ketegangan.
Rasa was was akan hati yang digaduhkan cobaan,
cobaan akan riuhnya kehidupan.
Kerangkamu yang menjadi penopang,
kan menjadi saksi kebimbangan
beratnya menyusuri jalanan.
Langit telah meyakinkan,
hari kan terang benderang
tak kan diselimuti kesengsaraan.
Tapi hati riuh bak demonstran.
Air Hitam, Lampung Barat, 19 November 2016
MENGUBUR BELIA
Dan berlalulah beliamu.
Hingga kau selalu tersandar di pelupuk ibumu.
Mata yang semakin sayu direnggut waktu.
Dan bibir, yang tiada henti mengalimatkan doa,
dari usia dini hingga merambah dewasa.
Ketika kah diterik mentari,
bergejolak, berambisi
meninggalkan semua kisi kisi.
Melangkahkan kaki dipertikaian hidup,
dan tak ayal, suatu pilihan,
bagai bumerang yang mematikan.
Air Hitam, Lampung Barat, 20 November 2016
PELAYARAN
Kapal telah benar- benar berlayar,
ombak telah bercerita padaku
denting jam telah memberitahuku.
Kini sepi,
pulang tak lagi berpenghuni.
Kapal dari dermaga itu
telah jauh dari mata.
Jiwaku meraung,
dahagaku membara
ragaku renta,
tak ada lagi canda bersama nahkoda.
Hitam, Lampung Barat, 21 November 2016
GEMURUH DALAM KETENANGAN
Memandang ujung samudera,
gemetar seluruh jiwa
seakan sesosok hantu memeluk raga.
Jiwaku terhantam,
ketakutan akan terbenamnya bintang
dan matinya matahari penerang.
Entah aroma mawar yang kan mekar,
dengan aroma mewangi,
atau datang duri kegelapan.
Siang berteman malam,
matahari, bulan dan bintang.
Mentari ada di sini
dengan gemuruh memeluk.
Erat ia memeluk,
rindu menyelimuti
mengekang kehidupan.
Sejuta angan,
tentang hari depan.
Matahari dan pelangi yang terbayang
meski separuh hati terbang melayang.
Way Tenong, Lampung Barat, 23 November 2016
MALAIKAT PENEBAR ILMU
Wajahmu yang kian layu,
dengan semangatmu yang masih menggebu.
Kau berikan tongkat tongkat kehidupan,
untuk anak anak didikmu.
Kau siapkan sejuta ilmu,
untuk ombak dan tombak masa depan
dunia yang semakin terngiang,
membuatmu semakin gigih berjuang.
Sedang kami butiran kecil debu,
tak memberi harga untukmu.
Untuk sekedar menghormatimu
lagi kami pun tak mampu.
Atas lalu bisu anak anakmu
kau obati dengan segenap relamu.
Betapa kami durhaka padamu,
Ibu Bapak guru.
Way Tenong, Lampung barat, 25 November 2016
Tentang Penulis: Miftah Shofiyah Novianti tinggal di Pekon Semarang Jaya, Kec. Air Hitam, Lampung Barat. Miftah Shofiyah Novianti, siswa SMA Negri 1 Way Tenong. Ia seorang pecinta seni, khususnya puisi, bercita cita menjadi penulis. Miftah Shofiyah Novianti juga tergabung di Komunitas Sastra Silaturahmi Masyarakat Lampung Barat ( KOMSAS SIMALABA).
DARI REDAKSI
Kami memberikan ruang kepada siapapun untuk berkarya. Bagi kami, kesusastraan nasional itu sesungguhnya adalah sebuah keberagaman; mulai dari sastra kaum pemula, sastra kaum tepi, hingga sastra kaum yg telah memiliki label nasional alangkah indahnya bila kita sepakat untuk dilihat secara bersama sama dan miliki tempat serta ruang yang sama pula untuk dihargai sebagai bagian dari corak warna dalam keberagaman. Sebab kita semua memiliki hak untuk hidup serta menemukan bentuk. Silahkan kirim karya anda ke email: riduanhamsyah@gmail.com atau inbox akun fb Riduan Hamsyah.
Terhitung mulai Bulan Januari 2017 setiap puisi yang dimuat Warta Lambar akan kami rangkum dan kami terbitkan menjadi buku antologi puisi bersama dalam setiap triwulan, maka dalam setahun kami akan menerbitkan 4 buku. Selanjutnya buku-buku ini berhak dimiliki oleh setiap penulis dan pembaca Warta Lambar di manapun berada sebagai bukti dokumentasi karya serta penghargaan kami yang sangat tinggi kepada para penulis agar karya-karyanya terkemas dengan baik. (Salam kreatife)
Tidak ada komentar