Puisi Karya Ahmad Rifa'i
KENANGAN INDAH
Menembus terik mentari
di antara jalanan berdebu
keringat basahi kening
menetes di setiap langkah.
Jejak meniti denyar
tentang hasrat angin.
Jauh angan netra
memandang
hamparan ilalang nan hijau
suguhkan panorama alam.
Indah, sepanjang
petualangan
kenangan tak terlupakan
telusuri jengkal perjuangan.
Bahway 02-10-2016
SAPU TANGAN MERAH
Hari berganti
bulan dan tahun berlalu
kembali kenangan itu
menjelma dalam angan.
Tangismu menggebu
sengal nafas tak menentu
kecewa akan biasan asmara
selaksa tak percaya
cerita.
Diam aku terpaku
sapu tangan merah
husap air mata
tiada kata terucap di bibir
kelu.
Kini
semua berganti
bahagialah, doa ini
menyertai.
Bahway 02-10-2016.
SAPA MALAM
Senja berlalu
mega merah menghias angkasa
terbesit tanya nan tak terucap
enggan kian menjelma.
Nyanyian itu
membuat hati kian kelu
terurai air mata menyapa
malam akan berlalu.
Bahway 01-10-2016.
SALAM PAGI
Semilir angin, kicau kutilang
sahdu
tetesan embun sentuh jiwa nan terjaga
menyapa damai sang mentari pagi.
Dalam diam, terkejut
dari balik pintu mengetuk
salam terucap
warnai pagi.
Kata saling sapa
bahagia singgah
gelak tawa terbit dari insan
anugerah tak terbayarkan.
Bahway 02-10-2016.
HARAPAN NAN SIRNA
Semerbak bunga, manjakan sang kumbang
putik bersemi kala pagi
menanti salam damai dari langit berawan hitam.
Sirna, akankah terulang
catatan indah nan jadi harapan
hembusan badai koyak dinding bertirai lusuh.
Denting waktu berlalu
jawaban tak jua menjelma
adakah dosa latah hampiri jiwa
gejolak kian tak tentu arah.
Sasmita, termenung
peraduan jadi tumpuan
ego membuncah
jerit akan luka
sesal.
Bahway 04-10-2016.
PERJALANANKU
Senja itu, berpacu
roda berantai
menyusuri bebatuan
lumpur penuhi jalan.
Terperangah
hambatan menghampiri
di tengah curam serta licin jalanan.
Menepuk kening
tiada percaya akan kenyataan
menjerit apalah arti, hanya terlahir dalam hati.
Lembar tantangan
terabas agenda keseharian
cerita nan penuh halang rintang
Bahway 06-10-2016
Tentang penulis:
Nama A Rifa'i. Alamat bahway
profesi sehari hari petani di perkebunan kopi
tergabung di komsas simalaba.
Dari Redaksi:
Kami memberikan ruang kepada siapapun untuk berkarya. Bagi kami, kesusastraan nasional itu sesungguhnya adalah sebuah keberagaman; mulai dari sastra kaum pemula, sastra kaum tepi, hingga sastra kaum yg telah memiliki label nasional alangkah indahnya bila kita sepakat untuk dilihat secara bersama sama dan miliki tempat serta ruang yang sama pula untuk dihargai sebagai bagian dari corak warna dalam keberagaman. Sebab kita semua memiliki hak untuk hidup serta menemukan bentuk. Silahkan kirim karya anda ke email: riduanhamsyah@gmail.com atau inbox akun fb Riduan Hamsyah. (Salam Redaktur: Riduan Hamsyah).
Tidak ada komentar