HEADLINE

Semarak Puisi Malam Minggu (Edisi ke-31)

Photo : Google

SEMARAK PUISI MALAM MINGGU EDISI KE-31


BUKAN PENYAIR
Karya  Naz Elhadzaq

Meski kerap kuburu kata kata semu
memanggil barisan ruh kedalam bait.
Hingga rangkaian kalimat menggeliat

Namun, aku bukanlah seorang penyair
aku juga bukan seorang pujangga 
yang mampu menggantungkan ribuan aksara dewa

karna jemariku hanyalah sebuah ujung dari rasa
yang kerap menggeliat, menarikan ribuan makna..

P.Liyu I 26 Juli 2016

Tentang Penulis: Naz Elhadzaq tinggal di Pematang Liyu, Lampung Barat. Ia belajar memahami puisi sejak bergabung di sekolah menulis puisi Komsas SIMALABA. Naz juga dipercaya sebagai salah satu pengurus dalam komunitas para peminat sastra di Lambar ini.



PERPISAHAN
Karya Wanti Okdavia

Kala itu,
hatiku hancur bagaikan
disayat sembilu tergores kesedihan.

Ketika terucap
salam perpisahan 
air mataku berlinang 
inilah suatu ketidak relaan.

Langkah kakiku,
dan langkah kakimu mulai terayun
jarak kita pun semakin membentang
kutoleh lagi kau kebelakang berbisik.

Direlung hati ini,
akankah semua menjadi terkenang?

Atau hanyut dalam
kehampaan, bahkan
terkubur oleh waktu dan keadaan.

Sahabat,
kebaikanmu tak akan
pernah terlupakan
walaupun kini,
rasa rinduku hanya dapat
kusampaikan lewat derasnya
gelombang lautan.

Pajar Bulan 22 September 2016

Tentang Penulis: Wanti Okdavia Alamat:Jln.lintas liwa no 28 kelurahan pajar bulan,kecamatan way tenong lampung barat. Ia tergabung dalam sekolah menulis puisi KOMSAS SIMALABA.



PUNCAK SEPUPU
Karya  Q Alsungkawa

Gemulai tarian Mu- riak Telaga!
Meski perih mengendap di dasar sunyi
tentang mimpi bunga setaman
sepertinya hanyut ke hilir jauh.

Sementara mata Seminung
enggan berpaling tatap
mengantar tetes-tetes kerinduan pada arus.

Sedangkan sepupumu, sang Pesagi
meminang kemolekan Suoh
menabur cinta di antara harapan tabu
sebab lumpur sepanjang waktu.

Dan lihatlah duka si bungsu
Abung yang malang
kehilangan air mata
sebab di penggal tanggul kekunang
seberkas cahaya melambai jauh.

Lumbok Seminung Lampung Barat, 22 September 2016


TARIAN DINASTI
Karya   Q Alsungkawa

Di balik tarian kabut
sesosok Pesagi merona
tenggelam di antara pesohor, gunung-gunung, di peradaban dinasti yang menggeliat
mengikis lumbung semut merah.

Dan merah, ketika mempelai Seminung membasuh jejak di pemandian hulu danau,
adalah butiran ... ringkik tergenang.

Di balik tarian kabut
matahari mengasingkan diri, menikmati sunyi
menghitung biji-biji gerimis
mencatat detik-detik tenggelamnya sepotong surga, setelah terabaikan
hingga anai anai
linglung menapak ranting
sebab surganya,

masa-

tenggang senja.

Lumbok Seminung Lampung Barat, 22 September 2016


SISA DEMIKIAN RUPA MALAM
Karya Q Alsungkawa.

Melihat bintang.
Berdua, di bangku yang sama, di saat tatapan takberanjak
dan hasrat beringsut ke pementasan denyar-denyar, menjengkal sudut lekuk tarian malam
hingga disita fajar.

Tetapinya, sisa bintang yang terdampar di matamu, tertunda seonggok cerita di pengasingan.

Adalah nostalgia
menarasikan biji-biji langit, bicara pada karang, menyimak butiran pasir alibi bisu di pesisir.

Hai, hai ... Lestari!

Sisakah bintang terbenam di sudut matamu,
sebelum tergelincir menjelma air mata?

Kemudian hanyut menjumpai tepian pantai sunyi.

Ciptamulya 26 juli 2016


JANGAN ADA SESAL
Karya Q Alsungkawa

Adalah kenari
Ia hinggap ... melantun kicauan sendu.

Lalu terbang ke sudut jauh
membenam senja pada kesunyian.

Ialah yang kusebut pekat.

Lumbok Seminung Lampung Barat, 21 September 2016


SISA FAJAR
Karya  Q Alsungkawa.

Adakah sisa darah
terpercik di lembar kertas lusuh
catatan tinta emas?

atau pudar ketika tetes hujan
menerpa goresan sejarah
tentang butiran pilu terbungkus
sisa fajar.

Semangat juang
mengalir ke hilir
lindap di muara
menyentuh nurani pagi
menetaskan senyuman anak-anak
Pertiwi.

Ia pahlawan
mencatat nyata
kebebasan
di penghujung pagi.

Ciptamulya 11 Agustus 2016

Tentang penulis: Q Alsungkawa. Tinggal di ciptamulya, kecamatan:   Kebon Tebu, kabupaten Lampung Barat. Ia seorang pemuda, penggiat seni kesusastraan di Lampung Barat. Tergabung di komunitas sastra (KOMSAS SIMALABA). Rutinitas mempublikasikan karya-karya puisi melalui media online www.wartalambar.com



PEMATANG EMAS LIWA
Karya: Anik Susanti

Menguning sri padi
Keemasan warna musim tuai
Hamparan harap tunai
Menjawab kebutuhan hari-hari

Ufuk timur menimang keringat
Ufuk barat mengantar istirahat
Abdi pada bumi
Tanpa kenal ambisi

Pematang Emas Liwa
Lumbung abadi petaninya
Damai peluk sejahtera
Sahaja mozaik nada cinta

Gunungkidul, 23 September 2016


DARA LIWA 
Karya: Anik Susanti

Mata sejukmu adalah cermin
Jiwa yang teduh santun dan rajin
Balutan merah busana sederhana
Mengunci ingin berparadoks gaya

Natural memesona
Merekah rona senyum lotus
Pekat warnamu tak terbawa arus
Menembus dimensi teguh budaya

Dara Liwa menyala saga
Sinaran jiwa semangat tak drama
Peran sebenarnya
Perajut asa di leluasa kasih mayapada
Mencipta dunia nan mulia nirmala

Gunungkidul, 23 September

Tentang Penulis: Anik Susanti adalah Pecinta sastra asal Jogja bernama Anik Susanti, yang berprofesi sebagai karyawati. Antusias belajar puisi dalam Komsas Simalaba. Aktif mengirim karya di Warta Lambar. Alamat: Semin, Gunungkidul, Yogyakarta.



KEINDAHAN ALAM LAMPUNG BARAT
Karya Pina Yuliana

Dengan puisi
kutuangkan cinta yang lahir pada pesona alam,
danau ranau membentang rindu
di hati para nelayan,
dan insan beri senyum hangat
di tepi bibir.

Enggan bila mencibirnya,
kerana mutiara cinta Lampung Barat terus membelai kasih di Way Semangka.

Inginku abdikan agar sungai ini
alirkan darahnya hingga ke rongga jantungku.

Dengan puisi
kulabuhkan jiwa dalam hembusan angin,
kudayung mimpi pada pohon yang alirkan kata di bukit barisan.

Suku, agama, budaya
merajut tali kasih
pada benih-benih cinta
yang mulai timbul dalam sanubari.


SURAT UNTUK AYAH
Karya Pina Yuliana

Telusuri dunia bebas
tanpa batas cakrawala
yang memandang luas,
pada angin yang mendesau entah dari mana?

Suatu subuh, pena mengalirkan kata pada lembaran buku suci
ingin rasanya mengabdi rindu,
dan syairkan nada cinta di atas udara.

Lalu sampaikan surat untuk ayah
seolah menuai hasrat rindu ,
akan cinta yang terlepas.


JAHITAN LUKA
Karya Pina Yuliana

Bisik cinta terus bergumam
selimuti tinta hati
yang mulai padam.

Duri-duri waktu
pijaki sayap cinta
yang merajut derita,
hingga jahit luka,
dalam lembaran tajam.

Riuh pilu membesit tanya di lubuk hati,
ingin deru cinta,
namun suasana risau membelah luka pada kesunyian waktu.

Tentang Penulis: Pina Yuliana Alamat: Sidomakmur, Lampung Barat.
Kec: Way Tenong. Ia masih berstatus sebagai pelajar di SMA N 2 WAY TENONG. Pina Yiliana bergabung di sekolah menulis puisi KOMSAS SIMALABA.

Dari Redaksi:
Kami memberikan ruang kepada siapapun untuk berkarya. Bagi kami, kesusastraan nasional itu sesungguhnya adalah sebuah keberagaman; mulai dari sastra kaum pemula, sastra kaum tepi, hingga sastra kaum yg telah memiliki label nasional alangkah indahnya bila kita sepakat untuk dilihat secara bersama sama dan miliki tempat serta ruang yang sama pula untuk dihargai sebagai bagian dari corak warna dalam keberagaman. Sebab kita semua memiliki hak untuk hidup serta menemukan bentuk. Silahkan kirim karya anda ke email: riduanhamsyah@gmail.com atau inbox akun fb Riduan Hamsyah. (Salam Redaktur: Riduan Hamsyah)


Tidak ada komentar