Puisi Karya Q. Alsungkawa
Photo by: Eka Fendi Aspara
PUISI KARYA Q ALSUNGKAWA
PAMIT DARI KAGUM
Perlu kutegaskan kata maaf
Sepertinya harus di tunda
kekaguman ini.
Sebab tiada ikrar terucap
sebatas ketulusan dari niat
berharap bukanlah kesalahan
dari, mencari jalan hallal.
Meringankan pemikiran
dari sesosok insan yang menjelma keindahan.
Setuju! Dikata
engkau adalah kecantikan
namun bukanlah bumerang
yang akan menguasai hatiku.
Selayaknya rasa ini dikuas
dari serpihan, yang mungkin bukan miliku.
Adapun cerita pagi
dengan senyuman
hanya menyentuh gigil
dari cipratan setetes embun.
Lumbok Seminung, Lampung Barat, 27 Agustus 2016.
MASIH TENTANG LAUT
Rindu laut
Semilir angin, mampir di sela jemari
tanpa canggung menggoda bulu lentik yang hinggap di kelopak matanya.
Ia betul shisi!
Sepertinya pendaratan bisikan
yang menapaki landasan lifstik
masih menyisa tinta merah
meski telah di kuas tangkai waktu.
Ya shisi.
Maafkan aku kembali mengulas debaran silam
sebabnya beberapa tuan pulan
berdayung di laut
hingga sang camar kembali
senandungkan
deburan ombak yang pernah mengacaukan
hulu dada ini.
Saat usia belasan tertoleh
tentang laut
buih-buih kenangan menari di pucuk-pucuk gelombang.
Lumbok Seminung Lampung Barat , 28 Ags 2016.
BUTIRAN PURNAMA PAGI
Sudahlah! Humairoh.
Tak perlu lagi disembunyikan
purnama yang kesiangan di matamu
saat pagi menjelang
catatan mimpi
masih belum kau rapikan.
Sesungguhnya di balik diam
ekspresimu
menarasikan dan mengajariku
pada ranah kebahagiaan.
Baiklah, Humairoh!
Usah kian kau sajikan senyuman
di meja pagi
sesungguhnya semangkuk ketulusan
telahku lumat
ketika mataku terbentur pada dinding pesona
yang menggantung di raut merona.
Subhanalloh.
Pula maafkan, Humairoh!
Sebab kau menunggu
pedaran purnama yang lamban
aku tangkap
dari selarik puisi.
Lumbok Seminung Lampung Barat, 29 Agustus 2016.
JEJAK HUJAN
Dan aku geser keindahan langit
pada secarik putih, bergaris puisi
sempat dilipat seperti biduk, lepas landas di ubun-ubun sungai
terseok-seok membentur butiran air mata
yang kau tunda ketika pilu menghujam, di sudut senja yang berlalu.
Sudahkah kau bujuk biji-biji kantuk?
Setibanya malam terbungkus hujan
menghapus jejak, setumpuk rindu
pada pemukiman di sudut jauh.
Hai, hai, kutoleh ronanya! Humairoh.
Percintaan kemarin belumlah usai
dan aku tak pernah beranjak dari bangku setia
walaupun sunyi tetap membungkam.
Lumbok Seminung
Lampung Barat 30 Agustus 2016.
ASMA KEKASIHNYA
Berterbangan anai anai
dari seantero negeri.
Asma keagungan-Nya mengumandang
tersiar dari Kubus hitam.
Suci bumi,
jejak lacak, "Habibbana," pejagad lanang, penguak tabir
muslihat Iblis.
Ia kekasihNya, abadiNya-
penghantar kalam,
sandi taman Firdaus
sejatinya wadah piut-piut Adam.
Lumbok Seminung, Lampung Barat, 31 Agustus 2016.
Tentang penulis: Q Alsungkawa tinggal di Ciptamulya, Kecamatan: kebon tebu, Kabupaten: Lampung Barat. Ia Seorang pemuda penggiat seni kesusastraan di Lampung Barat. Tergabung di komunitas sastra (KOMSAS SIMALABA) yang tumbuh pertama, mandiri di Lampung barat. Rutinitas mempublikasikan karya-karya puisi melalui media online www.wartalambar.com
Sungkawa seorang Petani kopi Dan membawa misi agar para penulis pemula Dari tingkat SLTA bahkan seniman pinggiran untuk terus menulis kegelisahan hati dan cita-citanya agar kelak bisa eksis di kesusastraan nasional.
Dari Redaksi:
Kami memberikan ruang kepada siapapun untuk berkarya. Bagi kami, kesusastraan nasional itu sesungguhnya adalah sebuah keberagaman; mulai dari sastra kaum pemula, sastra kaum tepi, hingga sastra kaum yg telah memiliki label nasional alangkah indahnya bila kita sepakat untuk dilihat secara bersama sama dan miliki tempat serta ruang yang sama pula untuk dihargai sebagai bagian dari corak warna dalam keberagaman. Sebab kita semua memiliki hak untuk hidup serta menemukan bentuk. Silahkan kirim karya anda ke email: riduanhamsyah@gmail.com atau inbox akun fb Riduan Hamsyah. (Salam Redaktur: Riduan Hamsyah)
Tidak ada komentar