HEADLINE

Puisi Karya M. Sarjuli


Photo Ilustrasi: Google

PUISI PUISI KARYA M SARJULI

KURASAKAN SEPINYA

"Ibu, aku kedinginan."
Berlinang butiran bening di pelupuk matanya
segera akan bergulir menganak sungai di pipinya lalu bermuara di ujung dagu
dan aku tergagu bisu.

"Ayah, aku ingin dengar dongengmu."
Kian deras butiran itu menghujam tanah
mengalahkan butiran-butiran hujan yang jatuh dari langit
dan akupun terisak tak kuat merasakan kesepiannya.

Kemudian suaranya hilang, mungkin lelah dengan tangisnya
tangannya memeluk ke gundukan pusara dan tertidur,
bermimpi dipeluk oleh kedua orang tuanya.

"Tuhan, kisah apa yang akan Engkau hadirkan untuknya?"

dan aku ikut menangis.

Simpang Tiga, Air Hitam,
Lampung Barat, 05 September 2016.


BANGKAI KEHIDUPAN

Bukan jasad yang tergeletak; terbungkus kain mori putih polos tertutup jarik, di pembaringan.

Bukan juga seonggok daging di pasar tradisional, dan tumpukan bangkai ikan segar di pelelangan.

Benar ... yang kau tumpuk selama ini kecuali amal ibadahmu.

Simpang Tiga, Air hitam,
Lampung Barat, 30 Agustus 2016.


SURGA NYATA

Suatu sore di sudut kota
saat mega merah tercampur magenta,
surga yang nyata kutemukan
pemandangan yang begitu luar biasa
kagum hatiku tak mampu uraikan semua.

Setumpuk eksemplar koran masih di tangan
di persimpangan tepat di pinggir jalan
surga itu masih tersenyum di antara sejuta beban
buah hatinya adalah segala harapan.

Dapatkah engkau bayangkan?
Bandingkanlah dengan mereka yang hidup yang cukup,
duduk santai melihat televisi pada jam sekian dan surga itu masih berjuang untuk anak-anaknya di jalanan.

Ingin kutuliskan seribu kisah tentangnya
namun hanya ini yang aku mampu.

Bayangkan dan rasakan
yakin tangis di hati kita akan pecah.

Simpang Tiga, Air Hitam,
Lampung Barat, 06 September 2016.


TANYA PEMULUNG KECIL

Sepasang kaki kecil kumuh di jalanan kota besar; ramai lalu-lalang kendaraan
memikul karung berisikan gelas-gelas plastik
berwajah lusuh, bertopi kumal dan berpeluh
menyimpan debu-debu dari roda-roda kota.

Tersisa sebuah tanya dari hati terdalamnya; "Esok aku akan jadi apa?"
ketika lipatan kertas tak pernah terbaca
kerasnya bangku kayu sekolah tak terasa
ketika hari-hari mengejar rupiah demi sesuap nasi.

Simpang Tiga, Air Hitam,
Lampung Barat, 06 September 2016.


BEDA RASA SATU NASIB

Muntah mulut-mulut kucing
buncitlah perut tikus-tikus
lalu gendut perut mereka,

kami mengais!
Kalian merauk.

Mencurilah kami
kemudian di penjara kita bertemu
terpisah sekat

Bersedih pertiwi menangisi kita.

Simpang Tiga, Air Hitam,
Lampung Barat, 01 September 2016.


Tentang M.Sarjuli  : Tinggal di Simpang Tiga, Air Hitam, Lampung Barat. Menyukai puisi sejak kecil dan tergabung di KOMUNITAS SASTRA SIMALABA sebagai pengurus.

Kontak Hp, Whatsapp, Imo : 0856-6874-6199
Facebook : Muhammad Sarjuli
e-mail : Sarjuli46@gmail.com


Dari Redaksi:
Kami memberikan ruang kepada siapapun untuk berkarya. Bagi kami, kesusastraan nasional itu sesungguhnya adalah sebuah keberagaman; mulai dari sastra kaum pemula, sastra kaum tepi, hingga sastra kaum yg telah memiliki label nasional alangkah indahnya bila kita sepakat untuk dilihat secara bersama sama dan miliki tempat serta ruang yang sama pula untuk dihargai sebagai bagian dari corak warna dalam keberagaman. Sebab kita semua memiliki hak untuk hidup serta menemukan bentuk. Silahkan kirim karya anda ke email: riduanhamsyah@gmail.com atau inbox akun fb Riduan Hamsyah. (Salam Redaktur: Riduan Hamsyah)

Tidak ada komentar