HEADLINE

Semarak Puisi Malam Minggu (Edisi Ke-23)

Ilustrasi : Lembah Anai , Ngarai Sianok - Lampung Barat (Foto : Eka Fendiaspara Alliwa)
SEMARAK PUISI MALAM MINGGU (Edisi ke-23) 
Karya Anak Lampung Barat

TUAH KERINGAT LELAH
Karya Suyono

Birumu indah, ketika mata dan lengan jauh mengukir mega hingga nampak, sang senja.
Di bawah kaki Gunung Sekincau,
jemari ini merajut asa.

Terik sang surya dan rintik hujan sempurnakan nuansa alam, yang kadang hadir tak sesuai harapan.
Tetap menatap, dan melangkah sesuai arah.
Di situ aku meniti waktu, sadis dunia membias kusam, tetesan kringat akan sang surya.

Demi indah, dan berkah ridhoMu.
Tak jerah segumpal darah,
meski himpitan waktu melaju, tak sesuai arah denyut nadiku, tetap ku pacu.

Hingga kenyamanan itu, hadir dalam benaku.

Tiga jaya 30 juli 2016, Sekincau-Lampung barat.

SEPOTOMG KENANGAN
Karya M. Sarjuli

Hujan,
malam tadi kau singagah
kenapa kau tidak  bangunkanku?
Aku iri pada mereka
lihatlah rumput liar dan dedaunan serta reranting yang kau sapa semalam
mereka menceritakanmu.

Aku rindu padamu
Ingin menari bersama serta akrab seperti dulu
tentu kamu masih ingat saat kau datang, aku berlarian diserambi rumah dan menadahkan tangan menyambut kedatanganmu.

Tidak seperti saat ini kau begitu mengerikan,
sapaanmu membuatku takut dan kecewa,
memaksaku menutup pintu rapat rapat
duduk termenung menunggumu pergi.


Simpang Tiga, Air Hitam-26 Juli 2016


SENJA
Karya Lasmi

Kutitip salam
di lembayung senja
lewat dedaunan
kutitipkan ke sana.

Penyambung rasa
di tengah kota
biar wajah
diammu nyata.

Lembayung senja
begitu adanya,
walau bayangmu
tak tampak pula
lewat bisikan udara
kau kan merasa.


Ciater 1.  Serpong-Tangerang selatan, 30 juli 2016


CINTA DALAM DIAM
Karya Ayu Purwaningsih

cinta yang mengalir dalam darahku
membangkitkan nostalgia
yang hanya mampu kuintip
dibalik pilunya kisah perih yang tetap enggan ku sisihkan

aku tetap mencintainya dalam diam
tak mampu berseloroh
menyinari setetes air
hingga hujan yang akan menghapus jejak ini

Karang Agung, 30 Juli 2016

BUTIRAN DEBU
Karya Nanang R

Aku tak serupa bayanganmu,
yang kau anggap
mutiara di samudra biru.

Aku tak serupa bayanganmu,
yang kau anggap mampu
melukis kanfas cakrawala
bersama sang dewa kata.

Karena aku hanya zona kritis,
di jurang dalam seketika runtuh
melabil imaji.

Aku tak serupa bayanganmu
aku hanya butiran debu.


Bekasi, 29 Juli 2016


KIDUNG RINDU
Karya    Titin ulpianti

Malam ini kian membisu semilir suara angin  berbisik merdu
membawaku larut dalam kenangan.

Dilema,
sungguh itu masih terasa menyisakan pertikaian hati yang belum usai

Kemelut ini kian tajam makin menari-nari di relung jiwa
kidung rindu yang kualunkan
makin mengikis kenangan sendu.

Di sini aku masih terpaku menunggu,
menanti perjumpaan di awal mahligai
lewat angin kusenandungkan
betapa rindu ini makin mencekam,
langitpun masih menyaksikan
walau rona berubah warna
Kesetiaan yang tak bertepi
namamu jadi prasasti  dalam jiwa.

Sukau, 28 juli 2016

TAWAKAL
Karya Ahmad Rifa'i.

Bencana, di mana-mana
malapetaka, tak lagi asing
dalam pandangan.

Renung, begitu banyak dosa
mungkinkah ini ujian
namun bisa juga teguran
atau hukuman.

Duka nestapa
cucuran air mata
jiwa takputus asa
tawakal, di balik semua
mengandung hikmah nan sempurna.

Bahway 22 Juli 2016.


TULISAN
Karya Ining Rustini

Tersirat
Tertulis
Goresanku dipajang
Tanpa kesan

Kuulang-ulang
Tetap samar
Semangat terus kujuang
Keindahan datang

Tak kecil hati
Coretanku situlis kembali
Jadikan inspirasi didapati

KSA, Saudi Arabia, 27 Juli 2016


KASIHMU TIRI
Karya Anik Susanti

Kinasih sudah menjalar
Asa tak bernalar kukejar-kejar
Sialnya cinta darimu tiri
Indahnya sekedar bias pepura
Helah napas terlanjur sesak meluka
Melupakanmu jawaban tak mungkin
Ujarku nan terlanjur patah ingin
.
Tiadanya secerca sorot setia
Ikrari jiwa berpalung hati
Ratapan ini buatku mundur menghablur
Iringi pelepasan kamu dan penantian masa depan cerahku
.
Gunungkidul, 26 Juli 2016


ETAPE HUJAN DAN KEMARAU
Karya: Anik Susanti

Kau bius lagi grahita gembira
Tiap jengkal pencerah meredup
Gegara pekat mendung melahirkan rinai
Terbosannya keadaan indah tapi terberai
Pisahku pada hujan beralih musim adanya
Di peraduan kemarau yang kemana lesap

Tibalah angin itu semilirnya membesar
Udara dingin kering mencakar
Memecah lembaran daun
Menggugurkan mahoni yang berayun

Di titik etape masih berkata antara
Daku belum beranjak dari sisa hujan
Sisa seribu kenangan
Belum kering sepenuhnya sapaan kemarau
Yang kuberteduh pada tawa gurau

Harapku menunggu kemarau
Agar sampai hatiku segera di musim semi
Hingga gugur ini jelang berbunga kembali

Yogyakarta, 26 Juli 2016


MENDUNG
Karya Naz Elhadzaq

Petang ini kian terasa sepi
sinar mentari hilang di telan mendung serta rintik hujan mulai berjatuhan

Disini, aku duduk seorang diri
sembari menatap layar handphone..

Pematang Liyu I 19 Juli 2016


SAHABAT CANDA
Karya Naz Elhadzaq

Bayu yang berhembus dingin
banyu yang mengalir deras
bahari yang berombak riuh
serta bathin yang bergejolak sukma

Wahai barisan penyair
betapa indah menikmati hari bersamamu
sungguh, tak dapat kulupakan seumur hidup

Bersama dalam canda dan tawa
berbagi suka maupun duka.
Didalam rumah kita,
KOMSAS SIMALABA yang indah...

Pematang Liyu I 20 Juli 2016

Tidak ada komentar