HEADLINE

Puisi-Puisi Karya Yulyani. F

Ilustrasi : Bukit Kabut Bawang Bakung, Batubrak Lampung Barat (Foto : Eka Fendiaspara Alliwa)
PUISI PUISI YULYANI F

KIDUNG CINTA DI NEGERI MIMPI

Meretas rindu di ujung sepi
sekelumit kisah dan tragedi,
mencanangkan imajinasi sunyi
pada sayap kupu- kupu  langit kelam.

Wahai, yang berjiwa raga
biaskan rindumu pada sebutir debu yang setia menyentuh tubuhku,
taburkan benih sayang di malam gelapku.

Tenggelamkan jiwa pada dekapan,
hanyutkan dalam kegelisahan,
benamkan dalam kesempurnaan,
Iringi langkah dalam kebersamaan.

Way Mengaku, 26 Juli 2016



SALAM SAHABAT DALAM JUANG

Part I
Langkah kaki tiada terhenti
meski celoteh kian terngiang tiada henti.

Terus kukayuh si putih
kaki besi terus berputar
menebas hutan belantara
di antara deru- deru mesin jalanan,
berpacu dengan waktu
berpacu dengan nyali.

Demi jumpa sahabat baru,
sahabat, yang telah lama di rindu.

Part II
Ada sedikit sipu malu menghias rongga dada,
kala saling berjabat erat.
Namun, akrab dalam kebersamaan
di sela rintik hujan yang mengguyur,
sekejap lena dalam canda juga tawa
seketika hilang , yang ada.

Part III
Berpacu dengan waktu
menembus derasnya hujan,
abaikan rasa dingin yang mulai menyerang,
selaksa terbang di antara gemeritik
hujan yang turun,
ingat ku akan janji pada si kecil.

Part IV
Salam sahabat, waktunya berpisah dan
kembali pada keluarga,
tak lekang kenang kan terus membayang dalam ingatan.

Way Mengaku, 22 Juli 2016



WANITA TUDUNG UNGU 


Tudung ungu, hadiah sebuah tulisan.

Biar begitu, tiada wanita inginkan.

Kilat mata jalang
tatap lekat tiap lekuk tubuhnya,
denyar nadi terselubung getar,
menyingkap birahi yang memecah dalam angan
menebar sekelumit desah hawa petaka.

Hai, hai,
segera enyahkan tatapan jalangmu
dia hanya wanita yang ingin dihormati,
bukan untuk dinikmati
apalagi disakiti.

Sebab wanita bertudung ungu, boleh jadi ia terhormat
sebab tudung yang ia kenakan
hadiah dari sebuah keistimewaan.

Way Mengaku, 18 Juli 2016



HUJAN NAN GERSANG


Mencoba dan terus bertahan di sini,
pada rimba luas nan tandus
sisa kemarau belum berujung,

Ada rintik hujan turun perlahan
bahkan gemuruh,
namun bukan basah melainkan gersang.

Way Mengaku, 15 Juli 2016

Penulis : Yulyani
Alamat : Jln. Raden Intan Way Mengaku Liwa Lampung Barat. Seorang wiraswasta dan anggota KOMSAS SIMALABA

Tidak ada komentar