HEADLINE

Puisi Malam Minggu (Edisi ke-8)


PUISI PUISI MALAM MINGGU (Edisi ke-8)


PELANGI  DI LANGIT SENJA
(Citra Puspita Dewi & Diyan Dy)
Karya Imuzt Prageza

Ia  pelangiku  yang telah lama menepi
lalu  aku kembali pada langit senja 
karena ada cahaya yang sempat aku cipta
tetapi;  Hanya gelapkulah yang sempurna

Mentari pagi memang terlalu pagi kurasa
meski hari-harinya telah berganti cerita
tetaplah aku kembali pada langit senja 
Tentunya; Pada langit senjamu yang tak lagi sama
yang kini ada bersama pelanginya
membuatku menetap pada gelapku yang sempurna

Yogyakarta 04 April 2016



FOTO JELITA DI BALIK BIANGLALA 
Karya Imuzt Prageza

yang kunamai ia cinta sebelum bersua
foto di balik bianglala 
dalam sela-sela sajakku yang mengurai tanya
membuat mataku mulai terpaku pesona
satu biliknya tertutup wajah jelita
mengusik bisik hatiku yang ingin menyapa manja
tetapi  waktumu tak cukup sederhana
hingga jemariku kini meraba makna
ia mencoba menyusuri kata-kata
bianglala belum jua hilang pesonanya
tetap kunamai ia cinta  sebelum bersua

Yogyakarta 06 April  2016

Tentang Penulis: Imuz Prageza, mencintai puisi sebagai bagian dari kepribadiannya. Ia berasal dari Desa Air Hitam Kec. Fajarbulan, Lampung Barat. Sejumlah karyanya telah dipublikasikan di media cetak serta media online. Saat ini Imuz tengah menempuh pendidikan tingginya di Yogyakarta dan tergabung dalam Komsas Simalaba.



SETITIK SURGA DUNIA
Karya Agung Widodo

Alangkah indahnya bila kuselalu ada dibawah naungan kota ini kuberharap sampai tetes air mata dan perjuangan ku ingin tinggal di kota kami ini

Kota yang penuh dengan hasil bumi yang melimpah
dengan penghasilan syuran buah kopi lada cengkeh hingga buah buahan pun hidup tentram
alangkah indah dan bhgia jika itu benar
kubisa hidup di kota kecilku ini yang biasa
kusebut bukan kota tetapi setitik surga msyarakat
yang damai indah nan tentram
kota yang dselimuti bukit barisan sebagai paru-paru
dunia dan dan gunung pesagi yang mecakarwala indah kota ku ini ingin ku pulang 
dan ku ingin mengili lingi kota surga ku ini hingga akhir waktu tuhan memngil ku
Oh liwa kmi dsni merindukan drimu wlpun kmi di ujung dunia akan kmi ingat selalu 

Tentang Penulis:  Agung Widodo lahir di Jejawi 30 april 1996. Alamat : padang dalom liwa balik bukit. Pekerjaan : sebagai mahiswa  IAIN Raden intan lampung. Alamat sekarang : komplek damri rajabasa bandar lampung



SEPARUH NAFAS
Karya Q alsungkawa.

Hawa tercifta dari sepenggal rusuk adam, yang di warisi separuh nafas dan sebagian jiwa sang adam.
Darah mu, hati mu, jantung mu, itu adalah aku.
Jangan kau biarkan raga mu terluka, karna dari luka mu darah ku kan menetes dan jangan kau biarkan air mata mu tercurah oleh lara nestapa, karna jiwa ku kan menjerit.

Ku semayamkan denyut nafas ku di nadi mu, ku tabungkan rindu ku di angan mu, ku sematkan keindahan di wujud mu.
Cantik paras mu, sexi bodi mu itu adalah buah dari do,a ku kepada sang pencipta.
Jagalah, rawatlah segenap keindahan mu.
Sampai pada akhirnya suatu hari nanti,
aku akan datang untuk menjemput mu sebagai kekasih halal ku.

Tentang Penulis: Q alsungkawa tinggal di Kec. kebun tebu lampung barat. (tidak ada biodata lain yg bisa dipromosikan



KERTAS PUTIH DAN KAIN PUTIH
Karya Yulyani

kembali kumenerawang masa lalu ku
di mna saat itu pertama kali ku mengenalmu
ada cerita dibalik perkenalan kita
ku hanya sebagai pos perkenalan tuk mu dan dirinya
akulah pengantar suratnya untukmu
kertas putih yang kugenggam sebagai perantara pertemuan kita
seiring berjalannya waktu, ku dekat denganmu dan kembali kita dipersatukan kertas putih
8 tahun bersama, kisah kita tak kekal 
takdir berkata lain..
kembali kita terpisah kan oleh kain putih
kau pergi meninggalkanku
mungkin ini takdirku
mengenalmu melalui selembar kertas dan berpisah denganmu karna selembar kain putih
kita terpisah tapi bisa kulihat senyummu di wajah kedua putri kita

Way Mengaku, 09 April 2016



TENTANG PELANGI
Karya Yulyani

Dan ku katakan pada gerimis kalau pelangi itu indah, sebab ia langka. Burung burung bermandi riang di celah bebatu kala gerimis yang mengundang panas. dan mengajak angin menari diatas pelangi. 
Dan kukatan pada gerimis kalau pelangi itu indah dengan 7 rupa warna pelangi

Kita tau bahwa tragedi itu tak datang tiap waktu. Maka kau tak dapat lari dari pelangi yang tak abadi.

Dan ku katakan pada langit, bahwa aku adalah awan yang menanti pelangi. Sebab kita serupa mentari yang mencumbui gerimis.

Maka antara mentari, pelangi dan gerimis adalah kita.

Way Mengaku, 09 April 2016



BENDERA DI DEPAN RUMAH
Karya kibal kibul

Duduk dibawahmu pagi buta ini
Merahmu tak begitu jelas
Berbaur dengar gelap diujung malam

Putihmu tak begitu bersih
Sudah terbalut debu , tiga-empat hari ini
Banyak diam ,
Hanya kibaran beberapa kali
Beruntung tali temali ku erat ku ikat
Tak rubuh , meski agak condong ke kiri
Tidak ada teman mu di ujung bambu
Yang ku beli bertahun lalu
Mereka enggan memasang sahabat" mu
Mungkin mereka lebih bangga
Memasang bendera berwarna ungu
Atau bercorak etmic dan suku
Mungkin mereka enggan
Membuka lemari berbahan kayu
Jati , yang terlanjur dikunci
Atau tidak ada lagi bangga di hati
Mungkin juga tidak ada ajakan
Dari toa diujung tower , disana
Atau tidak ada lagi sayang didada

Tentang Penulis: Kibal Kibul bukan nama sebenarnya, tidak pernah mencantumkan nama asli serta biodata lain yang bisa dipromosikan



RENUNGAN MALAM
Karya Naz Elhadzaq

Dinginya malam yang
membawaku ke alam maya
Menembus kulit ariku
membuat ku terlena
Bercengkraman dengan
sepinya malam
Yang berhiaskan cahaya
kunang-kunang 
Aku yang terbuay dalam
kesunyian
Membuat kutersimpuh dalam
khayalan
Terlena dalam bayangan
Mengingatkan kupada
percintaan
Membayangiku dalam lamunan asa
Tapi kini hanyalah tinggal ingatan pada benak ini
Impian yang telah sirna terbawa masa
Kini hanya bertemankankesepian malam
Malam yang dingin mencekam temanilah aku dengan
sejuta keindahan
Hiburlah diri ku dengan pesona malamu supaya aku terbuai dalam
mimpi yang indah malam yang dingin
membeku
hangatkanlah jiwa dan raga ini dengan cahaya bulan 
yang bertemankan bintang berkelipan nun jauh di atas sana
Beriramakan semilir angin sejuk sepoi yang membawaku ke tidur
yang lelap bermimpikan keindahan dunia yang tak menjanjikan
Inilah aku dalam buayan malam yang dingin yang selalu bermimpi
agar semuanya menjadi kenyataan

Tentang Penulis: Naz Elhadzaq, pertama kali meluncurkan puisinya pada edisi ini, ia tertarik pada sastra sejak tergabung dalam Komsas Simalaba. Naz tinggal di Pematang Liyu I Pekon Padang Cahaya, Liwa Lampung Barat



CURAHAN ISI HATI
Karya Rian Setiyawan

Andai waktu dapat menyatukan semuanya...
Menyatukan dua jiwa yg berbeda, menyatukan dua hati yg terluka, menyatukan diriku dan dirinya, meski kini dirinya telah tiada
karna dirinya telah meningglkan untuk slamanya. Mungkinkah aku masih bisa melihatnya, mungkinkah waktu akan mmpertemukan kita kembali?,  mungkinkah kau tepati janji terakhirmu ? Dn mungkinkah kau akan selalu dsisiku?,  seperti janji yg telah kau ucapkan..
Apakah dsana kau merindukanku.

Dan apakah kau tahu betapa sulitnya aku untuk melupakanmu?,
melupakan semua kenangan yg kau tingglkan untuk driku,
melupakan senyum manis dari wajah cantikmu,
mungkinkah ada yg mampu mnggntikanmu dihatiku?
Mnggntikan orng terbaik yg pernah ada dalam hidupku,
yg pernah mewarnai jalan hdupku,
dan yg pernah menyinari gelap malamku namun semua itu kini hanya tinggal kenangan.

Yg selalu membawaku dlam kesedihan, membawaku dalam prsimpangan jalan yg kelam
hanya terlihat spercik sinar diujung jalan yg redup, seolah memaksaku untuk memilih tetap mengenangmu disini dalam kegelapan atau..melangkah kdepan dan melupakan semua knangan tentangmu, aku tlah mncoba untuk melupakanmu namun semua itu hanya akan menambah luka dihatiku, karna aku tak pernah bisa melupakanmu, andai waktu dapat menyatukan kami kembali walau kami terpisah jarak yang sangat jauh.......

Tentang Penulis: Tidak menyertakan biodata yang bisa dipromosikan



ANANDA KEMBALI PULANG
Karya Penhy jayanti

Kapuk randu-kapuk randu selembut tudung cendawan
kuncup-kuncup di hatiku
pada mengembang bermekaran
Elang yang gugur tergeletak
Elang yang gugur terebah
Satu harapku pada anak
Ingat lah pulang jika lelah
Ketapang-ketapang yang kembang
Berumpun di perigi tua
Anak ku datang anak ku pulang
Kembali kucium,kembali kuraba

Tentang Penulis: Tinggal di Padang dalom Liwa Lambar



SUATU HARI
Karya Q alsungkawa.

Berlalulah masa lalu 
Kau tlah tanamkan suatu kisah yang terdalam dikehidupanku
Sakit memang terasa tapi ku harus ihklas untuk menerima sebuah kenyata,an 
Dan keihklasanku telah menutup segenap ruang hatiku untuk cinta 
Karna cintamu telah membunuh kehidupan cintaku 
Kini telah kutancapkan nisan cinta dihatiku untuk selamanya 
Kupejamkan mata ini untuk sesa,at dan mulai kuayunkan langkahku dikehidupan yang berikutnya 
Dengan mata hati tetap terpejam kujalani hidup ini tanpa rencana 
Aku takmemiliki do,a aku takmemiliki harapan dan akupun taktau apakah suatu hari nanti mataku akan terbuka untuk menatap sang surya yang berangkat pulang 
Aku takmampu untuk salahkan tuhan karna tuhan begitu pandai ciptakan segenap alasan.
Sengajakah tuhan ciptakan warna baru dalam hidupku.
Aku belum tau itu.

Tentang Penulis: Q alsungkawa tinggal di kebun tebu lampung barat.


Kirim karya puisi anda ke alamat e-mail riduanhamsyah@gmail.com atau inbox akun fb Riduan Hamsyah. Sertakan biodata.

Tidak ada komentar