HEADLINE

Puisi Malam Minggu Edisi Ke-5 (Maret 2016)


PUISI PUISI MALAM MINGGU EDISI KE-5 RILIS MARET 2016

(Kirimkan puisi anda untuk di publikasikan ke alamat e-mail: rhamsyahrh@gmail.com dengan format non file, langsung ke laman e-mail. Atau juga bisa kirimkan karya puisi anda ke inbox akun FB Riduan Hamsyah. Sertakan judul puisi, nama asli penulis, biodata ringkas. Kami tidak akan memuat naskah yg tidak mengikuti ketentuan tersebut)


HUTANKU BLABAS
(Karya Nilam Widiastuti)

Citra Indonesia
Hutan paru-paru dunia
Nafas kehidupan alam semesta
Melainkan kini,
Hutan menjadi bencana
Meluluhkan seisinya

Siapa Sang Kuasa?
Berharapkah mendapat murka?
Dulu alas sekarang bablas
Bagaimana bisa bernafas
Jika udara kita di rampas

Bayi tiga bulan sesak nafas
Nyawa nya ikut tuntas
Pandangan mata tidak jelas
Siapa lagi; Perangai manusia yang penuh gaya
Mengganjar penderitaan bersama
RINDU
Karya Nilam Widiastuti

Temani kembali
Merangkai tak seindah melihat badai
Mari warnai dunia
Bersama lebih bermakna
Pelangi tak lagi berarti
Bintang tak bersinar kembali
Ketika kau mengiringi mimpi ini

Usang, usang keindahan tawa
Debu, debu yang kini menggebu
Menghilangkan jejak langkahmu
Kini impianku bukan impianmu
Mimpiku sebatas ilusi dunia
Jemariku kaku
Langkahku langkahmu tak bersatu
Jemariku lesu
Sobekan kertasku putih berdebu

Tentang penulis: NILAM WIDIASTUTI tinggal di Kabupaten Grobogan, Kecamatan Klambu, Desa Jenengan, Dusun Taban RT 02 RW 03. Nilam saat ini Masih duduk di bangku SMA, ia baru belajar sastra, tulisan belum pernah di publikasikan di koran atau yang lain. Ia rajin mengikuti Fanspage LOKER PUISI di Facebook. Ia juga mengelola sebuah gubuk blog, jatuh cinta dengan sastra mulai SMP.


AYAH AKU MERINDUKAN MU
(Karya Neli Oktarina)

Seketika bergenaung,,,, suara yang seakan berbisik
Bayangan yang tak bisa kubayang kan. 
Perlahan,, semakin perlahan
Telinga ku semakin tuli,  tuli yg tak pernah aku alami. 
Suara itu pergi,  semakin jauh,  bahkan 
Telah hilang,,,,, 
Kutatap langit2 ruang ini, 
Disini aku pernah bermanja, 
Ditempat Meraka Memadu kasih. 
Ditempat Mereka mencurah kan Cinta. 
Dan,,,,,, 
Malam ini Suara itu kembali,  kembali mengusik ku, 
Suara yang tak asing bagi ku,,,, 
Seakan memangil ku manja,,,, 
Dan,,,, 
Tak terasa air mata ini mengalir,  saat
Tersadar,  
Bahwa aku merindu kan Mu. 
Bak tenang lah Engkau Disana. 

Tentang Penulis: NELI OKTARINA adalah penggemar puisi dan penikmat karya-karya sastra, termasuk publikasi karya MEDIA ONLINE WARTA LAMBAR yg dipelopori oleh Komunitas Sastra Simalaba. NELI OKTARINA belum menyertakan biodata diri serta riwayat kepenulisannya pd edisi kali ini. Gadis yg terus belajar menulis puisi ini ingin turut serta menjadi bagian dari kesusastraan Indonesi. Almat e-mail: mulyokta@gmail.com


SURAT KECIL UNTUK TUHAN
(Karya Wanti Okdavia)

Kala malam
Ku basuh wajah yang kusam
Dan engkau turunkan setetes air langit dari tubuh ini

Tanpa kusadari
Nikmat nya alam karena kuasa Mu
Dan tak akan pernah habis sampai ditelan waktu perjalanan hidup ku ini

Terimakasih tuhan ku
Bersama surat kecil ini
Karena tak mungkin dapat ku ukir dengan kata -kata
Hanya engkau yang tau besar nya rasa cinta ku pada Mu Tuhan ku
Tuhan anugrah mu tak pernah berhenti selalu engkau datang kan untuk ku,
Tuhan ini surat ku untuk mu
Tak akan pernah bisa aku berpaling dari mu

Pajar bulan,17 maret 2016

Tentang Penulis: WANTI OKDAVIA adalah gadis Lampung Barat yang tinggal di Jln. Lintas Liwa nomor 28 kelurahan Pajar Bulan Kec. Way tenong lampung barat. Selain menulis puisi dan bercita cita untuk menjadi penulis terkenal, Wanti Okdavia menggeluti dunia Wira Usaha sebagai pedagang sembako di rumahnya. Ia tergabung bersama teman-teman dari Lambar dalam Komunitas sastra Simalaba.


MENGEJAR ASA
(Karya Alamsyah Alam)

Di tengah hiruk pikuk nya keramayan kota.
Kugantungkan harapan, menimba pengetahuan, menambah asa
meruncingkan misi demi sebuah mimpi
Tak ayal lelap dalam harapan

Terbuai angan kala seraut wajah yang penuh misterimenghampiri, tersungging senyuman di sudut bibir seakan mengajakku pada peraduan kehangatan

Waktu berlalu menghantar kan aku ke jenjang yang tinggi
semakin melangkah serasa badai
kutatap lurus harapanku,
semakin lama semakin menjauh bahkan nyaris tak lagi nampak.
  
Ibu terus do'a kan aku, jangan sampai langkah ku terhenti
aku tak ingin gagal berharap karena sujudku padamu IBU

Way Tenong, Maret 2016

Tentang Penulis: ALAMSYAH ALAM juga tergabung dalam komunitas sastra simalaba, masih dalam tahap belajar menulis puisi serta mendalami tentang sastra. Alam tinggal di Way Tenong Lampung Barat serta sebagai aktivis di Simalaba


KOTA BERBUNGA
(Karya Penhy Jayanti)

Lampung Barat adalah taman bunga, kota yang sangat kubangga
Beguai Jejama adalah kita.
Gunung pesagi tempat berpetualangan, Hamtubiu dan pesisir
Tempat menyangkar semangkuk rindu.

Liwa yang berbunga
Di sini jiwa merasa aman

Di tengah hamparan kebun kopi, lada, dan sekali lagi
Ingin kusampaikan semangkuk rindu
Dalam sakai sembayang.
Yang merupa keberagaman suku.

Tentang Penulis: PENHY JAYANTI tinggal di Padang Dalom, Liwa Lampung Barat. Gadis yang lahir 17 Pebruari 1993 ini menyukai dunia pertanian dan bercocok tanam. Ia tergabung bersama teman temannya dalam Komunitas Sastra Simalaba untuk terus belajar menulis karya sastra serta berniat untuk menghidupkan tradisi sastra di masyarakat Lambar.


MATA AIR SYURGA ITU BERNAMA SALSABILA
(Karya Yulyani)

Tumbuhlah dirimu
Jadi sosok yang kuat, jadilah seperti apa yang ayah inginkan
Agar engkau menjadi penyejuk

Tumbuhlah kau anakku
Meskipun kasih sayang ayah taka da di sini lagi tetaplah engkau
Menjadi dayung perahuku
Tumbuhlah anakku, tumbuhlah menjadi gadis yang kuat, sekuat batu
Menarasikan tarian lautan, serupa badai atau ikan-ikan 

Tumbuhlah Salsabila
Jadilah mata air syurga untuk ayah bunda

Tentang Penulis: YULYANI F atau AMOY YULY lahir di Way Mengaku pada 19 Juni 1987. Tinggal di Jln. Raden Intan Way Mengaku, Liwa Lampung Barat. Kegiatan sehari harinya sebagai ibu rumah tangga sambil berwira usaha, ia sempatkan untuk menulis puisi dan berinteraksi dengan teman temannya dalam komunitas sastra Simalaba


NEGERI SEPI
(Karya Pahlipi Putra)

Negri yang serupa melati tetapi sepi.
Sepi akan daya yang menjadi revolusi
atau mungkin ketakutan yang membunuh energi muda.

Kemudian larut dalam mimpi yang menahun.
tahun ini, atau tahun depan?
Hari ini kau telah menidurkan anak - anak kami
dengan wewangian atau kelakar dusta yang mengubur pada rindu kelana.

Lihat lah kami..
duduk hampa dengan bola mata sayu penuh harap
tetapi enggan berdiri sebab takut pada benturan lempeng yang menjadi petaka.!
Kami kecil, dan tidak akan menjadi ombak tanpa angin.
hanya menyimpan sedikit ilmu yang selalu ditepis oleh wajah tak bernama.
Kini mimpi terkubur dalam - dalam di lorong negri nan jauh di sana
atau lumat dijilat api rupiah yang merajai alam tahta
dan kemudian akan menjadi ranjau bagimu esok atau lusa.

Liwa Maret  2016

Tentang penulis: Pahlipi Putra atau FUTRA BAHARI adalah pecinta puisi yang tinggal di Simpang Serdang, Kota Liwa. Pemuda kelahiran 13 November 1990 ini adalah alumni SMAN1 Kebun Tebu. Saat ini bekerja sebagai pegawai PDAM Limau Kunci Lambar, serta bergiat sebagai anggota Komunitas sastra Simalaba

Tidak ada komentar