HEADLINE

EDITORIAL - Antisipasi THR

Jum'at, 09 September 2011

Kata anstisipasi kerap digunakan dalam kalimat-kalimat yang bermakna strategis. Misalnya dalam retorika politik, olahraga, perencanaan, dan lain sebagainya, yang dimaksudkan sebagai langkah atau upaya pendahuluan sebelum sesuatu terjadi dan atau menjadi kenyataan. Kata tersebut sering dipakai agar tidak terjadi kekalahan atau kegagalan.

Namun, biasanya pengunaan kata itu sering juga dimaknai tidak pada tempatnya. Terlebih bagi pejabat pemerintah pada 10 hari terakhir bulan puasa atau menjelang Lebaran 1432 H. lalu. Bukannya memperbanyak amalan agar puasa lebih bermakna dan diterima-Nya dengan tetap rajin ke kantor dan giat
bekerja, tapi malah membuat celah agar orang lain beranggapan tidak seperti apa adanya.

Ambil contoh, biasanya bisa dihitung pejabat yang ngotot ke kantor hanya menjelang beberapa hari sebelum puasa berakhir. Paling-paling juga diakal-akali, kendaraan diparkir di depan kantor, sementara yang bersangkutan entah ngantor dimana atau hanya anteng di rumahnya.

Selidik punya selidik, ternyata langkah tak terpuji itu sebagai antisipasi terhadap teman-teman dan atau mitra kerjanya yang akan datang “bersilaturrahmi”. Orientasinya adalah kekhawatiran yang berlebihan kalau-kalau mitra kerjanya itu meminta uang tunjangan hari raya (THR) dan atau bingkisan.

Fakta yang setiap tahun terjadi ini menunjukkan kecerdasan berpikir yang sangat-sangat kurang. Perlu adanya penambahan saling pengertian, utamanya terhadap kaum tak berpunya. Bukankah tidak semua yang datang semata-mata meminta THR. Sebaliknya banyak yang justru murni silaturrahmi. Pada hari-hari biasa juga pejabat yang bersangkutan tidak royal-royal amat, pelit, bahkan kuper.

Jadi, memaknai kata antisipasi dalam konteks ini sudah sangat tidak pas jika kebiasaan buruk tahun-tahun sebelumnya tetap dilestarikan. Dan ini mungkin bisa dimulai dari top leader masing-masing satuan kerja dan diharapkan berimbas pada jajarannya. Tentu tidak dalam posisi berprasangka bahkan pembenaran atas praduga dimaksud. Hanya sekadar mengingatkan. (*)

Tidak ada komentar