HEADLINE

Cerpen Yulyani Farida - Lika Liku Akhir Sebuah Kisah

DARI REDAKSI
Kirimkan Cerpenmu dilengkapi dengan biodata diri dan foto bebas dalam satu file ke e-mail: riduanhamsyah@gmail.com. Redaksi akan memberi konfirmasi pd penulis yg karyanya dimuat. Bila dalam 1 bulan  Cerpenmu tidak dimuat maka dinyatakan belum layak. (Mohon maaf sebelumnya laman ini belum dapat memberikan honorium). Salam segenab redaksi.

Cerpen Yulyani Farida
LIKA LIKU AKHIR SEBUAH KISAH

Sebut saja aku Juni, ya karna memang bulan kelahiranku Juni. Aku si sulung dari tiga bersaudara. Adikku seorang perempuan dan seorang laki- laki. Fisikku  mendukung dengan tinggi 158 cm berat badan yang perfect. Kulit kuning langsat rambut warna coklat sedikit gimbal bagian ujung, hidung yang sedikit mancung. Dan bisa dibilang sempurna. Dengan fisik yang seperti itu aku termasuk salah satu cewek favorit di sekolah. Bisa di bilang aku jadi pusat perhatian di sekolah ataupun lingkunganku.

Ketika Sekolah Menengah Atas (SMA), aku mengenal seorang pria meski usia kami terpaut agak jauh yaitu 8 (delapan) tahun. Tapi itu tak menghalangi hubungan ini. Aku mengenal sang lelaki pujaan dari aku duduk di kelas satu SMA. Kami menjalani hubungan ini dengan serius meski banyak aral melintang, hubungan yang putus nyambung. Sebab mungkin jiwaku yang masih muda asih senangnya berkelana, menjelajahi dunia percintaan. Aku termasuk seoarang play girl bukan hanya pria saja yang diberi sebutan play boy. Beberapa kali aku ketahuan mempunyai gebetan lain, dan beberapa kali pula hubungan kandas dan nyambung lagi. Begitu seterusnya hingga kali ketiga, lagi..lagi.. aku ketahuan selingkuh saat itu aku sudah duduk di kelas dua semester pertama dan mungkin ia mulai jengah dengan sikapku yang masih saja tidak berubah. Dia meninggalkanku, dan tak pernah komunikasi denganku. Zaman itu komunikasi masih menggunakan surat menyurat bukan seperti sekarang ponsel ada dimana- mana. Dan sedikitpun tak ada kabar darinya meski sebenarnya kami satu kota dan jarak tempat tinggal kami tak terlalu jauh. Meski aku curi- curi kesempatan darinya sedikitpun ia tak menanggapinya. Itu terjadi sekitar beberapa bulan aku miss komunikasi dengannya dan aku mulai lupa dan cuek tentang dirinya. Hingga aku naik ke kelas tiga SMA, dari situ kisah kami kembali di mulai.

Suatu ketika, saat aku sedang berjalan pulang di selasar sekolah sambil bercanda- canda dengan para sahabatku. Tiba- tiba seorang sahabat berkata padaku dan sebut saja namanya Ria.
" Jun, lu dapet salam tuh dari bang Angga ( iya nama pacarku Erlangga, tapi kami terbiasa memanggilnya bang Angga )." kata Ria. Pernyataan yang membuatku sedikit kaget. 
" Ih..beneran Ri?! Lu ga bohong ke gue?!" Yang aku sedikit menyelidik, sebab dulu aku pos antara Ria dan bang Eril. Dan ternyata aku yang malah jadian sama bang Angga (Jangan sebut aku perebut cowok gebetan sahabat sendiri, cinta ga bisa dipaksa. Meski Diri menyukai bang Angga tapi bang Angga lebih tertarik padaku).
" Ya, bener donk beibs. Masa gw bohong ke lu." Tukas Ria padaku.
" cie..cie..ada yang bakal balikan lagi nich. Ehemm...CLBK nie..." Lila dan Yaya yang sedari tadi hanya menyimak mulai berisik. (kami berempat memang bersahabat, aku, Ria, Lila dan yaya. Meski berbeda jurusan tapi kami tetap bersama, selalu bersama. Berangkat sekolah, ngantin bareng, hingga pulang selalu bersama. Sebenarnya Yaya pun menaruh simpati pada bang Angga, hanya Lila yang ga neko- neko).
" ish...apaan sich lu orang ini, reseh dech. Berisik tau" ujarku dengan nada sedikit kesal tapi seneng banget denger berita ini.
" Udah Jun, lu balikan lagi aja ma bang Angga. Lagian lu masih cinta kan sama dia." Lanjut Ria padaku.
" Ok, salam balik dech buat bang Angga " Jawabku tersipu.
" Wah, ada yang berbunga- bunga nich " Ledek mereka kepada.
Lalu kami tertawa serempak sambil terus berjalan melewati gerbang sekolah. 

***

Dari hari itu komunikasi antara aku dan Bang Angga mulai intens, kembali berkutat dengan pena buku diary tuk saling berbalas surat. Terkadang juga kami bertemu, sekedar ngobrol atau makan pempek di akhir pekan atau sesekali ia datang kerumah untuk bermalam minggu ala- ala ABG zaman dulu.

Pernah suatu ketika, kalau  tak salah bulan Ramadhan. Jika bulan Ramadhan selalu ada hiburan rakyat pasar malam di alun- alun kota. Malam itu kami memutuskan untuk nonton pasar malam, kalau tak salah itupun malam minggu. Setelah shalat taraweh, aku pamit dengan orang tuaku tuk nonton dan kebetulan mereka pun mau nonton juga. Sembari menunggu jemputan aku duduk di ruang keluarga sembari menonton televisi, sedangkan keluargaku telah berangkat luan. Tak lama terdengar suara motor dan aku paham itu suara motor siapa, tapi aku pura- pura ga tau. Hingga akhirnya terdengar ketukan di pintu.

" tok..tok..Assalamualaikum" terdengar salam dari Bang Angga.
" Waalaikumsalam, sebentar." akupun bergegas membuka pintu. " ayo bang masuk dulu, sekalian mau ngopi dulu gak?" lanjutku mempersilahkan.
" Nggak usah minum, kita langsung berangkat aja. Udah malam juga ini." kata bang Angga.
" Ya udah kalo gitu, aku ambil jaket sebentar ya." Aku ke kamar dan mengambil jaket. " Ya udah yok bang kita berangkat" aku menggamit tangan bang Angga.
Kita berangkat mengendarai motor, menikmati suasana malam yang sedikit dingin menjalar di setiap senti tubuhku dengan sepoi angin  meniup rambut panjangku yang tergerai. Melumat semua rasa rindu yang tiap kali menghampiri.
Suasana alun- alun yang begitu ramai, semua orang tumpah ruah disitu. Maklum malam minggu, muda mudi menghabiskan malam bersama. Begitu juga denganku. Selepas menaruh motor di parkiran aku menggandeng tangan bang Angga, takut lepas dan dia di curi gadis- gadis centil itu. Sembari berjalan kami bercakap- cakap.
 " Jun, kita mau kemana dulu nich?" tanya bang Angga.
" Terserah abang aja dech, Juni ikut." ujarku tanpa melepas gandengan tanganku. Bahkan makin erat kugandeng, sebab suasana ramai. Saling berdesak- desakan dan saling dorong.
" Ya udah kita makan batagor aja yuk, abang laper juga ini. Lagian ramai benar susah mau jalan, empet-empetan begini." Ajak bang Angga.
" Ayo dech bang, kita ke depan itu aja yang dekat." lanjutku.
Dan kami pun makan batagor di sebuah warung tenda. Menikmati sepiring batagor dengan suasana lalu lalang dan berisik suara pengunjung yang menaiki wahana yang tersedia di sana. Selesai makan kami pun kembali berkeliling dengan tangan saling menggandeng. 

***

Hingga insiden yang menurutku sangat memalukan dan menjijikkan itu terjadi. Dan bila mengingat itu aku merasa muak dan kesal.

Saat itu aku berjalan di depan bang Angga, sebab tak memungkinkan tuk kami berjalan sejajar. Jalan terasa sangat sempit, engap berebut ingin saling mendahului dan dengan keadaan melawan arus. Bang Angga tetap berjalan di belakangku dengan memegang pinggangku. Saat kami sedang berjalan, entah berasal dari mana tangan yang ada di depanku dengan seenak jidatnya ia memegang barang sensitifku maaf payudara yang kumaksud.

Seketika aku berteriak dan mencaci orang yang di depanku, 
" Eh..setan kamu ya, berani- beraninya pegang2." dengan reflek aku meninju dadanya.
" kenapa ya? " tanya lelaki itu sambil berlalu
Dan aku terburu-buru menghindar dari keramaian itu menuju pinggir jalan yang agak lengang. Sembari menahan sakit hati yang mulai mendera dan menusuk jantungku. Aku menangis dan bang Eril berdiri di sampingku dengan wajah kebingungan. Rupanya dia gak tau dengan yang apa aku alami.
" Jun, kamu kenapa kok nangis?" tanya nya.
" Itu bang, cowok itu tadi megang dadaku. Jijik benar aku, kesel liat aja orang itu gak akan selamat hidupnya sebelum minta maaf sama aku." caciku di sela is akan tangis yang tak kunjung berhenti. Aku merasa telah ternodai, aku merasa tak suci lagi.
" Trus sekarang gimana? Ga mungkin ketemu juga kalo kita cari orang itu,suasana ramai begini. Kamu mau pulang atau lanjut keliling lagi?" Tanya bang Angga.
" Kita cari tempat duduk dulu yuk bang, gak enak orang sekeliling merhatiin aku yang nangis." Ujarku.
Kamipun mencari tempat duduk yang sedikit nyaman, sambil menenangkan hatiku.
" Sekarang kamu ga apa- apa, udah tenang?" Bang Angga said.
" Iya udah sedikit tenang, tapi ga enak aja bang diperlakuin kek gitu di depan umum. Malu lah bang, kurang ajar bener itu orang. Moga aja dia segera dapat balasannya. Moga aja adek atau kakak perempuannya diperlakukan seperti itu juga, dilecehkan juga." Umpatku.
" Mulutnya ga boleh ngomong gitu donk Jun. Sekarang kamu tenang, kita pulang aja ya!" Anaknya.
" Iya bang, aku udah ga mood lagi buat keliling." Ujarku.
Kami berjalan ke parkiran dan pulang, dengan suasana hatiku yang sedikit kacau. Tak kuhiraukan angin yang bertiup. Perjalanan 10 menit kami sudah tiba di rumah, orang tuaku belum pulang dari Alun- alun. Aku mengajak Bang Angga buat mengobrol di dalam sambil ngopi. 
" Tadi itu gimana ceritanya dek, kok bisa gitu?" Bang Angga kembali menanyakan insiden memalukan tadi.
" Sebenernya males lho bang mau ngebahas itu lagi, muak aku. Malu dan jijik mengingat semua itu. Aku malu sama abang malu juga sama diri sendiri, kok bisa sampai terjadi begitu. Aku ga bisa jaga diri" ujarku
" Ya udah maaf, tapi itu kesalahan abang tak seharusnya kamu yang berjalan di depan. Seharusnya abang yang di depan biar bisa melindungi kamu. Maafin abang ya atas insiden tadi ya" Rupanya bang Angga  merasa bersalah.
" Nggak kok bang, abang ga salah. Aku nya aja yang teledor " ujarku.
Tak terasa malam mulai merangkak dan larut, jam menunjukkan pukul 09.45 wib. Suara binatang mulai terdengar berderik dan lolongan anjing di kejauhan. Bang Angga berpamitan pulang meskipun kedua orang tuaku belum pulang.
" Jun, abang pulang dulu ya. Udah malam ga enak dengan tetangga. Ga apa- apakan di rumah sendirian?" tanya bang Angga.
" Iya ga apa- apa bang, ntar aku langsung tidur aja. Hati- hati di jalan ya, tak usah kebut- kebut bawa motornya" Ujarku pada bang Angga.
Sepulangnya  bang Angga aku langsung masuk kamar, hingga larut dan orang tuaku pulang aku masih juga belum bisa memejamkan mata. Masih saja memikirkan Insident tadi. Dan akhir dari kelelahan berfikir aku tertidur pulas juga, bangun di pagi hari dengan keadaan lebih baik.
***

Tapi, sejak insident itu aku mulai berutal, aku menganggap diriku sudah tak suci lagi. Dengan pergaulan bebas dan hasutan dari sahabat- sahabatku. Sebab aku bercerita pada mereka tentang apa yang terjadi malam itu. Mereka mengajakku tuk merokok dan melakukan hal- hal yang tak pantas. Aku mulai berubah, pergaulanku, kehidupanku bahkan aku lebih agresif terhadap pasanganku tapi tidak sampai ke intim. Aku tetap menjaga itu  Dan ini yang membuat bang Angga menjauhiku dia tidak suka dengan apa yang terjadi padaku. Pernah suatu ketika ia menasehatiku.

" Jun, kenapa kamu seperti ini. Abang ga suka dengan kelakuanmu yang begini, berubahlah dek seperti Juni yang dulu abang kenal. Juni yang lemah lembut, tidak bergaul bebas seperti ini. Sahabat itu perlu dek, tapi jika mereka mengajak ke hal yang negatif ya jangan di ikutin sayangku. Kamu rusak oleh mereka, bisa jadi mereka malah tertawa dengan keadaan kamu" Panjang X lebar bang Angga menjelaskan.

" Udah ya bang, abang tak usah banyak omong ini hidup Juni. Abang tak usah ikut campur dengan kehidupan Juni, kalo abang masih mau dengan Juni ya ayo, tapi kalo abang sudah lelah ya sudah pergi saja. Cari saja wanita yang lebih baik dari aku" dengan kata- kata kasar aku membantah bang Angga.  Aku sudah di luar kendali, emosi yang mulai meninggi. 

" Baiklah Jun, abang juga ga kuat dengan keadaan kamu yang seperti ini. Abang berulang kali menasehati kamu, jauhilah para sahabatmu itu. Mereka menyesatkan mu, tapi kamu gak pernah menggubris kata- kata abang. Ya sudah mulai sekarang uruslah hidup kamu, abang lelah dengan keadaan kamu yang seperti ini. Kamu sudah terlalu melenceng jauh, biarpun hubungan ini tetap diterusin itu ga akan baik jika kelakuan kamu masih seperti itu. Hubungan kita cukup sampai di sini, abang berdoa semoga suatu saat kamu mendapat hidayah dan kembali ke jalan yang benar. Jaga dirimu baik- baik dan berubahlah. Selamat tinggal sayang" Bang Angga mencium keningku sebelum ia pergi.

" Pergilah bang jangan urus hidupku lagi, laki- laki memang ga bisa dipercaya" aku merasa sangat marah meski sebenarnya sedikit ada ketenangan ketika bang Angga mencium keningku. Tapi ya sudahlah, dia sudah pergi dan aku disini masih dengan kehidupan gelapku. 

***

Aku semakin brutal apalagi setelah aku melanjutkan pendidikanku ke Universitas di luar kota. Pergaulanku semakin bebas apalagi didukung dengan lingkungan yang serba bebas, jauh dari keluarga dan keperdulian dari sekitar. Teman- teman yang jauh dari kebaikan hingga aku sampai di semester empat saat pendidikanku tinggal setahun lagi. Aku bertemu dengan seorang pria sebut saja Riky  ia kakak kelasku satu tingkat di kampus. Awal perkenalan yang tidak di sengaja, saat itu aku sedang suntuk dan sengaja bolos dari mata kuliah hari ini. Aku memilih tuk nongkrong di sebuah cafe depan kampus. Suasana yang begitu lengang hanya nampak beberapa mahasiswa yang nongkrong di cafe itu. Cafe ini memang salah satu tempat favorit buat nongkrong tuk remaja yang sedang jenuh dengan rutinitas perkuliahan.

Tampak di sudut sana seorang pria sedang duduk diam memperhatikanku, aku tak begitu memperdulikannya. Tetap saja aku asyik dengan sebuah tipe blackberry yang lagi booming saat itu. sesekali kuseruput coffe mix yang kupesan dan mencomot kentang goreng. Kemudian ia berdiri dan menghampiriku. Aku tetap saja asyik dengan dengan Hp ku. Hingga akhirnya ia sudah berdiri di depanku.

" Hai..sendirian aja, boleh duduk ga?" tanya dia, belum sempat aku jawab ia sudah duduk di depanku.
" Sendirian aja, kenalin aku Riky nama panjangnya Riky Subagja anak fakultas hukum semester 5 (lima)" tanpa aku bertanya dia sudah memperkenalkan diri sembari menyodorkan tangannya.
" oh..hai..Juni " kujawab singkat sambil membalas jabatan tangannya.
" Fakultas mana lu Jun " tanyanya lagi.
" Aku hukum kak " kupanggil saja dia kakak, meski hanya satu semester di atasku. Masih dengan ogah- ogahan aku jawab pertanyaannya.
" Lu ga ada jam kuliah kok jam segini dah nongkrong aja di cafe " cercanya lagi.
" Ada kak, tapi lagi males masuk " jawabku jutek.
" ishhh...jutek amat sich jawabnya" Kak Riky mulai protes.
" Nggak kok kak, aku lagi males masuk aja. Lagian tadi tugas dah aku titip dengan Nia teman seletingku " kuberi penjelasan dengan terpaksa sedikit lembut.
" Gw sering merhatiin lu, tapi keknya lu orangnya cuek banget. Rada ngeri gw mau ngajak lu kenalan. Tapi setelah gw coba ngajak kenalan lu ga seburuk yang gw kira " kata Kak Riky.
" Ya nggaklah kak, memang kalo orang yang pertama kali lihat bakal ngira kalo gue cuek atau sombong. Tapi di balik muka gw yang jutek gw orangnya baik hati lho, rajin shalat pintar ngaji dan gemar menabung " selorohku sambil terkekeh.
" hahaha...bisaan aja kamu Jun. Ternyata kamu orangnya emang asyik suka humor juga" kak Riky tertawa mendengar selorohku.
" BTW, kakak sendiri kenapa ga masuk? " Yang aku.
" Lagi males, dosennya cantik takut ga fokus" kak Riky terkekeh.
" upsss...maksud kakak?! " aku bertanya sembari mengernyitkan dahi.
" Hehe...abaikan Jun" kata kak Riky. " gw bercanda, lagi males aja. Boring cari angin segar dulu " Lanjutnya.
" eh..iya Gw minta no hp atau pin bbm lu donk" pinta kak Riky
" Buat apa kak? " yang aku
" Ya kali aja, ntar pas lagi suntuk atau bosen gw bisa ngajak lu chating ngobrol. Itu kalo lu ga keberatan, tapi kalo keberatan lu harus tetap kasih kontak lu ke gw." pinta kak Riky sambil nyengir ke aku.
" Ya udah kak, ni save aja. Siapa tau juga aku bisa minta bantuan kakak kalo pas lagi ada tugas" Ujarku. " Owh...iya kak, aku harus balik kampus bentar lagi pergantian jam mata kuliah. See you next time kak, bye..." Lanjutku sambil berlalu dari hadapan kak Riky dan ke kasir bayar tagihanku.
" Berapa mbak, tagihanku?" yang aku pada kasir
" Oh...sudah mbak, sudah di bayar mas yang duduk di situ " ujar sang kasir sambil menunjuk kak Riky yang pura- pura tak melihat ke arah kami.
" Kak Riky, thanks ya traktirannya. Ntar kapan- kapan Juni yang traktir kakak " Kataku dengan sedikit berteriak.
Kak Riky tak berkata hanya memberi isyarat dengan menyatukan jempol dan telunjuknya yang berarti Ok.

***

Sejak pertemuan hangat siang itu, perkenalanku dengan kak Riky semakin akrab. Kami sering menghabiskan waktu berdua dengan ngobrol di cafe atau pergi karaoke bareng. Kadang kala ke perpustakaan kampus bareng sambil aku minta bantuan buat ngerjain tugas. Kak Riky orangnya baik, royal, asik juga buat teman ngobrol. Tapi belakangan kudengar Kak Riky seeorang play boy juga pergaulannya bebas. Hampir semua teman- teman kampus tau akan hal itu. Meski demikian aku tak terlalu menghiraukan, toh selama aku berteman belum ada hal nyeleneh yang ia lakukan padaku baik perkataan atau perbuatan.

Tapi kadang terlintas di fikiran, ya mungkin saja kak Riky mempunyai pergaulan seperti itu. Orang tuanya pengusaha furniture produk jati yang sukses, punya cabang di mana- mana. Orang tua yang yang terlalu sibuk mengurus bisnis. Lagian juga kak Riky anak tunggal jadi wajar saja orang tuanya tak bisa menolak permintaan kak Riky.

Suatu pagi, tat kala mentari mulai merangkak dan memuncak memancarkan terik. Langit biru berhias mega nan putih. Aku sedang bermalas- malasan di atas bed, iya hari ini hari minggu. Aku ingin menikmati liburku tanpa rutinitas hanya tidur dan tidur, lelah juga dengan rutinitas kampus mengingat sekarang aku sudah masuk semester lima. Setahun lagi jika lancar kuliahku selesai. Satu tahap lagi tuk menguras otak. Baru saja aku mau terlelap, terdengar ada bbm masuk, kubuka dengan sedikit malas-malasan dan menggerutu.

" siapa sich yang pagi- pagi gini sibuk aja, ga tau orang mau istirahat " sambil kubuka chat bbm dan ternyata kak Riky yang bbm.
" Juni, apa kegiatan hari ini? Kalo ga kawanin gw main yok..kita refresing kram otak gw ngurus skripsi ini " kata kak Riky
" Emmmm...ya udah boleh dech kak, suntuk juga di kosant terus, aku mandi dulu baru bangun nich " kataku pada kak Riky sambil tersenyum meski senyum itu ga bakal di lihat kak Riky.
" Gila lu, udah jam berapa ini dan lu baru mau mandi. Ya udah sana mandi dulu setengah jam lagi gw jemput dan lu harus sudah siap" bbm kak Riky
Aku loncat dari tempat tidur, bergegas kusambar handuk di hanger dan segera ke kamar mandi tanpa kuhiraukan untuk membalas bbm kak Riky. Hanya butuh sepuluh menit aku tuk mandi, yang buat lama itu ganti baju. Secara aku cewek tulen banyak peralatan tempur yang kugunakan. Belum juga selesai aku berdandan, ku dengar klakson di depan kosant. Pasti itu kak Riky, aku keluar sejenak dan membuka pintu. Kupersilahkan kak Riky masuk. Tak kuhiraukan bentuk kamar kostku yang lebih mirip dengan gudang kompos, huh...sampah di mana- mana, entah handuk pakaian kotor. Aku sendiri pun kurang betah dengan keadaan itu apalagi orang lain fikirku.

" Masuk kak, tunggu bentar aku belum selesai " Ujarku
" Ya ampun ini kamar apa gudang sich? Jorok bener lu Jun, cewek kok kamarnya begini berantakannya " Protes kak Riky sembari menggelengkan kepalanya  meskipun akhirnya ia masuk dan duduk di sebuah kursi di pojok kamarku.

" hehehehe.." Aku cuma nyengir dengan masih lanjut pasang eyeliner di mataku. Lima menit semua beres tinggal berangkat.

" Ayo kak capcus, dah siap nich " Ajakku, sambel menggandeng kak Riky yang masih terkesima melihat pemandangan kamar yang kotor seperti ini. Kemudian aku mengunci pintu dan menaiki motor yang sudah ditunggangi kak Riky. Di antara lesatan kendaraan yang berlalu lalang kami melanjutkan obrolan.
" Kita mau kemana kak?" tanyaku.
" Kita ke puncak aja yuk " Kata kak Riky

***

Kak Riky memacu kendaraannya dengan cepat, memburu waktu. Berkejaran dengan sang surya yang mulai memuncak. Setelah satu jam perjalanan kami tiba di puncak. Suasana yang begitu sejuk, meski telah siang tapi kabut masih bergelayut di antara reranting cemara. Terasa tenang dan damai, hilang sudah penat akan rutinitas kampus dan hiruk pikuk kota. Kak Riky mengajakku menuju sebuah cottage, setelah sebelumnya ia kebagian receptionis tuk menyewa. Ku ikuti kak Riky dari belakang, aku masih menikmati panorama yang terpampang dengan jelas di depan mata. Begitu takjub dengan ciptaan yang Esa, sungguh sempurna.

" Ayo Jun masuk" Ujar kak Riky yang telah membuka pintu cottage
Aku hanya mengikuti saja, kak Riky membuka tirai jendela. Dan apa yang kulihat, rasa takjub yang sangat luar biasa tak dapat ku ungkap dengan kata. Ku hanya bisa terbelalak dan itu membuat kak Riky tertawa- tawa melihat tingkahmu hingga ia selesai membuka semua tirai dan pintu cottage yang menghadap belakang. Aku berdiri di belakang jendela ku hirup udara segar dan memenuhi rongga dada. Begitu tenang dan damai.
" Jun, biasa aja donk ngeliatnya. Lucu lu kek gitu " kata kak Riky sambil berdiri di sampingku.
" Pandangannya bagus banget kak, lihat geh gunung itu keren banget kak. Puncaknya masih tertutup kabut, tuh lihat juga cahaya mataharinya berupa emas yang berkilau mengintip di sela- sela kabut. View bagus banget kak." ungkapku penuh takjub.
" Jun, boleh liat gw sebentar!" Kak Riky membalikkan tubuhku, sekarang kami berhadap- hadapan. Fikiranku mulai tak menentu, ada apa ini. Sebegitu banyak tanda tanya yang berseliweran di kepalaku.
" Ada apa kak?" sedikit kumemalingkan wajahku dari wajah kak Riky
" Jun, gw suka sma lu. Gw harap lu mau terima cinta gw" kak Riky mengungkapkan perasaannya.
Aku hanya tertegun dan menatap matanya ketika mendengar kata- kata kak Riky. Tak dapat kupungkiri akupun mulai menyukainya. Namun ada terlalu banyak tanya yang ingin ku ungkap.
" Kak, apa alasan kenapa kakak menyukaiku, padahal mungkin kakak tau gimana perilaku ku. Mungkin kakak paham, aku bukan cewek baik- baik. Aku ga pantas buat kakak,kakak nanti kakak menyesal menjalin hubungan denganku. Dan apa kata teman- teman jika mereka tau tentang hubungan kita, nanti pamor kakak jadi jelek di mata mereka" Ungkapku pada kak Riky.
" Jun, tatap mata kakak. Kakak suka kamu apa adany, aku ga perduli dengan keadaanmu atau apa. Terserah apa kata mereka, kita yang jalani. Oke!" Kak Riky said.
" Ya udah kalo memang begitu keputusan kakak, aku terima cinta kakak. Terus terang aku juga menaruh simpati pada kakak " Ujarku.

" Makasih ya Jun " Kak Riky terlihat senang dan ia langsung memeluk dan menciumku. Dan aku pun membalas pelukannya. Tak ada ragu di hati ini, jiwa terasa melayang. Semua terasa sempurna panorama yang eksotis beserta debaran jiwa tenggelam menjadi satu. Kita saling menggenggam erat. Sejak saat itu aku jadian dengan kak Riky hubungan kami semakin baik meski di kampus kami terlihat biasa saja. Kami jadi sering nongkrong bareng, aku dikenalin kak Riky dengan teman- temannya. Terkadang kami hangeout di klub, kak Riky sepertinya memang sudah paham tempat- tempat hiburan. 
***

Pernah suatu ketika, saat kami menikmati malam minggu di klub menikmati dunia malam dengan segala hidangannya yang kalian pahamlah seperti apa. Datang seorang temannya membawa sesuatu kepada kak Riky yang belakangan kuketahui ternyata dia seorang pengedar dan kak Riky pemakai. Saat itu aku begitu kurang peka terhadap transaksi yang mereka lakukan. Aku asyik menikmati hentakan musik yang tengah di mainkan. Sambil menikmati orange jus yang telah ku pesan, memang meskipun pergaulanku bebas. Dan adakalanya aku pun menenggak minuman beralkohol namun sekarang sedikit ku kurangi. Saat menikmati musik yang di mainkan seorang DJ  kak Riky memberiku segelas minuman kepadaku.

" Nich, Jun minum biar kamu enak nikmatin musiknya " Kak Riky menyodorkan gelas. Yang tanpa babibu, langsung ku minum sampai habis tanpa bertanya apa, minuman apa itu? Sedikit ku lirik kak Riky tersenyum padaku, tepatnya sich bukan senyum tapi menyeringai. Entah apa yang ada di dalam fikirannya. Setelah minum aku tak ingat apa yang terjadi, yang ku ingat aku hanya berygoyang mengikuti alunan musik. 

Saat tersadar ternyata aku sudah ada di sebuah kamar hotel bintang lima, dalam keadaan bugil dan ku lihat kak Riky tertidur dengan posisi yang sama di sampingku. Aku menjerit, dan menangis histeris sambil menutupi wajahku dengan bantal. Aku tak menyangka kak Riky akan melakukan ini padaku, aku fikir ia akan menjagaku. Itu perkataan- perkataan yang berkecamuk di dalam otakku. Begitu banyak tanya, tanya dan tanya. Aku langsung meraih pakaianku dan sesegera mungkin ke kamar mandi mengguyur tubuhku menggunakan shower. mengenakan pakaianku dengan perasaan yang kacau dan berurai air mata.

Kak Riky terbangun, ia tersenyum kali ini benar- benar senyum yang tulus dan lembut ia berusaha tuk memelukku dan berusaha menjelaskan padaku. 
" Jun, maafin kakak. Kakak ga tau jika kamu masih perawan, tapi kakak ga bisa melawan gejolak yang ada. Kamu terlihat cantik sekali malam ini dan aku ga bisa menahannya. Maaf kakak sudah melakukannya padamu, jika kamu mau menghukum silahkan hukum kakak. Jika dengan memaafkan kamu sulit kamu ingin membawa ke ranah hukum kakak siap. Tapi ingat aku akan bertanggung jawab dengan semua ini. Aku akan menikahi kamu " Ungkap kak Riky . 
" Apa lu bilang, maaf enak bener lu ngomongnya. Plak.." sebuah tamparan keras mendarat di pipi kak Riky. Aku tak begitu perduli aku emosi, kemarahan membelengguku. Ku pikir kak Riky akan jadi emosi ternyata tidak, dia tetap diam sambil meringis menahan perih di pipinya. Ia terdiam tanpa sepatah kata keluar dari mulutnya. 
" Kok kakak tega sich ngelakuin ini, meskipun pergaulanku di ambang batas tapi aku masih menjaga harta berhargaku " ucapku dengan terisak-isak dengan nada yang mulai melemah. " lalu bagaimana dengan masa depanku jika sudah seperti ini?" aku melanjutkan.
" Iya sayang, aku minta maaf sangat minta maaf. Aku akan bertanggung jawab atas semua itu " Kak Riky meraih tanganku dan berusaha tuk memelukku. Aku melemah dan membiarkan diriku terisak di dadanya menangis dalam pelukannya dan akhirnya tertidur lelah.
Saat pagi tiba kak Riky membangunkanku dengan lembut, perasaanku mulai tenang meski masih saja ada gemuruh dalam dada.
" Sayang percaya ya sama aku, aku akan bertanggung jawab untuk menikahimu setelah wisuda. Hanya beberapa bulan saja kok" Kak Riky meyakinkanku sekali lagi. Aku hanya mengangguk mengiyakan.
***

Setelah kejadian itu aku semakin dekat dengan kak Riky meski terkadang was- was takut jika aku hamil sedangkan kuliahku tinggal satu tahun lagi. Aku ga mau mengecewakan kedua orang tuaku. Tapi lagi- lagi kan Riky meyakinkanku bahwa tidak akan terjadi apa-apa padaku. Dan aku percaya padanya. Namun selalu saja ada gejolak yang tetiba hadir, mengapa aku rindu akan itu dan aku tak dapat membendungnya hingga ku utarakan dengan kak Riky ketika kami hangeout bareng di sebuah mall.
" Kak aku boleh tanya ga? " yang aku
" Apa sayang ? " Kata Riky
" Apa yang terjadi malam itu, saat kakak melakukannya padaku. Apa reaksiku kak? Begitu lucunya atau apa ya aku sendiri bingung.
" Hemm..kamu menikmati sekali meski kamu ga begitu sadar. Kenapa bertanya seperti itu " Kak Riky said
" emmm..boleh gak kalo kita melakukannya sekali lagi " ungkapku dengan sedikit ragu. Wah..ternyata akal sehatku telah di kalahkan oleh gejolak yang gak jelas ini.
Kak Riky tersenyum, tanpa menjawab ia menggandengku dan membayar makanan yang telah kami pesan tanpa menghabiskannya terlebih dahulu. Aku hanya melongo dan mengikuti langkahnya menuju parkiran. Dan dia mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju sebuah hotel. Iya hotel yang pernah kami kunjungi minggu lalu dimana kejadian itu terjadi. 
Dan malam ini akan terulang kembali, tanpa kak Riky menjawab aku sudah paham apa yang akan terjadi malam ini, dan aku pasrah karna itu memang keinginanku. Aku menikmati sangat menikmati begitu juga kak Riky sebab atas dasar suka.
Setelah kejadian itu, kami tak pernah melakukannya lagi. Aku dan kak Riky sudah membuat kesepakatan, kita tidak akan melakukannya lagi sampai pernikahan. Sejak saat itu kak Riky begitu baik denganku menghargaiku  dia selalu membantu segala kebutuhanku selama kuliah. Meski ia telah menyelesaikan study nya dan melanjutkan usaha papanya. Dia tidak pernah berubah padaku sikapnya masih sama bahkan berubah jauh lebih Baik. Dan rencana pernikahan tetap dalam planing setelah aku selesai kuliah tinggal beberapa bulan lagi. Akupun semakin sayang dengan kak Riky kugantung hidup dan harapan pada kak Riky.
***

Selama itu pula kak Riky memenuhi segala kebutuhanku selama kuliah, aku tak perlu lagi meminta kiriman pada kedua orang tuaku. Bahkan ia membantuku membayar separuh harga tuk sebuah sepeda motor yang aku inginkan kak Riky tak perhitungan. Namun ternyata masalah itu datang di saat rencana pernikahan kami sudah di depan mata, kak Riky di jebak oleh adik letingan. seorang gadis rendahan yang ku pikir lebih rendah dari aku moralnya. Bagaimana tidak semua mahasiswa bahwa dia adalah seorang ayam kampus. Penggoda lelaki hidung belang.

Tanpa ku ketahui kak Riky pergi ke klub, biasanya selalu denganku tapi kali ini tidak sebab aku sibuk dengan skripsiku yang harus selalu diperbaiki. Di klub Kak Riky bertemu Maya, ya gadis itu bernama Maya. Entah apa yang telah Maya bubuhkan ke dalam minuman kak Riky hingga kak Riky tak sadar. Dan terbangun sudah di kamar hotel dalam keadaan bugil. Sama keadaannya seperti apa yang ku alami dulu mungkin ini karma tuk kak Riky. Kejadian itu membuat kak Riky intens menghubungiku. Mungkin itu rencana kak Riky agar aku bisa tetap mempercayainya. Selang tiga minggu di sela- sela kesibukan penggarapan skripsiku, aku denger kabar dari seorang teman jika Maya telah hamil oleh kak Riky.

Jantungku seketika terasa berhenti, hawa panas mulai menjalar di wajahku. Bulir- bulir air mata mulai menetes perlahan. Seketika aku bergegas pulang menumpahkan segala kesah dengan tangisanku. Mungkin kak Riky sudah mengetahui kabar itu, dan dia menemuiku. Terdengar suara motor di halaman kosantku, kak Riky langsung masuk. Dan ia segera memelukku berusaha tuk menenangkanku. Namun bukannya tangis ini terhenti tapi semakin keras saja.

" Dek, udah jangan menangis lagi. Kakak minta maaf atas kesalahan kakak, maaf atas khilaf ini. Aku di jebak oleh Maya. Namun aku ga bisa buat mengelak, sebab setelah kejadian itu kakak jadi sering menemuinya tapi bukan untuk melakukannya lagi. Maya meminta bantuan kakak tuk mmenyelesaikan tugas kuliahnya. Kakak pun tak tahu bayi itu bayi siapa entah bayi kakak atau bukan kamu sendiri tau Maya itu siapa. Tapi kamu yakin ya dek kakak cuma cinta dan sayang sama kamu. Kakak ingin menikahnya dengan kamu bukan dengan wanita lain termasuk Maya. Aku juga akan meminta bantuan pada pengacara keluargaku untuk masalah ini. Aku siap untuk tes DNA, agar bisa meyakinkan itu bayi siapa yang di kandung Maya. " Kak Riky mencoba beri pengertian padaku 
" Kak, aku perempuan gimana rasanya jika aku yang menjadi Maya. Pasti sakit kak, jika memang kakak melakukannya dengan Maya ya silahkan kakak bertanggung jawab. Aku tidak apa-apa, aku ikhlas meskipun sakit yang kudera. Kakak ga boleh egois kakak harus menjadi jiwa yang bertanggung jawab. Jika memang itu bukan kesalahan kakak pasti tuhan akan menunjukkan kebenarannya. " ujarku.

" Jun, kakak yakin waktu itu kakak masih ada sedikit kesadaran dan kakak tidak merasakan sesuatu yang terjadi. Kakak yakin tidak melakukannya, percaya kakak. " lanjut kak Riky.
" Jika benar kakak tidak melakukannya kenapa Maya punya foto bugil kakak, aku ga habis fikir dengan hal ini. Sudahlah kak jangan mengelak lagi bertanggung jawablah. " aku sedikit emosi sebab setelah kejadian itu Maya mengirimkan foto kebersamaanya dengan kak Riky. Dan bila di teliti dengan jelas memang terlihat keganjilan dalam foto itu. Kak Riky tertidur pulas dengan bertelanjang dada, dan Maya tidur di sampingnya dengan merangkul kak Riky. Persis dengan keadaan jebakan- jebakan dalam sebuah sinetron di televisi. Sebenarnya aku muak melihat foto itu, tapi harus tetap ku simpan sebagai bukti untuk mencari kebenarannya.

" Sungguh Jun, aku tidak melakukannya dan kamu bisa teliti foto- foto itu. Maya hanya ingin memanfaatkanku dia ingin mengambil keuntungan dariku. Kakak harap kamu bersabar ya, tunggu kakak. Aku akan menyelesaikan masalah ini dulu , kakak harap kami tetap mendampingi kakak apapun yang akan terjadi. Kakak butuh dukungan kamu tuk mencari kebenaran atas masalah ini." kak Riky kembali meyakinkanku.

" Ya sudah kak, aku akan mendukung kakak. Tapi aku harap kakak bisa mengerti untuk beberapa minggu ini aku ga bisa untuk selalu mendampingi kakak. Kakak paham aku lagi menggarap skripsi aku harus fokus ke kuliah dulu. Aku ga mau mengecewakan keluargaku tuk ke dua kalinya. Aku sudah mengecewakan mereka atas segala prilakuku. Jangan sampai kuliahku gagal pula. Semoga permasalahan ini cepat terselesaikan. Sekarang silahkan kakak pulang, aku mau istirahat dulu, otakku mulai kram kak." ujarku sembari memegang kepala yang mulai berdenyut, iya kepalaku sakit dan rasa panas mulai menjalar di tubuhku. 

Kak Riky mendekat dan memegang dahiku,
" Dek, kamu demam? Ayo kita ke dokter. " Ajak kak Riky
" Tak usah kak, ntar minum obat juga sembuh. " tolakku. Aku memang ga bisa terlalu pusing apalagi memikirkan masalah yang bertubi-tubi seperti ini. " Silahkan kakak pulang saja aku mau istirahat, tiduran bentar. Nanti setelah tidur mungkin pusingnya bisa hilang. Sekarang kakak pulangnya biarin aku sendiri dulu." aku memohon pada kak Riky dengan sedikit menahan sakit di kepalaku.
" Nggak, kakak nggak akan pulang. Kakak akan terus menjaga kamu di sini, merawat kamu memenuhi kebutuhan kamu. Izinin kakak buat nemenin kamu sebagai tanda permintaan maaf atas kesalahan kakak. " pinta kak Riky. " owh..iya, kamu sudah makan belum dek? " lanjut kak Riky 
Aku hanya menggeleng dan kakak Riky berkata " tunggu di sini, kakak beli makanan dulu di mini market depan, sekalian beli nasi dan lauk tuk kita. " Aku hanya mengangguk mengiyakan.
***
Seperginya kak Riky aku mencoba tuk tidur sejenak meredakan sakit yang kian menjalar di tubuhku. Hampir saja aku terlelap kak Riky sudah datang membawa makanan, dengan telaten dia menyuapiku, semalaman itu ia mengurusku. Terjaga sepanjang malam mengganti kompresku bila demamku mulai tinggi. Sebenarnya tak ada yang di ragukan lagi atas segala kebaikan kak Riky. Dia memang lelaki ideal bagi setiap wanita, aku beruntung bisa memiliki calon suami seperti dia. Mungkin inilah cobaan tuk hubungan kami berdua. Semakin tinggi pohon itu menjulang semakin kencang pula angin bertiup. Dan itu yang kurasa saat ini. Saat kesuksesan ada di depan mataku, ada saja masalah yang menghampiri. Aku berharap semoga masalah ini cepat bisa di selesaikan Kak Riky.

Tiga hari aku hanya terbaring di kosant, badanku lemah setelah ke dokter ternyata aku kena gejala tipes untung langsung cepat di tangani dan tidak sampai harus di opname. Hanya di beri beberapa macam obat saja. Dan kak Riky masih tetap setia mendampingiku hingga aku sudah bisa ngampus lagi. Kembali dengan rutinitas penggarapan skripsi. Dan aku fokus ke skripsiku hanya sesekali aku bertanya kabar pada kak Riky. Dan dia memahami kesibukanku. Sedangkan masalah dia dengan Maya belum menemui titik terang, dan aku tak mau ambil pusing dengan masalah mereka. Setelah tiga minggu berkutat dengan skripsi dan akhirnya selesai dan di terima dengan baik, nilai yang sangat memuaskan. Dan aku bisa bernafas lega dengan hasil yang kudapat. Menunggu satu bulan lagi tuk jadi Sarjana Hukum..yeeeayy...

Aku lupa tuk mengabari kak Riky,, kucari kontak telponnya.. Tuuutt..tuuutt..belum ada jawaban.." coba lagi ah " tutt..tuutt..klik..
" Hallo dek, gimana kabarnya? Selamat ya skripsinya selesai selamat atas hasil perjuanmu " belum juga aku menyampaikan kak Riky sudah tau. Ya sudah tak mengapa.

" iya hallo kak, maaf baru sempat ngabarin. Kemaren sibuk banget sampai- sampai hp tergeletak tak di sentuh. Gimana dengan kakak? Sudah ada titik terangnya belum? " tanyaku pada kak Riky, aku berharap semua menjadi baik.

" Iya dek, ini aku lagi mengumpulkan bukti- bukti jika Maya telah membodohiku. Dia hanya memperalatiku, memenuhi kebutuhan nya. Jika aku tak menuruti dia akan menyebarkan foto-fotolu bersamanya. Nanti sore semua bukti mau kakak serahkan ke pengacara keluarga. Dan kakak sudah berkomunikasi dengan Maya meminta dia untuk melakukan tes DNA tapi dia tak bersedia. Dan bisa dipastikan ia takut kebohongannya akan terbongkar. Kamu bersabar ya.." kata kak Riky. 
" Iya kak, semoga cepat ketemu titik terangnya. Da..da..kak " aku menutup telpon.

Jadwal hari ini hanya berleha- leha saja menikmati libur tanpa rutinitas kampus. Sambil menunggu kabar dari kak Riky. Tiga hari setelah komunikasi terakhirku dengan kak Riky, akhirnya ada kabar baik juga, Maya mengakui semua kesalahannya. Dia melakukan itu untuk mengambil status sebagai istri seorang pengusaha. Sebab yang menghamilinya pacarnya seorang residifis pengedar dan pemakai narkoba, dan Maya tidak mau menerima pacarnya sebagai suami. Dan dia berencana kak Riky orang yang tepat tuk menjadi ayah dari bayi yang di kandungnya.

Aku bersyukur akhirnya semua masalah yang menimpaku telah usai, aku bernafas lega. Melanjutkan kehidupanku dengan tenang, melanjutkan rencana pernikahan kami yang sekian lama telah kami rencanakan matang-matang. Setelah wisuda aku kembali ke rumah sebab kak Riky dan keluarganya  akan mengunjungi kedua orang tuaku tuk melamarku. Menentukan hari pernikahan kami. 

Dan akhirnya hari bahagia itupun tiba, aku resmi menjadi nyonya Riky Subagja..dan Maya aku tak tahu lagi bagaimana kelanjutan hidupnya. Aku sudah memilih jalanku dan aku hidup bahagia.

Tamat.

Liwa, Lampung Barat 07 Mei 2017

Tentang Penulis:
Yulyani Farida, lahir dan besar di Lambar, ia menekuni puisi di Sekolah menulis Komsas Simalaba. Komsas Simalaba adalah sebuah wadah berkesenian para pemuda di Kabupaten Lampung Barat yang sehari harinya berprofesi sebagai petani kopi. Terbentuknya Komunitas ini sekaligus menandai bangkaitnya sastra kaum petani yang cukup produktife menghasilkan karya. Yulyani Farida, Sejumlah karyanya telah dipublikasikan di media www.wartalambar.com dan saibumi.com juga tergabung dalam buku antologi EMBUN PAGI LERENG PESAGI.

Tidak ada komentar