HEADLINE

Puisi Karya Ferry Fansuri


SEMARAK PUISI MALAM MINGGU (edisi ke-62)

DARI REDAKSI
Kirimkan puisimu minimal 5 judul dilengkapi dengan biodata diri dan foto bebas dalam satu file ke e-mail: riduanhamsyah@gmail.com. Pada subjek e-mail ditulis SEMARAK PUISI MALAM MINGGU_edisi ke-63  (malam minggu selanjutnya). Redaksi akan memberi konfirmasi pd penulis yg karyanya dimuat. Bila dalam 1 bulan puisimu tidak dimuat maka puisi dinyatakan belum layak. (Mohon maaf sebelumnya laman ini belum dapat memberikan honorium). Salam segenab redaksi.


PUISI PUISI FERRY FANSURI


Lama tanpaMu

Dalam sujudku ku mengingatMu
Terkadang hambamu ini lupa akan diriMu
Tapi sungguh dalam lubuk ini ada Kamu
Bergumul napsu kerumunan dunia
Berselimut selubung ilusi
Aku lama tanpaMu

Surabaya, Maret 2017


Badai Dejavu

Gemuruh badai itu
Datang menerpaku
Menggerototi tulang
Merayapi sela-sela jiwa ini

Ombak itu menggulung
Menderu-deru
Menghantam tepian kalbu
Berdiam tak bergerak

Layaknya dejavu
Berulang bergilir
Mencabik-cabikku
Tapi disini aku tetap tegak

Tuk mengingatMu

Surabaya, Maret 2017


Rapuh

Kulihat seorang ayah renta tua
Duduk ditepian kasur termenung
Menyeka luka dikakinya
Tertunduk meratapi nasib

Kupandangi wanita yang kusebut Mama
Tergeletak lemah stroke menyerang
Tangan kiri terkulai tak berdaya
Teronggok dalam kursi rodanya

Kusaksikan pemuda itu pergi
Meradang meninggalkan luka
Tak kembali mengejar amarah
Kebencian itu ada di sorot matanya

Ah rumah ini begitu besar tapi kosong
Dan aku sendiri terkulai lelah
Memandang waktu terus tergerus habis
Tapi dalam doaku untukMu
Kau kuatkan jiwaku yang rapuh ini
Surabaya, April 2017


Bara Api Es

Subuh itu di kamar kos
Terbangun gundah
Ada detak berkecamuk di ulu hati ini
Kuhisap batang rokok
Kuteguk arak itu
Kuhisap bong sabu
Kubiarkan melayang tanpa arah
Tapi tak semua itu menenangkanku

Langkahku terseok
Pundak terasa berat
Memikul dosa itu
Ingin kutusuk jantung kotor ini
Sayup-sayup alunan Alif…Lam..Min
Menghentikanku tuk bergejolak

PesanMu menyejukkanku
Bara Api itu menjadi es

Surabaya, April 2017


Labirin Rahim

Kerlingan mata sendu
Bibir merah merekah
Lenggok pinggul menggoda
Dua pualam itu menantang

Jeratan berahi selalu datang
Legungan berkeliaran diotak
Dentuman syahwat meletup
Menyebar urat nadi ini

Setiap kali kumasuki labirin rahim
Saat itu juga jatuh tertunduk
Sujud minta ampun padaMu

Surabaya, April 2017


Tentang Penulis :
Ferry Fansuri kelahiran Surabaya adalah travel writer, fotografer dan entreprenur lulusan Fakultas Sastra jurusan Ilmu Sejarah Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya. Pernah bergabung dalam teater Gapus-Unair dan ikut dalam pendirian majalah kampus Situs dan cerpen pertamanya "Roman Picisan" (2000) termuat. Mantan redaktur tabloid Ototrend (2001-2013) Jawa Pos Group. Sekarang menulis freelance dan tulisannya tersebar di berbagai media Nasional 

Tidak ada komentar