HEADLINE

Semarak Puisi Malam Minggu (Edisi ke-55)


SEMARAK PUISI MALAM MINGGU (edisi ke-55)

DARI REDAKSI
Kirimkan puisimu minimal 5 judul dilengkapi dengan biodata diri dan foto bebas dalam satu file ke e-mail: riduanhamsyah@gmail.com. Pada subjek e-mail ditulis SEMARAK PUISI MALAM MINGGU_edisi ke-56  (malam minggu selanjutnya). Redaksi akan memberi konfirmasi pd penulis yg karyanya dimuat. Bila dalam 1 bulan puisimu tidak dimuat maka puisi dinyatakan belum layak. (Mohon maaf sebelumnya laman ini belum dapat memberikan honorium). Salam segenab redaksi.


KARYA BERSAMA


PUISI PUISI ENDANG A

PERUBAHAN

Benar, aku menyambut datangmu, dari rahim kemarau, dengan bingkisan dedoa.

Langit gelisah, melihat nada yang kau bawa,
hujan tergerak untuk mengisahkan, sedang angin enggan untuk menoleh.

lihatlah!
Bumi sudah terpoles, pintu cahaya terbuka, kuingin raut malam tidak lagi serumit kemarin.

Lambaian kisah lalu terbentang antara napas berembun, pembentukan amarah, pelepasan damai.

Namun menghilang, terhitung dari awal jumpa kita di telaga bisu, lereng bukit terkubur oleh rekahan senyum hari ini.

Tanjung Priuk, 8 Maret 2017.


UJUNG PENANTIAN

Entah, detik detik pengharapan
terbalut dilema, ada misteri
pijakan tak terbaca, hingga pecah hujan.

Di atas pintalan benang, mengukir wajah puisi, antara diksi yang terlepas
dan kosa kata pecah pecah
sujud menjadi gerimis.

aku mengibar bendera, atas rahim kemalangan, pada bodoh angkat bicara
sesak mati rasa, putus putus di ujung nadi
mama berpulang ke tanah air.

Pontianak, 6 Maret 2017.


KISAH MALAM 

Malam, bersembunyi di balik tirai kepura puraan, membidik rasa, mengulum rindu, pada masa berambisi.

Duka, merapatkan kisah, membingkai kemaksimalan jejak, melangkah simpang siur, dilema masih memakan waktu.

Sedang rasa menganak pinak, tersentuh bayang, mematahkan semua indra, melipat kata yang pecah pecah.

Diskusi senja, melelahkan waktu, sedang kepenatan hidup tak terbaca, bahkan retak
hancurkan cerita, bukit cemara di lereng gunung, bersama sujut gemeretak.

Pontianak, 6 Maret 2017.

Tentang Penulis : Endang A tinggal di jl dukuh 4 kramat Jati Jakarta Timur. Ia mempublikasikan puisi puisinya pada media online www.wartalambar.Com



PUISI PUISI NANANG R

DI ANTARA BANGKU KOSONG

Malam kian menunjuk.
Ke dalam kesenjangan larut.
Entah ada apa dengan kantuk
seolah mengejekku
datang lalu pergi lagi?

Justru mengajakku,
duduk di antara bangku kosong
menikmati sisa kopi beraroma dingin.

Dengan datarnya,
sesekali pandangan condong ke layar ponsel
dengan huruf-huruf yang memaksaku, menarik hingga sesak.
Sebab lagi-lagi tentang tajuk yang sama.

Harusnya aku,
berhenti menjaga malam sebab esok
mencuci lagi telapak yang terjanjur lebam.

Banjarnegara, Jawa tengah 06 Maret 2017


MENGEMAS SENYUMAN ITU 

Selesai berkemas, dan
melangkah lebih jauh lagi
mencoba untuk melipat
tentang harapan di kota itu.

Di perbatasan itu, untuk
kesekian kalinya meninggalkan berbagai
macam penyakit yang,
disebabkan oleh kata-kata.

Mungkin untuk kali ini,
akan tertinggal di dermaga
atau di tangga-tangga berkarat.

Separuh perjalanan belum,
tersentuh daratan, akan tetapi pandangan masih jauh
kepada sesosok itu.

Lagi-lagi harus puas,
dengan senyuman, sebab
detik berikutnya ia
menenggelamkanku pada
masalalu.

Banjarnegara, Jawa tengah 9 Maret 2017.


SATU NAMA BELUM TERBACA

Sepertinya,
masih kau simpan
kenangan, di saat hilang jalanmu
dan angin laut yang seolah
memahamimu dalam duka.

Sehingga kau
namai dirimu camar,
yang sebenarnya laut masih berkecamuk
dihiasi gerimis yang kian mencekam,
lalu kau sempat menuliskan sebuah nama
sebelum kembali kejejakmu semula.

Dan nama itu habis dalam sekejap
dilumat ombak,
sebelum kau sempat membacanya lagi.

Adakah kau sadari sebelumnya,
semua di luar batas angan-angan
dan semua di luar nalar,
aku tau sungguh kau tak akan lupa
meskipun terperas waktu.

Banjarnegara, Jawa tengah 27 Februari 2017


WANITA MALAM ITU

Sebelumnya, enggan bertatap
dengannya,
sebab hanya seorang diri di ujung jalan
dan masih terduduk di temaramnya jalanan.

Dan aku, manusiaku
memahami hasratnya
ia menunggu
sebelum ini.

Sepucuk senyuman,
tentang narasi waktu
wanita malam itu.

Banjarnegara, Jawa tengah 09 Maret 2017.

Tentang penulis: Nanang romadi tinggal di Banjarnegara  Jawa tengah. Nanang R bergabung aktif dalam sekolah sastra ( KOMSAS SIMALABA)
Hp: 081519180004
Wa: 0815 19180004
Fb: Nanang Romadi
Pin: D65AB0C7
Email: Hprestu838@gmail.com



PUISI PUISI RIRI ANGREINI


NAMUN

Baru tersadar dari mimpi semalam, ada hari nyata menanti, untuk tuntaskan bermiliaran desiran waktu. Tentang fakta yang menuntun keadilan dalam nyata yang terbuka.

Terkadang lelah, tak sanggup penuhi semua ingin yang meminta.
Namun keberanian, terpenjara sudah di jeruji paling gelap.
Pada siapa lagi kebenaran minta perlindungan?

Bekasi, 10 Maret 2017.


LUPA

Masih tentang tanda malam itu
yang membuat semangat, tumbuh subur.
Menghiasi taman surga, saat berkelana.

Bukan tak punya rasa yang sama
atau tak membawanya
hanya saja lisan lupa cara menjabarkan
hingga hasrat terkubur sudah
dalam pelukan waktu yang dilema.

Kecewa.
Ah percuma!
Bukankah kita sama-sama tak ingat lagi?

Bekasi, 09 Maret 2017.

Tentang Penulis : Riri Angreini. Lahir Padang Panjang(Kambang)-Sumbar. Saat ini merantau  dan tinggal di Bintara Jaya, Bekasi. Jawa Barat. Tulisan di terbitkan www.wartalambar.com



PUISI PUISI BUNDA SWANTI

AKU

Lembar kertas putih telah berubah kumal dan berdebu
setiap ujung sisinya ada cerita.

Aku bercermin mencari
dimana aku yang dulu.

Aku hilang dalam benderang
aku ada sejatinya hilang
ke mana.

Aku terkubur dalam lautan aksara, tertimbun ribuan kertas kumal
jeritku pada mereka jangan jebak aku
dalam gubahanmu
memang indah tapi membuat luka.

Koreng dan nanah bertabur
di sekujur raga
aku ingin sembuhkan luka
agar aku tetap menjadi aku.

Rokan Hilir, 10 Maret 2017.


PADAMU MIMPI

Malam semakin tua
gelap dan pekatnya memeluk bumi begitu erat.

Ada seonggok jiwa berputar kitari mimpi
semu
mamun tepat di tepinya
terlihat kunang-kunang
tiap kedipan ada celoteh kisah tertimbun di pagu awan nan kelam.

Seperti ribuan bintang manjakan mimpi
sampai penghujung malam tak jua mampu melepas mimpi malam ke dua.

Rokan Hilir, 7 Maret 2017.


EMPAT

Berbekal yakin menggunung
awali kagum sebab goresan indah.

Satu salah sebab bukanlah ia, malu melanda bagai daun talas tersentuh bara.

Tanya kemudian salahpun jua, sangkakan gurunya maha ternyata ahli beda.

Berlanjut tiga lalu empat, salahpun genap
malu tak terbilang, nyaris mundur maju berpantang.

Namun ...
tulus jabat tangan bangkitkan asa tuk mulai merenda
kisah sahabat di maya
Ternate dan Rokan, hanya satu tujuan mohon ridha Allah.

Rokan Hilir, 7 Maret 2017.

Tentang Penulis: Bunda Swanti di Jln Pelota Km 22, Desa  Bangko Lestari, Kec. Bangko Pusako, Kab. Rokan  Hilir-RIAU



PUISI PUISI Q ALSUNGKAWA

TIGA BARIS PUISI
(Teruntuk Dealova)

Engkau, bukanlah jauh
di seputar dadaku
denyutnya
kita saling mengeja, meluruskan segala getir
di punggung jejak.
Kita yang sedikit meminjam waktu
dan terjebak oleh kepolosan, hingga kita dituntut ketat, sisa yang dimiliki, bukan untuk menangis.

Kita sepakat masih ragu. Tetapinya, dalam diam, menanam benih kepercayaan
dalam sunyi, saling membaca.

Apakah ini setia? Lalu mengganti kemesraan dengan melempari catatan yang hurufnya sempoyongan
atau
hanya akan terus menitipkan kisah kepada Tuhan.

Lampung Barat, 6 Maret 2017.


BIOGRAFI DEALOVA

Terima kasih. Cukup dan kupahami tubuh alasan. Sebab Tuhan mengajarkan, bahwa aku masih manusia.

Kalimat terakhir, dan menambahkan sebuah jalan
cukup terhubung pada sebuah cermin.

Dan---

tak ingin kutanyakan lagi, apa lagi jauh ke dalam dirimu. Karena bisa dipastikan kalimat yang di pangkal jejak itu pupus.

Pada dasarnya lagi
aku bukanlah menjadi Pasti. Masih mengitari rencana. Tentu saja- takkan menjadi- sama saja.
Adalah Ia menyajikan menu, di meja tak bersudut "Butuh waktu, atau menunggu."

Ketika memeriksa. Malam terjatuh
melahirka napas
selepas ditalak matahari.

Lampung Barat, 7 Maret 2017.


SEBUAH NAMA

Sedikitpun, saat ini, aku tak kuasa mengalimatkan namanya, di bibir ini, dan membiasakan untuk tidak menghela napas panjang.

Sekian panjangnya catatan
tentang kagum, bahkan rindu, di layar kecil, tapi cukup untuk menghubungkan rasa. Harus dipupus, meski tak direlakan.

Terima kasih. Syair yang selalu menari
sapaan manja penuh goda, juga celoteh sedikit liar yang memukul tawa. Adalah sebuah bahagia. Walau jarak itu singkat.

Maaf, mari kita rapikan sisa-sisa pikiran
juga melemparkan biji mata ke depan
dan
menikmati tikai yang membungkus kemarin.

Lampung Barat, 9 Maret 2017.

Tentang Penulis: Q Alsungkawa, bergiat di komunitas sastra di Lampung Barat (KOMSAS SIMALABA), ia mempulikasikan puisi-puisinya di media online www.wartalambar.com, Saibumi.com dan Lampungmediaonline.com



PUISI PUISI NURIMAN N. BAYAN

SEBUAH PENGHARAPAN
(Buat Yustika)

Semoga, ruh hujan masih tersisa
agar angin lalang tidak melempariku keluar
dan aminkanlah ringkasan kalimat ini
walau sebuah pengharapan.

Sebab, yang maha puisi
selalu punya maksud
bila embun merah di jiwamu
mengalamatkan kisah yang sama.

Sejak lama, aku menanti gerimis manjamu
tumpah, di punggung ini
jauh-- sebelum kepala ini menciptakan sungai.

Dan harapanku teguh, tentang nanti
maka biarlah, aku sedikit ngilu di musim ini
demi memastikan, kata di balik kalimatmu.

Ternate, 09 Maret 2017.


RINDU DI PERSIMPANGAN ANGIN

Semenjak kau pergi dari mata ini
dan memilih berdiam
di persimpangan angin
kata kata ini jadi letih
huruf huruf terbang
mengikuti aroma salju kerinduan.

Akan tetapi-
daun daun angin terlalu lebat
mendung pun menghitam
hingga hanya kunang kunang
bertengker dalam mata ini
baunya melukai setiap puisi yang kutulis.

Ternate, 28 Februari 2017.


BERTANYA PADA PUISI

Apakah puisi begitu rumit
menyatukan dua arah angin
jadi kesatuan dalam sebuah republik
atau ia hanya sebuah ketiadaan
bersajadah tanda baca.

Atau racun, yang menyembunyikan pisaunya
menunggu kantong pecah
dan isinya tumpah menikam rasa
untuk melahirkan satu pengertian.

Ternate, 03 Maret 2017.


RAHIM HUJAN

Kita terlahir dari rahim rahim hujan
yang tumpah ke bumi
menjadi biji-bijian
lalu tumbuh jauh
dari tangan manusia.

Tetapi, setelah kita dewasa
manusia dengan sombongnya
memotong tangan dan kaki kita
hingga hujan tidak sekedar
melahirkan kita
tapi juga penyebab kematian kita.

Ternate, 28 Februari 2017.


SEJAK ENGKAU JADI ANGIN

Aku pun belajar menyatu dengan ombak
meski harus tertikam
rasa asin dari deburnya.

Dan akan kulepas tubuh ini
di atas pangkuannya
biarlah ia menenggelamkanku pelan pelan
membawa ke dasar laut
demi perdamaian jiwa yang lama renggang.

Ternate, 01 Maret 2017.


HARI HARI YANG TAK PERNAH SILAM

Setelah beberapa hari
di atas debur ombak
akhinya, kitapun tiba di pelabuhan Februari
tentu, banyak cerita tercuplik erat di kepala
tentang peristiwa semasa di pelabuhan Januari.

Salah satunya, cerita om-om, yang menggelegar
hingga angin lautpun terdiam
menyimak ucapan yang tumpah.

Tetapi, ketika tiba di pelabuhan ini
kata-kata itu menjadi angin
terkikis hujan, dimakan matahari
hingga yang tertinggal hanya udara
menempel di dinding dinding kapal
dengan raut wajah yang bijak tetapi penuh garam.

Tetapinya lagi-
segala bodi kapal telah terkuas megah
kamar kamar juga tak mau kalah warnanya
namun, anak-anak di gudang kapal
masih saja mengutuk impiannya
begitu pun ibu ibu, masih terus mencari tempat tidur mereka
dan di palka kapal, banyak orang tinggal nama
karena rupiah selalu menutup napas.

Perjalanan kemarin, sepertinya tak pernah silam
dan terus melekat di benakku
hingga terkadang, aku beralibi yang tidak-tidak
sebenarnya, pelabuhan dan kapal ini, untuk siapa?

Ternate, 23 Februari 2017.


JENDELA HATI

Ti, bolehkah
kau buka jendela kamarmu
biar angin lalang malam ini
berhembus ke dalam duniamu.

Ataukah, kuangkat namamu ke langit
dan mendatangimu
di atas lafas diri
kupinangmu dengan Bismillah.

Ternate, 22 Februari 2017.


KE MANA AKU BERLARI

Ke mana aku berlari?
Jika dinding kota ini
begitu mengangkan.

Aku tak berdaya, melawan derasnya
aliran namamu
di pusaran jiwaku.

Maka biarkan, aku lebih dekat
ya, lebih dekat lagi
seumpama aku dengan-Nya
agar kita, lebih mudah menari
di setiap aksara dan ibadah
lalu ikhlas membisikan ke dalam jiwa; aku mencintaimu.

Ternate, 22 Februari 2017.


PERAHU DI LAUT SUNYI I

Apa yang terlintas di pikiranmu?
Ketika langit mendung dan engkau sendiri di tengah laut
lalu di sekitarmu gelombang menari-nari.

Berapa banyak surat, kau layangkan ke langit
jika perahumu telah koyak.

Entahlah!
Pastikan, tangismu tak renyah
dan tawamu tak resah
sebab aku, akan mencurimu berlahan-lahan.

Ternate, 15 Februari 2017.


SENJA DI LANGIT HALMAHERA

Setelah fajar menetas di kaki Ternate
kepadamu, Halmahera
kutitipkan secangkir harap
tentang senja, yang ingin kukecup di langit-langitmu.

Tetapi bila ada mimpi singgah di ujung lelahku
genggamlah tanganku erat-erat
sebab doa-doaku pulang padamu
di malam yang rebah, berhias air mata
antara gang-gang kota dan layar kaca
yang bercerita tentang nokhta masa.

Ternate, 1 Februari 207.

Pentang Penulis: Nuriman N. Bayan (Abi N. Bayan) tinggal di Supu, Kec. Loloda Utara, Kab. Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara. Abi N. Bayan, Penggiat seni tulis, Pembina Komunitas Parlamen Jalanan Maluku Utara (KPJ MALUT), dan tergabung di Gerakan Mahasiswa Pemerhati Sosial (GAMHAS-MU). mempublikasikan puisinya puisinya di media online www.Wartalambar.com.



PUISI PUISI ROMY SASTRA


PASRAH 

tlah aku persilahkan dikau pergi
membawa kisi-kisi memori
tentang ikrar merpati tak tertepati
memang sayapnya patah
tertembak cemburu buta
dendamlah

kubur saja janji pada awan
tenggelamkan
ya, purnamaku
tak mampu menyibak malam
iklim langitmu tak mau berubah
seperti pualam dihempas salju
tetap saja dikau berhati batu
aku menyerah

Jakarta, 04,03,17


TAHAJUD CINTA TANPA DOA

sajadah tahajud terbentang
duduk tafakur
di bawah lindungan Ka'bah
aku membawa rindu
jauh ke ruang jiwa

sunyi sepi berkawan hening
pusarakan warna nafsu pada dinding kaca
lenyap tak bercahaya

si burung merak datang kepakkan sayap
menyusun Ya Hu ke dalam napas
unang aning unong berbisik pada sami'
bhasyiran
bertamu ke lahayattan qalbu

malam-malam indah bersama sunyi
tenggelam menyatukan diri
asyik rasa, fana menyentuh Ilahi
misykat kristal membulir tak tersentuh
seperti kejora di malam purnama
terhampar di padang Sahara jiwa

khair-khair berbisik dalam sami'an
khair bhasyiran bermusyahadah
tersusun dalam tirai mahabbah cinta
lembut halus melebihi seribu sutera

kacahaya menyapa tahajud
terpana indahnya kelambu kasih
bahagia bagi hamba yang selalu bersujud
rindu-rindu bersetubuh menyatu
bersatu padu

di bawah lindungan Ka'bah cinta
ada di wajah maujudullah
bersama tongkat alif menengadah kerlip
ada di malam-malam indah bersama-Nya

tahajud cinta tanpa doa dunia
meneguk telaga Firdausi
membawa kasih tuk sang kekasih
dalam pangkuan
yang tak mau di tinggal pergi

Jakarta, 07,03,17


BERLAYAR RINDU

tutup saja lubang dunia
ia jendela penggoda
kenali rumah sejati
temui kematian
hingga wafat tak berkafan

makam diri bercahaya megah
nisan berasma cinta
tak lelah menggali tanah
liang sembilan pasungkan
getar nadi jangan hiraukan
hingga sesak sekejap jangan risau
di sana pintu maha hidup menyapa

bukalah dada asmara
leburkan ego di tiang ampunan
rengkuh rasa sentuh awas-Nya
Ia magnet menuntun usaha tak sia-sia
tak berjarak sedikitpun dari yang ada
bercumbu di setiap pesta
panggung kerlip tak berlilin
merona seperti purnama

bercinta kepada kekasih sejati
dalam kelambu rindu
detik-detik memandu laju
dengan kereta kencana tak berkuda
membubung terbang tinggi bersama ruh
bersayap aurora cinta
langit dan bumi bersatu di dagu  
Ia menyelimuti ruang dan waktu

ingin tahu mutiara terindah
jangan takut dalamnya sagara
berlayarlah, hingga fana
telanjangi jiwa jangan bernafsu
biarkan bidadari menyapa menggoda

renangi saja tanpa ragu-ragu
pakai tongkat petunjuk jalan
biar tak tersesat bertamu
ke dalam istana tak berkaca
kemilau bertumpuk dalam tatapan
tak runtuh dihimpit nafsu
mandilah dengan tirta cahaya terindah
nafs diri pasrah bersatu padu pada tajali itu

HR RoS
Jakarta, 06-01-2017 

Tentang Penulis: Romy Sastra tinggal di Pesing Koneng RT 8/2 NO,55 Kelurahan, Kedoya Utara, Kecamatan, Kebon Jeruk-Jakarta Barat



PUISI PUISI MALA FEBRIYANI

DOA MALAM 

Hei nona!

Mau kemana jam larut keluar,
bukankah kamu dilarang keluyuran jam malam.


Tidak paman-

hanya ingin mengadu dan bersujud di bawah naungan
agar aku tak tersesat jalan.

Memang mau kemana?

Menuju di mana bisa berdoa
dan berzhikir paman.

Jakarta, 6 Maret 2017.


AIR MATA PERSANDINGANMU 

Sakit, kuberusaha mengerti arti setia tapi kini, hanya luka yang
kurasa kala kau tinggalkanku
dan memilih dia.

Inikah balasan darimu, atas
ketulusanku dan kesetianku.

Mungkin-

memang, aku tak pantas bahagia
aku hanyalah debu jalanan yang
tak layak kau pungut.

Pergilah, akan kusaksikan hari
persandinganmu walau dengan
air mata terluka.

Jakarta, 6  Maret 2017.


RIAK LUKA 

Hebat, kau mampu membuat
gadis polos menjadi liar akan cinta, sungguh tak kusangka
cinta suci menjadi darah kebencian.

Lelah rasanya mengikuti arus
yang tak berujung pada satu  samudera saja.

Andai engkau tahu--

berapa banyak riak luka, yang
hadir dalam hidupku.

Jakarta, 6 Maret 2017.


Tentang Penulis: MALA FEBRIYANI tinggal di Pasar bawang klampok. Banjaratma Rt.04 . Rw.09. Gg.batara 2, Kec. Brebes, Bula Kamba-Jawa Tengah.
No hp : 0838 7492 4165. 
Email : maniezmala86


Tidak ada komentar