HEADLINE

Semarak Puisi Malam Minggu (Edisi ke-38)




PUISI PUISI KARYA NANANG R

ADA DARAHMU DI SINI

Wahai, kau pelindung
detak dari hembusan sisa asamu
dan pori-pori yang semakin melebar
di garis mata.

Adalah aku,
ranting tubuhmu
dua puluh tiga tahun silam
dari titisan darah bukan biru.

Ada darahmu di sini,
tak terbalas.

Banjarnegara 11 November 2016


PESONA POTRETMU

Di lipatan mana,
kau simpan huru hara
masa kecilmu dulu?
atau mungkin telah kau lupakan
dan kau simpan di ujung senja.

Banjarnegara, 11 November 2016

Tentang penulis:
Nanang romadi tinggal di Desa Pagar Dewa Lampung Barat. Nanang R bergabung aktif dalam sekolah sastra ( KOMSAS SIMALABA)
Hp: 081519180004
Fb: Nanang Romadi
Pin: D65AB0C7



PUISI PUISI KARYA KAMSON

HARU BIRU

Di sudut ruangan,
kegelisahan tak dapat terungkap.

Lipatan masa lalu, menari
di mata yang basah.
Entah kekata apa, tuk mengurai sesak.

Ekor mata membidik ke sisi jauh, kaupun sendiri.
Adakah rasaku di dirimu?

Lolita,
gedung ini saksi bisu pesta buah cinta dan jumpa kita.

Toga dan senyum ananda, menjadi tirai
penututup luka.
Teruslah mengukir asa,
sampai di puncak terang!

"Biar haru-biru meniti waktu".

Gedung Surian, Lampung Barat, 06 November 2016


SENANDUNG MALAM

Kriik, kriik, kriik
nyanyian jangkrik menyapa hening dalam lipatan gelap.

Sayup suara lolongan sang anjing hutan,

melengkapi tajamnya dingin,
bulu kudukpun berdiri.

Tarik selimut, langkah tepat kala itu.
Remang sinar lentera di dalam dangau
teman setia meniti malam.

Rindu-

tertahan demi sebuah asa.

Senandung malam menuntun ke alam mimpi!

Gedung Surian, Lampung Barat, 10 November 2016

Catatan :

Dangau adalah gubuk yang berada di tengah kebun kopi dalam bahasa daerah Semendo.


PAHLAWANKU

Tak ada besar, tanpa melalui hal yang kecil.
Gemilang cahaya beranjak dari remang, bahkan gelap.

Kau berikan jiwa-ragamu, agar tumbuh terang dan dewasa anakmu.
Engkau pahlawan sejati kami, Ibu!

Gedung Surian, lampung Barat, 10 November 2016


Tentang Penulis:
Kamson  tinggal di Desa Pura Mekar, Kecamatan Gedung Surian, Kabupaten Lampung Barat. Tergabung di Komsas Simalaba. Karya karyanya dipublikasikan di www.wartalambar.com



PUISI PUISI Q ALSUNGKAWA

TITIP DOA

Pahlawanku. Yang tetap mendampingi, hingga kini. Menjelma sesosok Ibu.

Wahai Ibu. Engkau, di dalam doamu, yang selalu jadi benteng hidup ini. Aku menitipkan doa dalam lisanmu. Teruntuk: Para Pejuang Bangsa. Sebab sabda doamu Ibu, adalah berkah Tuhan.

Ibu. Dapat kubayangkan perjuanganmu bertempur dengan maut
dan
dapat kubayangkan sosok sosok pahlawan yang bersimbah darah, demi hari ini.

Maka-

Aku titipkan doa pada lisanmu Ibu.

Sumber Jaya, Lampung Barat, 10 November 2016.


SAJAK NOVEMBER

November penuh warna. Seperti sengaja kau
sajikan di layar kaca. Selepas hujan aku membaca mata mata itu.

Sumber Jaya, Lampung Barat, 11 November 2016.

Tentang:
Q Alsungkawa tinggal di Desa Ciptamulya, Kecamatan Kebun Tebu-Lampung Barat. Q Alsungkawa cukup giat menekuni seni tulis, khususnya puisi dan terobsesi kelak namanya tercatat dalam daftar penyair Indonesia. Saat ini ia tergabung di barisan komunitas sastra di Lampung Barat (KOMSAS SIMALABA) Dan rutinitas mempulikasikan puisi-puisinya di media online www.wartalambar.com, saibumi.com



PUISI PUISI AAN HIDAYAT

KUPASUNG RINDU

Kupasung rindu ...
di puncak menara
harapan.

Lampung Barat, 06 November 2016.


BUKALAH MATAMU

Melangkah pada sisi yang lain, membawa semangkuk
warna yang belum sempat kulukiskan.

Nikmatilah rinai hujan dan desir angin karna itu adalah melodi.

Arus kehilir biarlah berjalan
menuju muara indah pada waktunya.  

Hai-hai ...
tataplah induk ikan di muara bersama inay-inay
bercengkerama, bukalah matamu!

Lampung Barat, 11 November 2016.

Tentang penulis :
Aan Hidayat adalah seorang wiraswastawan meubel, yang tinggal di pekon Gunung Sugih Liwa Lampung Barat, dan rutin menuangkan kegelisahan hatinya ke dalam puisi, serta tergabung di sekolah sastra dunia maya, KOMSAS SIMALABA.



PUISI PUISI TITIN ULPIANTI

NOVEMBER KELABU

Hujan masih saja setia,  
selalu menari-nari di ujung mata
membatasi segala langkah meninggalkan kegusaran diri.

November kelabu.
Malam kelam bertemankan kilatan cahaya
serta pasukan kodok yang bernyanyi riang pekakkan telinga di seberang jalan,
sedangkan aku bercumbu dengan kesendirian
tanpa teman,
tapa kasih
merajut asa dalam fatamorgana.

Sukau, Lampung Barat, 10 November 2016.


NOVEMBER YANG TERLUPA

Haruskah aku melipat senyuman pada november? sedangkan aku sibuk dengan rutinitas.

Dimana tetes perjuangan terlupa
dimana jasa tak lagi berharga
hanya mengejar kejayaan semata
dengan alasan tuntutan hidup.

Apakah kita bisa bernafas bebas tampa adanya mereka
siapa ?
mengapa, dan untuk apa mereka berjuang
Mengorbankan jiwa raga tampa balas jasa.

November yang terlupa,
tertutup awan egoisme haruskah rasa bangga datang atas ketidaktauan
ataukah terseyum menutup malu
padahal  tampa mereka akankah kita bisa berlenggak sampai saat ini.

Sukau, Lampung Barat, 10 November 2016.


Tentang Penulis:
Titin Ulpianti tinggal di Kembang Cengkeh, desa Bandar Baru Kec. Sukau Lampung Barat. Ia seorang Ibu rumah tangga, Tergabung dalam sekolah menulis dan aktif sebagai anggota Komsas Simalaba.


Dari Redaksi:
Kami memberikan ruang kepada siapapun untuk berkarya. Bagi kami, kesusastraan nasional itu sesungguhnya adalah sebuah keberagaman; mulai dari sastra kaum pemula, sastra kaum tepi, hingga sastra kaum yg telah memiliki label nasional alangkah indahnya bila kita sepakat untuk dilihat secara bersama sama dan miliki tempat serta ruang yang sama pula untuk dihargai sebagai bagian dari corak warna dalam keberagaman. Sebab kita semua memiliki hak untuk hidup serta menemukan bentuk. Silahkan kirim karya anda ke email: riduanhamsyah@gmail.com atau inbox akun fb Riduan Hamsyah.



Tidak ada komentar