HEADLINE

Semarak Puisi Malam Minggu (Edisi ke-34)


SEMARAK PUISI MALAM MINGGU (Edisi ke-34)

SALAM RINDU
Karya A Rifa'i

Angin, sampaikan salam padanya
rindu kian menyiksa, adakah kicau camar bawa kabar bahagia.

Haru tatkala berpisah
derai air mata adalah hujan nan curah senja tadi
hadirmu beri nuansa berwarna hari, Hanifa.

Hanifa, dalam ruang temaram
kembali tercurahkan bias kasih sayang
tulus.

Terbaring, menatap langit-langit 
harap akan mentari sinari taman
berjuta aneka bunga 
semerbak hiasi nuansa bahagia
selaksa tiada duka.

Bahway, Lampung Barat, 7 Oktober 2016


BUKAN RINTANGAN
Karya Ahmad Rifa'i

Secangkir kopi
sajian pagi
berteman tebal kabut nan menusuk sudut pori, dingin.

Dalam angan terlintas
lambaian butir-butir harapan memanggil di kejauhan rimba
gemercik hujan iringi ayunan kaki.

Ranting kering 
rimbun ilalang tak jadikan rintangan
melewati jalanan setapak yang kian retak
terabas, demi segenggam asa di hari depan.

Bahway, Lampung Barat, 10 Oktober 2016.


AMARAH 
Karya Ahmad Rifa'i

Hanyut dalam biasan
angkara membuncah
jiwa kian terjerumus kelubang kenistaan.

Tak terelak 
kendalipun goyah
layaknya deras arus kikis dinding bebatuan.

Dilema, silih berganti
menghampiri
terjang batasan 
diri terpuruk, tak berarti.

Bahway Lampung Barat, 13 Oktober 2016.


SUASANA MALAM
karya Ahmad Rifa'i

Gerimis
angin berhembus di sela-sela dinding
dingin menembus sudut pori pori.

Terdiam
lantunan kidung-kidung terdengar
membawa setitik kedamaian.

Bahway Lampung Barat, 13 Oktober 2016

Tentang penulis: Nama Ahmad Rifa'i
Alamat Bahway, Kec Balik Bukit, Lampung Barat
Profesi sehari-hari petani di perkebunan kopi dan tergabung di komsas simalaba.



CAHAYA KEKUNANG
Karya Aan Hidayat

Air hitam genangi mata merah, 
desahan prahara melumat angkuh. 

Kau mengerang pilu, di antara badai debu 
dan batu bencana yang kau pinta. 

Kau bakar pohon kedamaian 
dan kau tutup rawa kehidupan
dengan pasir-pasir yang menjulang. 

Langit runtuh bumi pun retak, terkoyak oleh bayangan hitam di balik pintu-pintu usang.

Adakah pendar cahaya 
kekunang tunjukkan jalan 
kembali, di tengah persimpangan 
cahaya putih yang pernah 
kau tinggalkan. 

RSUD Liwa 11 Oktober 2016


DI LORONG ITU
Karya Aan Hidayat

Di lorong itu...
kutemukan warna-waktu, 
tentang sunyi dan arti kehidupan. 

Senyum pucat dari bibir 
yang merintih pilu, 
coba merajut asa di antara 
sengal napas haru. 

Tumpah segala derita
meringkuk bergumul doa 
dengan segala pasrah,
meniti arti sendiri 
di sela jerit tangis dan tawa. 

RSUD Liwa 11 Oktober 2016


SERPIHAN CERMIN 
Karya Aan Hidayat

Rapuh jiwaku terpuruk
di sudut kelu terbaring tak berdaya, 
mengurai pintalan kusut imaji. 

Hampa menatap waktu,
seusai haru menghantam pintu 
yang lapuk. 

Adakah bayangan yang menyelinap 
di balik semu akan hilang 
seiring badai yang berlalu.? 

Kini tinggallah serpihan cermin 
yang berserakan dari bingkai 
yang hancur, 
hiasi beranda penyesalan. 

Gunung Sugih 13 Oktober 2016.

Tentang penulis: Aan Hidayat tinggal di Pekon Gunung Sugih, kecamatan Balik Bukit Lampung Barat, bekerja sehari-hari sebagai swastawan meubel, dan menyalurkan hobinya menuliskan kegelisahan hatinya melalui puisi. Aan tergabung di KOMSAS SIMALABA.



REMBULAN TERSENYUM 
Karya Kamson

Merdu nyanyian burung malam dihantar sang bayu menghibur telinga. Rembulan tersenyum menjadi saksi, ditemani indahnya hidangan gemerlap bintang gemintang.

Dinginnya angin menyapa tubuh, tak mampu surutkan lantunan suara merdumu. Kau hanyut dibuai angan untuk raih rembulan di atas sana.

Betapa besar keyakinanmu, burung malam,
ataukah lantunan suaramu terurai atas tak mengertimu.
Sang malam akan memberi jawaban bila fajar tiba.

Penantian disambut senyum mentari pagi. Perjuangan yang sia-sia tak kunjung usai. 

Kerja keras menggenggam asap.
Bagai mengharap buih menjadi permadani.

Gedung Surian, Lampung Barat 08 Oktober 2016 


SELAMAT PAGI
Karya Kamson

Gerimis menyambut terang, berteman
kabut putih membawa dingin.

Lelap semalam obati lelah raga, menjadi
bekal menuai asa.

Tuangkan suara jiwa
ke layar usang pelengkap sajian kopi pagi.

Selamat pagi dunia!

Gedung Surian, Lampung Barat, 12 Oktober 2016.


MALAM
Karya Kamson

Gelap merayap menuju pusat pekat
terhidang di teras penantian.

Layar kaca sibuk merayu perhatian mengganggu
jemari menyusun rangkaian kata untuk sebatang kalimat. 

Menggelinding sang waktu
terabaikan telah membawa lelah di mata.

Malam-

membawa dingin hingga ke alam mimpi. 

Gedung Surian, 12 Oktober 2016.

Tentang penulis: Kamson
Alamat: Pekon Pura Mekar, Kecamatan Gedung Surian Lampung Barat. Sehari hari Kamson bekerja sebagai petani kopi dan berkesenian di KOMSAS SIMALABA.



TARIAN LERENG PAPANDAYAN
Karya Nanang R

Cimanuk,
menari kehilir
namamu simbol sejarah masa silam.

Murni-

aku bicara
bukan tentang kepedihan
tumpah di jalanan
hingga Pasopati penghuni pundakmu menangis.

Tiada yang salah dengan hadirmu menyuguhkan
kedamaian ini,
hanya karena terlalu memuji
fungsi,
hingga muntahlah emosimu

Bekasi,13 Oktober 2016


JEJAK SELEPAS HUJAN
Karya Nanang R

Dia adalah Dewi,
berkemas lalu pergi
tanpa pesan selepas hujan.

Lalu kau tinggalkan harum
di pangkuan bayu
seraya kau tersenyum.

Sayu-

melangkah demi yang kau tuju
Dewi,
kembalilah lalu
simpan senyum hambar itu.

Bekasi,11 Oktober 2016

Tentang penulis: Nanang Romadi
Alamat Pagar Dewa Lampung Barat. Nanang saat ini bekerja di Bekasi. Bergabung aktif dalam sekolah sastra (KOMSAS SIMALABA)



KUPU KUPU PAGI
Karya Anik Susanti

Terbang sejarah angin
Yang baru memulai, yang sedang menjalani
Ataupun sudah usai
Bercerita kupu-kupu pagi

Di sebuah sungai mengalir takdir
Dalam tempurung waktu mulai lapuk
Mencari sekat-sekat syafaat
Meski pekat lumpur labirin hati
Metamorfosa sebagiannya

Rotasi hidup mengorbit musim
Ada penghujan ada kemarau
Makna-makna begitu sublim
Dalam hitammu di mana putih itu?

Bukankah dini hari, kupu-kupu mengitari relung
Menjelaskan tentang ulat tentang semedi
Lalu paras bersayap menerbangkan sejarahnya
Mengajari jiwamu yang palung
Kapan manusia melakukannya?

Gunungkidul, 14 Oktober 2016


RINDU ARAH PESAGI
Karya Anik Susanti

Halimun menyentuh daun-daun
Sepucuknya cermin embun bening
Dari arah jauh rindu menghening
Haru biru waktu, dingin arti tanpa unggun

Dari Merapi kurindu arah Pesagi
Dirantau yang berisik merasakan sunyi
Entah rasa yang ada merajah menguliti
Tulang-tulang kenangan
Semak belukar menunjukkan arah sejuk
Pada liku yang harus 'ku menuju

Pada rindu kelana jiwa 
Ingin bersua asmara raya
Segera jumpa pada udara yang kutinggal
Menemaninya di batang usia senja
Membalas kasih meski sepenggal

Muara, aku pulang!

Gunungkidul, 14 Oktober 2016

Tentang Penulis: Anik Susanti tinggal di Semin, Gunungkidul, Yogakarya. Anik Susanti seorang karyawati yang hobi menulis. Beberapa karyanya dalam antologi. Belajar sastra dalam sebuah sekolah sastra KOMSAS SIMALABA.  Karya karyanya dipublikasikan di www.wartalambar.com.



LANGIT OKTOBER
Karya Suyono

Rona pekat menikam birunya,
lagi-lagi jamahan hujan menyandingkan lelah
kuyup memucat di raut.

Sepertinya kabut berkuasa di langit oktober
sering kali menyendat jalan rajutan
yang tak beratap.

Pincang langkahku,
sisa kikisan yang kau ciptakan
membuat diri enggan,
berkecimprung dengan licin lumpur
penuh permainan kabut di langit oktober.

Lihatlah!

Ulah dari balik sandiwaramu kini,
rumput-rumput liar mengusik akar penyeimbang himpitan roda waktu yang kian mengoyak bertenggernya kenyamanan.

Sedang pohon-pohon masa depan
menanti kreatif rajutan nadi- nadi tangan,
membentuk jalan untuku menadah berkah Sang Pemilik Alam.

Sekincau Lampung Barat, 13 Oktober 2016


SENJAMU BERTAHTA DI NADIKU
Karya Suyono

Raut renta inspirasi jiwa
tanpa letih kau tatih
tegak berpijak memandu tandus 
di bukit curam itu.

Kanku telusuri sayumu
dalam bingkai kedamaian.

Ingatlah...!

Senjamu bertahta di nadiku.

Dengan sajian materi yang kau lukis di dahi
takkan luntur dikikis hujan dalam rumpunan bambu.

Biarku tenam bambu itu,
menjadi jembatan kokoh
agar tak hanyut di arus keruh.

Sekincau Lampung Barat, 11 Oktober 2016


PELAUT INI PEMALU
Karya Suyono

Dalam diam dayungku meranah
ingin indah bercumbu
meski malu.

ya, si pelaut ini pemalu.

Menebar jaringpun menunggu surut.

Terkadang benak tak sepaham 
dengan pertikaian hantaman ombak terombang-ambing sulit bercermin di lautan biru.

Mampukah cengkraman jangkarku berdamai dengan tajam batu karang?

Hem...!

Mengerucutlah nyali
keraguan menguasai isi sampan
bayangan karam seperti menyendat ayunan dayungku.

Sekincau Lampung Barat, 4 Oktober 2016

Tentang penulis: Suyono
Alamat: Tiga Jaya, Kecamatan Sekincau Lampung Barat
Suyono bergabung di sekolah menulis dunia maya KOMSAS SIMALABA dan karya karyanya rutin di muat di www.wartalambar.com.



MENUNGGU PAGI
Karya Yenni Da

Warna pagi tak lagi menangis seperti kemarin
setitik harapan cerah.

Menulis dengan rindu
raut wajah sang penyair menunggu secangkir hangat puisi dan sebaris pesan singkat di layar ponsel. 

Selamat pagi, kawan
kukirim doa untuk pagimu yang tersenyum.

Way Tenong, 15 Oktober 2016

Tentang Penulis: Yenni tinggal di Way Tenong, Lampung Barat. Baru bergabung di sekolah menulis puisi KOMSAS SIMALABA. Ini kali pertama karyanya dipublikasikan.


Dari Redaksi:


Kami memberikan ruang kepada siapapun untuk berkarya. Bagi kami, kesusastraan nasional itu sesungguhnya adalah sebuah keberagaman; mulai dari sastra kaum pemula, sastra kaum tepi, hingga sastra kaum yg telah memiliki label nasional alangkah indahnya bila kita sepakat untuk dilihat secara bersama sama dan miliki tempat serta ruang yang sama pula untuk dihargai sebagai bagian dari corak warna dalam keberagaman. Sebab kita semua memiliki hak untuk hidup serta menemukan bentuk. Silahkan kirim karya anda ke email: riduanhamsyah@gmail.com atau inbox akun fb Riduan Hamsyah. (Salam Redaktur: Riduan Hamsyah).

Tidak ada komentar