HEADLINE

Semarak Puisi Malam Minggu (Edisi ke-33)

Gambar Ilustrasi by: Stellarium

SEMARAK PUISI MALAM MINGGU (edisi ke-33)

ARTI SEBUAH KEPERGIAN
Karya Apin Suryadi

Lalu kelopak matamu terdiam
dan getar bibirmu membisu.
Hanya diam itu,
yang membaca pikiran
kepada orang-orang yang ditinggalkan
sebelum usai dari perjuangan.

 “Pergilah…” sapaku dalam hening.
Aku pun dalam bening menyimpan berjuta asa
hingga kini
di riuhnya  nafas ini
walau berjuta cinta yang sepi
setia menemani senjaku
***
(Pandeglang, 31 Mei 2016)


BERI AKU WAKTU
Karya Apin Suryadi

beri aku waktu untuk bercumbu dengan malam
agar melenakan zikirku
ini masa senjaku
ingin selalu bersama Kekasihku

mungkin ini masa terakhirku
bila melewati dari waktu ke waktu
agar tetap singgah
pada Mu

ow, malam yang berbintang
menatap aku yang lagi rindu
bercumbu malam dengan MU
waktu yang terus mengharu biru
dengan zikirku
***
(Pandeglang, 2015)


BISIKAN  DIAM
Karya Apin Suryadi

Jangan biarkan diam itu sunyi
tapi diam dalam gemuruh suci
yang membisikan nurani
Kuharap dari pertemuan ini
mengemas rindu sejati
hanya pada Illahi
***
(Pandeglang, 11/10/2014)


AYO KERJA
Karya Apin Suryadi


Bersandar di waktu pagi
usai kita minum kopi
Ayo kita memanggul matahari
lagi

Jangan tunda waktu
matahari sudah meninggi
nanti kita terpatri
kebutuhan hidup sendiri

Ayo kita memagut keringat
yang tentu sehat
untuk membangun semangat
esok kan kita selamat
jangan tunda waktu lagi
sebab waktu akan menebas leher kita nanti
***
(Pandeglang, 22/21/2015)


BILA ANAKU SAKIT
Karya Apin Suryadi

Kalau anakku yang sakit
darah yang mengguncang jantung ini
memompa dan mengayun- ayun perasaan ...
tak siang tak malam jarum jam
terus menghitung kekhawatiran
Bahkan, pikiran tak bervitamin meski
diobati doa dan cinta
kepada Mu menjadi garis lurus
kekuatan setiap tarikan napas
Membuncah harapan dari menit ke menit
kuatkan semua cinta hanya pada MU
***
(Cigintung,,Pkl 24.00 WIB, 23/9/2014)
Tentang Penulis: Apin Suryadi tinggal di Kota Pandeglang, sehari hari bekerja sebagai wartawan serta berkesenian di Komunitas Sastra Gunung Karang.



PERIKSA LAGI SENYUMU SHISI
Karya  Q Alsungkawa

Sudah kuikat angin malam kemarin
pada tonggak di tengah kota-kota.

Gemuruh yang serampangan
juga liukan ludah memercik api, dari selamat malam-

entah sesiapa.

Butiran salju berserakan di ruang tamu, kerutan dinding menyilang kening.

Adalah angin mabuk daratan
setelah secawan kosong di sudut meja.

Lalu-

bintang beranjak dalam kedukaan
menarikan perih di ujung lelah.

Kebun Tebu, Lampung Barat, 30 September 2016


MENULIS SUOH
Karya   Q Alsungkawa

Ada hijau di sini, di getirnya senyuman ilalang.
Dilumuri embun dari butiran air mata, berbaur pada lumpur sepanjang langkah.

Dan teriakan Puisi-

membentur gendang tuli ... tetap sunyi.

Hening sejenak.
Setelahnya beberapa penata huruf
memecah keheningan dalam kucauan rasa serba tanya.

Menulislah Suoh, jujurkan kata nurani-

isakanmu!
Terdampar di kubangan, antara batu dan debu.

Ada hijau di sini. Lambaian nyiur, menyapa angin
kabarkan surga berselimut kabut. Di pagar gunung yang lelah, menanti cintanya tak kunjung bersolek.

Suoh, Lampung Barat 5 Oktober 2016

Tentang Penulis: Q Alsungkawa
Alamat Desa: Ciptamulya
Kecamatan: Kebun Tebu
Kabupaten: Lampung Barat

Q Alsungkawa, Penggiat seni tulis, tergabung di barisan komunitas sastra di Lampung Barat (KOMSAS SIMALABA) Dan rutinitas mempulikasikan puisi-puisinya di media online www.wartalambar.com



KINI KUSENDIRI
Karya Abroril Kholidi

Masih terdengar kini
sisa-sisa tangisan milik langit
pagi cerah tanpa awan mendung
melingkar di atas angan masa lalu
dan tetesan embum kan rela hanyut jadi saksi.

Tentang harapan yang pernah kumiliki
tentang rasa yang dulu ada
kini terhapus karena duka,
Kini ku sendiri.

Biarkan kusenandungkan syair cinta ini
yang tercipta dari kisah kita berdua.

Kini kusendiri
tanpa hadirmu disisi
menghampakan hatiku
dan melemahkan jiwaku.

Sukau,Lampung Barat,Lampung, 07 Oktober 2016

Tetang penulis: Abroril Kholidi adalah siswa SMAN 1 SUKAU yang ikut bergabung dengan KOMSAS SIMALABA dan mulai merintis karir dengan menulis cerbung di media sosial



MEMBASUH DEBU
Karya Suyono

Di atas sajadah
lillahi Taala
tata tegak sujudku.

Hanya padaMu
kutuang iman
pembasuh butiran debu
tak terawang.

Kuranahkan kepingan hati
bersandar nyaman
tepat dikiblatMu.

Menadah butiran tasbih
merayapi kunci sejati cahaya ilahi.

Sekincau Lampung Barat, 24 September 2016


TENTANG HUJAN
Karya Suyono

Termenung meratapi langit
yang tak membiru,
kemana arah hilir bayu?
Rumit sekali tata langit hari ini.

"Hai hujan...!"
Ini sudah malam,
tak puaskah kabut pekatmu
menelan senja sore tadi?

Terdiam dalam pekat
hingga jubah yang melekat
masih terjamah embun
merambah sunyi.

Haruskah diri lanjutkan kelana
pada safana luas penuh subur ilalang?
Sedang torehan luka di kaki
terhanyut krikil tajam
kehidupan.

Sekincu Lampung Barat, 21 September 2016


HAMBAR
Karya Suyono

Tak jelas rasa racikanmu
rasa manis itu hanya ada
kala menelan aroma kopi
sembari memandang anggun
senyumu.

Kenapa kau tuang di gelasku,
Jika gelas lain
telah dulu menadah kental racikanmu.

Sedang manja binar bola
matamu
selalu melirik menari-nari
mencari celah simpul simpati.

Apa maumu bidadari?
Jangan kau lukis dinding ruang kamarku
jika luntur warna tintamu.

Sekincau Lampung Barat, 21 September 2016

Tentang penulis: Suyono
Alamat: Tiga Jaya
Kecamatan: Sekincau Lampung Barat
Pekerjaan: Wiraswasta

Telah bergabung di sekolah menulis dunia maya KOMSAS SIMALABA dan karya karyanya rutin dimuat  www.wartalambar.com



NALURI
Karya  Anik Susanti

Dalam bincang mega,
Membahas semarak nuansa
Bergumul dengan udara Pesagi
mengantar pulang matahari

Nuraninya mengingatkan waktu
bukan sekedar memanjakan mata
Akan pemandangan surga,
Lembayungnya isyarat rakaat berseru

Temaram menggamit jarak antara malam
memintal harap antara surga dan neraka
sebuah mana yang hendak diciptakan
Alam mengajari kedamaian
Mengartikan cinta mengantar warta
garis Tuhan kepada bahtera laut
Tentang ombak yang akan datang
Tentang badai yang bertaut
Arah angin, juga pasang surut
Lalu, memuarakan jiwamu

Gunungkidul, 6 Oktober 2016


JEJAK JEJAK
Karya Anik Susanti

Jabatlah jemari
Jemput jembatan janji
Jika jarakmu jurang-jurang
Jejak-jejak jiwa jadi jalan
Jumpa teduh, mencari arah
Menyisakan peluh perih pulang
kepada jiwa yang saling juang
Jejak tak hilang
Aku bersembunyi
oleh keputusan naunganku
Ayah ibu
Kamu gelisah, jemu menunggu
Diam aku, hati mengejarmu
Tetap janji
jejak-jejak bukan mimpi
Masih mencari jalan
Di doa impian
Menulang rusuk
Sukmaku sukmamu merasuk
mencairkan restu
jejak-jejak jiwa
juang luluhkan kasta

Gunungkidul, 6 Oktober 2016

Tentang Penulis: Bernama lengkap Anik Susanti. Karyawati yang hobi menulis. Antusias belajar di Komsas Simalaba. Aktif mengirim karyanya di Warta Lambar. Beberapa karya dalam buku antologi. Alamat lengkap : Semin, Gunungkidul, Yogyakarta.



REMBULAN EMAS
Karya Nanang R

Bermandikan Nur,
kafah asmaMu
LaillahaIlaIlah
tunggal sempurna,
puncak-puncak kehidupan
bersujud padaMu.

Sakral bersatu
elemen langit bumi,
hijrahkan Habibana
hambaMu mulia Ya Robbi.

Muharram Al Mukarromah
adalah sajadah panjang
hijrahku

Bekasi 1 Oktober 2016


LELAH
Karya Nanang R

Tatkala rasa,
tiba di singgasana lelah
kemana rasa
ini akan kembali.

Denting tanpa intonasi
serasa nikmati hidup
yang semakin redup.

Ada rasa yang kembali
memeluk di
malam sunyi ini
kekasih.

Bekasi 2 Oktober 2016


SEBUAH NAMA
Karya Nanang R

Apalah daya
ketika dahaga ini
telah di ujung lelah namun
kau kuas dengan warna kasih.

Itu adalah suara hati
bukan tentang ilalang
bukan juga tentang
belalang hama padi sang tuan.

Ini adalah bunga ...

Ya-

namun telah layu
sejak kau semai dulu
terlambat kau sadari.

Bekasi 3 Oktober 2016


WAJAH KEKASIH II
Karya Nanang R

Telah aku baca,
secarik kertas tentang
kepedihan yang kau simpan
di masa lalu.

Entah tentang apa itu
terlalu mengiris manah ini
kekasih.

Kau yang mencari makna
di masa kecilmu
terbiasa tersengat mentari
dan kembali kau basuh
di sungai paling hulu itu.

Kekasih.

Masihkah kau simpan
senyuman itu dariku.

Bekasi, 25 September 2016


SAJAK OKTOBER
Karya Nanang R

Kembali,
aku buka catatan sajak bulan
ungkapan dari gumpalan materi
tuan Riduan Hamsyah.

Ada rasa angan ingin kembali
merasakan dingin
pancuran bambu di sungai
paling hulu dan lumut hijau
bersama ganjen nya kabut.

Itu pasti ...

Tetapi langit ini masih biru
tuan?
Hanya ada sedikit gumpalan awan pekat
di pesona Lampung ini
namun tetaplah asri
sebelum lelah langkahmu
senyum ini telah kau bangunkan.

Ya-

meski usia ini telah mendahului
langkah semangat tak goyah
sembari aku merapikan
baju ini yang berulang kali
kau lucuti.

Tuan?
Nikmati dulu kopi hangat
yang kau racik pagi tadi
bersama puisi.

Bekasi 4 Oktober 2016

Tentang penulis, Nanang Romadi
Alamat, Pagar Dewa Lampung barat
Kecamatan,Pagar Dewa
Pekon,Sidodadi
Tempat tinggal sekarang di, Bekasi
Bergabung aktif dalam sekolah sastra (KOMSAS SIMALABA)



MEMORI SILAM
Karya  Wahyudi

Malam menyudutkan ingatan
menuju ruang kenangan.

Tertahan butiran tangis
di sela waktu, terbawa arus sejarah
menawan angan di memori
silam.

Di sana banyak gambaran
Perjalanan cita-cita
yang makin hari makin halus
tergilas menjadi bubuk
impian yang remang.

Sekincau, Lampung Barat, 6 oktober 2016


SI BENGAL
Karya Wahyudi

Berjuta opini menghentak,
goyahkan jati diri
seakan tenggelamkan asa,
binasakan santun di kala
si bengal jadi julukan

Ingin rasanya berbudi di
hadapan banyak pasang mata
yang melihat kebaikan
sebagai keburukan.

Namun hati tak terkendali
oleh pikiran di saat seruan
itu kembali terngiang
hingga secuil syair
menyambung sauara hati
melalui jemari
Seolah serukan rindu balai
Mesra semasa bayi

Sekincau, Lampung Barat, 6 oktober 2016

Tentang Penulis : wahyudi Tinggal di Desa waspada
Kecamatan : sekincau
Kabupaten : Lampung Barat.
Tergabung dalam kominitas Sastra di Lampung Barat
(KOMSAS SIMALABA)
Wahyudi : pecinta seni dan
Terus mengasah bakat seninya
bersama putra-putri seniman
Lampung Barat



JALAN BERTIKAI
Karya Aan Hidayat

Selaksa wajah ceria
di bawah rembulan yang berawan,
menindas rumput dengan roda
genderang perang
mencabik kain putih perjuangan.

Rinai tangis hanyutkan
hati kaum pencari ridho Ilahi,
dalam lingkar sajadah di dalam goa doa.

Segelintir napas mendulang senyum
menuju hijrah meniti cerah menuju
kemurnian surat biru dari langit,
melawan gemuruh rasa di antara
pekat yang mengurung Bumi.

Serumpun asa...
coba menembus dinding perkasa
meretas angkuh kawanan bimbang
di puncak Gunung mutiara.

Gunung Sugih liwa, 05 Oktober 2016



MANGKUK MANGKUK KEHIDUPAN
Karya M Sarjuli

Kusapa pesonamu dengan kebisuan berjuta pujian,
Asalamualaikum mangkuk-mangkuk sumber kehidupan
juga padang ilalang; yang bernyanyi senada dengan kekaguman hati.

Sungguh kejam jalan berbatu bercampur lumpur ini
menyurutkan sebagian hati yang haus akan keindahan
memasung senyum jiwa bebas di antara bau hanyir lumpur mengisolir dari berbagai pujian dan bertemu dengan berbagai senyum lembut penduduk mangkuk-mangkuk kehidupan.

Letih terbayar-
asalamualaikum mangkuk-mangkuk kehidupan
kami pulang.
Terimaksih suguhan dan jamuan hari ini.

Suoh, Lampung Barat, 05 Oktober 2016


ADA APA DENGANMU HUJAN
Karya  M Sarjuli

Hay hujan cemburukah engkau pada mangkuk-mangkuk itu yang selalu setia menampung kesedihanmu hingga hari ini aku memujinya?

Bukankah aku setiap hari memujamu dan dimusim kemarau aku selalu setia menantimu.


Sudahlah!
Aku sudah bosan dengan pertengkaran kita
setiap mata ini melihat indahnya dunia kau selalu saja menangis hingga menghambat langkah kaki ini.

Hujan
masih ingatkah engkau pada janjiku kemarin?
Maka biarkan aku berkelana.

Simpang Tiga, Air Hitam, Lampung Barat, 06 Oktober 2016.

Tentang Penulis: M.Sarjuli, menyukai puisi sejak kecil dan tergabung dalam KOMUNITAS SASTRA SIMALABA sebagai pengurus.
Jejak pendidikan
SDN 01 Sumber Alam 2003
SMPN 02 Way Tenong 2006
SMAN 01 Way Tenong 2009

Kontak
Hp, Whatsapp, Imo : 0856-6874-6199
Facebook : Muhammad Sarjuli
Email : Sarjuli46@gmail.com


Dari Redaksi:
Kami memberikan ruang kepada siapapun untuk berkarya. Bagi kami, kesusastraan nasional itu sesungguhnya adalah sebuah keberagaman; mulai dari sastra kaum pemula, sastra kaum tepi, hingga sastra kaum yg telah memiliki label nasional alangkah indahnya bila kita sepakat untuk dilihat secara bersama sama dan miliki tempat serta ruang yang sama pula untuk dihargai sebagai bagian dari corak warna dalam keberagaman. Sebab kita semua memiliki hak untuk hidup serta menemukan bentuk. Silahkan kirim karya anda ke email: riduanhamsyah@gmail.com atau inbox akun fb Riduan Hamsyah. (Salam Redaktur: Riduan Hamsyah).



Tidak ada komentar