HEADLINE

Puisi Karya Dhewi


PUISI PUISI KARYA DHEWI

HANYA SESAAT

Katakan padaku cinta!
Benarkah lagu yang kukirim semalam memberikanmu debar yang begitu dahsyat?
Atau coba bisikkan padaku!
Seberapa besar rindumu itu,
yang katamu mampu membuat darah mengalir begitu cepat,
hingga cukup buatmu sekarat.

Haah cinta ....
Tahukah kau,
jika senja telah membantuku mengucapkan satu kata pemikat,
dimana terlihat cahaya yang mampu membuat kita merasakan nikmat.

Andaikan saja waktu mampu membuat takdir ini sepakat,
mungkin, aku dan kamu kini telah menjadi kita yang terikat,
dan bukan kita yang terlena dalam sekatsekat rapat,
juga bersifat sesaat.

(Untuk kita dan waktu yang hanya sesaat)

Kediri, 21 Oktober 2016


LAGU HENING

Lihatlah Dinda,
bahkan malam pun tak ijinkan aku untuk sejenak saja menatap bulan.
Ia malah menyuruh awan untuk datangkan hujan
agar aku tak pernah tahu apa yang tersisa dari cahaya di sepertiga malam yang penuh kerinduan.
Seakan ia memasang blokade pada setiap persimpangan
agar jalan yang kulalui terhindar dari apa itu kekeliruan.

Namun Dinda,
untuk sejenak aku merasakan kegelisahan,
kenapa malam hanya menyisakan embun yang begitu dingin
tanpa memberiku cahaya
agar pandanganku tetap terjaga
meskipun hanya dalam bentuk pendar kecil penerang sukma.

Dan sebegitu heningkah laguku malam ini,
hingga kekunang pun turut meninggalkan aku pergi,
tak berbentuk dalam sunyi.

Sunyi,
yang hanya kurasa saat bait rinduku kau bawa pergi.

Kediri, 21 Oktober 2016


BAIT HAMBAR

Sam,
bukankah kau sudah tahu
jika hati dan rasaku hanya untukmu.
Bukankah angin telah sampaikan rinduku padamu
tika kuhidangkan kopi pahit kesukaanmu sore itu.

Lalu,
kenapa amarahmu masih meninggi
Seakan ini adalah hal tersakit yang kau alami.

Dan,
apakah salah jika kopi itu kini terasa hambar?
Kurasa tidak, Sam.
Ini bukanlah kau yang kukenal.
Sebab, tak ada lagi senyum
yang ada hanyalah potongan potongan kecil dari mimpi kita di pagi hari.
Itu pun perlahan pergi
meninggalkan aku sendiri dalam sunyi.

Kediri, 21 Oktober 2016


TABIR SUNYI 

Selintas anganku kembali mencumbu,
menelisik langit yang kini mulai membisu.
Ia hanya diam ...
dan tak lagi indahkanku.

Padahal beberapa detik lalu aku masih rasakan detak itu,
detak yang setiap saat bisikkan rindu,
meskipun hanya lewat celah reranting bambu,
di depan kamarku.

Lalu,
malam kembali menyuarakan pilu,
di antara kerlip bintang yang kini tengah membuatku terbelenggu.

Bukan karena sunyi,
melainkan jiwaku yang terlampaui; tuli!

Kediri, 21 Oktober 2016


ELEGI MAWAR BIRU

Masihkah kau ingat saat itu?
Saat kau sajakkan rindu pada kuncup mawar biru,
di sanalah pertama kalinya kukenali rasamu,
yang hangat dan selalu membuatku candu.

Tapi Rin ....
Kurasa kini kelopakku mulai berguguran
bertangkai angan juga keresahan
duri-duri meranggas tajam
seakan ingin hancurkan waktu,
yang bersumber pada kenangan.

Haahh ...
ternyata memang benar,
mencintaimu itu menyakitkan,
lebih sakit dari pisau yang pernah kau tancapkan.
Sebab, senyummu itu hanyalah kepalsuan,
yang sengaja kau tebar untuk mengisi kehampaan.

Kediri, 21 Oktober 2016



Tentang penulis :
Penulis bernama Dhewie, seorang wanita asal Kota Kediri Jawa Timur. Ia menyukai sastra sejak menduduki bangku SMK. Tercatat sudah beberapa kali ikut antologi dan beberapa kali menjadi kontributor event puisi. Ia juga sudah merilis satu buku puisi tunggal yang berjudul 'Tentang Sebuah Rasa' dan ia dapat dihubungi lewat akun fb : Dhewie, email: dimas.dewi23@gmail.com. Dhewi banyak mempelajari puisi di sekolah menulis puisi Komsas Simalaba.



Dari Redaksi:
Kami memberikan ruang kepada siapapun untuk berkarya. Bagi kami, kesusastraan nasional itu sesungguhnya adalah sebuah keberagaman; mulai dari sastra kaum pemula, sastra kaum tepi, hingga sastra kaum yg telah memiliki label nasional alangkah indahnya bila kita sepakat untuk dilihat secara bersama sama dan miliki tempat serta ruang yang sama pula untuk dihargai sebagai bagian dari corak warna dalam keberagaman. Sebab kita semua memiliki hak untuk hidup serta menemukan bentuk. Silahkan kirim karya anda ke email: riduanhamsyah@gmail.com atau inbox akun fb Riduan Hamsyah. (Salam Redaktur: Riduan Hamsyah).

Tidak ada komentar