HEADLINE

Puisi Karya Aan Hidayat


PUISI PUISI KARYA AAN HIDAYAT

AKU ADALAH RUMPUT 

Aku adalah rumput, yang acap kali terinjak kaki para Tuan.
Aku adalah rumput, yang sesekali kau jatuhkan senyuman gelitik pada wajahku.
Aku adalah rumput, alasan kenyang sekawanan ternak sang saudagar.

Aku adalah rumput penghuni tanah Negeri.
Aku adalah rumput, alasan kursi yang diperebutkan.
Aku adalah rumput, yang seharusnya kau sejahterakan.

Gunung Sugih Liwa, 29 September 2016.


SELAMAT SIANG ANITA

Selamat siang Anita.
Sudahkah kau seka peluh di keningMu.

Selamat siang Anita.
Tahukah engkau, perut anak-anak Negeri kian bernyanyi pilu.

Selamat siang Anita.
Tengoklah Lumbung padi kita kian tergerogoti Tikus-Tikus pintar.

Selamat siang Anita.
Sapalah para nelayan dengan senyuman lega, berikanlah semangkuk harapan pada para petani, di Sawah-sawah.
Di ladang-ladang.
Di kebun-kebun.
Lalu masuklah engkau ke gubuk-gubuk mereka, dan biarkan imajimu terbang menyusuri tepian Nusantara Ku.

Gunung Sugih Liwa, 29 September 2016.


KEBUN KEHIDUPAN 

Di tepi senyum yang bisu,
kutemukan secarik isyarat.

Ada ombak di mata itu, yang berderu hempaskan perahu-perahu cinta para nelayan.

Sepiring janji sebait sumpah, tertimbun tirai sang waktu
tinggalkan resah secawan Asa.

Lihatlah.
Mentari pagi menyibak kabut mimpi terangi jalan setapak di ujung kebun kehidupan.

Gunung Sugih Liwa, 29 September 2016.


UNTUKMU JUWITA

Wajah itu terlukis dalam sanubari,
penuhi rongga takjub lubuk kalbu yang kini  sunyi.

Bening bola matamu syahdu
membelai sukma, namun tinggalkan
jejak sendu.

Sungguhlah naif bagimu diri,
tersudut dalam pesona
kandas terpaku dalam kelu.

Duhai juwita...
kau terbingkai kaca sang takdir.

Takjub ini kan bersamamu
meski raga terhalang dinding kaca.

Biarlah kubungkus lipatan ini
dalam pelukan pilu.

18 juli 2016

Tentang Penulis:
Aan Hidayat karya karyanya rutin dimuat www.wartalambar.com. Ia aktif membangun tradisi membaca dan menulis di KOMSAS SIMALABA. Sehari hari Aan berwira usaha dengan membuka usaha mebel di Liwa, Lampung Barat.

Dari Redaksi:
Kami memberikan ruang kepada siapapun untuk berkarya. Bagi kami, kesusastraan nasional itu sesungguhnya adalah sebuah keberagaman; mulai dari sastra kaum pemula, sastra kaum tepi, hingga sastra kaum yg telah memiliki label nasional alangkah indahnya bila kita sepakat untuk dilihat secara bersama sama dan miliki tempat serta ruang yang sama pula untuk dihargai sebagai bagian dari corak warna dalam keberagaman. Sebab kita semua memiliki hak untuk hidup serta menemukan bentuk. Silahkan kirim karya anda ke email: riduanhamsyah@gmail.com atau inbox akun fb Riduan Hamsyah. (Salam Redaktur: Riduan Hamsyah).

Tidak ada komentar