HEADLINE

Semarak Puisi Malam Minggu (Edisi Ke-30)

Photo : Google

SEMARAK PUISI MALAM MINGGU EDISI KE-30


DINDA
Karya Nanang R

Sepetinya
telah kau lunasi
pesanku dinda?

Sebab kali ini
kau begitu memahami
maksud hati ini.

Dinda, teruslah
sirami setangkai
mawar dariku agar tak layu.

Kelak,
aku akan kembali dan
memetiknya untukmu.

Bekasi 15 September 2016


SEPARUH MIMPI
Karya Nanang R

Dentingan waktu
masih menanti mentari
sebab tak mungkin dia hadir
sebelum lunas pekat ini.

Mengapa...!

Kau urungkan
membawaku ke Negerimu
wahai mimpi.

Terlalu hitamkah bayangan ini?

Sebab aku belum sempat
menerjemah hal yang tersulit
dalam hidup.

Bekasi 15 September 2016


DI UJUNG ASMAMU
Karya Nanang R

Tak terhitung butiran debu,
kalam Ilahi Robbi
bersemayam
nyaman dalam kalbu.

Adalah jalanMu
yang engkau Ridhoi
dari setiap hela napas
berbingkai asmaMu.

Aku musafir di langit biru
berlantai debu,
hingga saat nanti napasku
kembali padaMu.

Bekasi 7 September 2016

Tentang penulis: Nanang Romadi
Alamat: Pagar Dewa Lampung Barat
Kecamatan: Pagar Dewa
Tempat tinggal sekarang di: Bekasi
Bergabung aktif dalam sekolah sastra
(KOMSAS SIMALABA).



PESAN UNTUKMU
Karya Yulyani Farida

Intonasi tangga nada kekatamu,
hanyutkanku dalam not-not kesedihan,
bulir-bulir irama sendu mengayun di pelupuk mata.

Usahlah kau hempaskan senandung pilu itu di telingaku,
tanpa kau nyanyikan, kusudah mendengarnya.

Namun puncak sabarku tetiba terhenti,
mulai ikuti alur lagumu,
menuruti permainan nadamu.

sesaat lagi kandas itu menderamu,
sesal yang tetiba datang di akhir ceritaku.

Way Mengaku, 14 September 2016 


DIAMLAH UNTUKMU
Karya Yulyani Farida

Usah ungkit siapa diriku,
aku tau rupaku,
seperti apa wajahku.

Mungkin cantik rupamu,
sayangnya-
serupa kera berwajah rupawan.

Way Mengaku, 15 September 2016

Tentang Penulis: Yulyani Farida
Alamat: Way Mengaku Liwa Lampung Barat. 
Seorang Ibu rumah tangga juga wiraswasta.
Tekun mempublikasikan karya-karyanya melalui media online www.wartalambar.com
Seorang pecinta seni, dan terus menulis kegelisahan hatinya. 
Dan tergabung di komunitas sastra di lampung barat (KOMSAS SIMALABA) dan membawa misi pengembangan kesusastraan khususnya di Lambar.



SELAMAT PAGI ANITA
Karya Aan Hidayah 
 
Selamat pagi Anita.
Sudahkah kau rapikan selimut usang pintalan mimpi
tadi malam.

Cobalah kau buka jendela,
agar sinar mentari membakar sisa kabut pekat
sisa resah kemarin lusa.

Selamat pagi Anita.
Semestinya kau suguhkan
secangkir senyum dan semangkuk asa pada anak Negeri.

Namun tetapinya justru
kau hidangkan pertikaian
politik yang pelik.

Sudahlah Anita.
Biarlah anak Bangsa ini
merajut asa dan mengukir
cinta pada indahnya masa depan.

Gunung Sugih Liwa Lampung Barat , 15 September 2016.


LIWA KOTA BERBUNGA
Karya Aan Hidayat

Di saat pagi menyambut
mentari, menyibak kabut di punggung pesagi.

Semerbak bunga di lereng
pegunungan, juga keramahan wajah-wajah
penuh asa dan cinta.

Sejuk udara dan sapaan
indah panorama sepanjang
mata memandang.

Liwa Kota Berbunga
penuh kenangan.

Wisata nan elok juga menantang jiwa tuk
menjejaki bumimu, kau mutiara bumi Nusantara.

Gunung Sugih Liwa, 15 September 2016.

Tentang penulis: Nama Aan Hidayat. Alamat Gunung Sugih Liwa, Aan Hidayat adalah seorang wiraswasta di bidang meubel, dan berkesenian di KOMSAS simalaba.



KEKATA NISAN
Karya M Sarjuli

Bunyi perut nyaring itu tidakkah kalian dengar di antara bisingnya

Penadah gelas mengakar di tempat tidurku
di bawah kesakralanku dia gantungkan tali kehidupanya,
bagimana mungkin ini bisa terjadi di sekeliling lingkungan yang mengerti ajaran agama yang turutku sebar?

Sungguh kejam kota ini
menidurkan raga bersamaku
dan kotak-kotak itu terus terisi dan mengalir entah kemana.

Lalu-
kalian simpan di lipatan mana ajaran welas asihku?

Demak, 15 September 2016.


DERITA CINTA
Karya M Sarjuli

Adalah melihat
mencinta
lalu menangis.

Ada juga yang bersanding
namun tak mencinta.

Aku tetap melihat dan tak bersanding
mencari dan berdoa.

Simpang Tiga, Air Hitam,

Lampung Barat, 04 September 2016


NISAN TUA
Karya M Sarjuli

Garisku tenang-
kau tempatkan aku di tengah kota.
Astaga tempat tidurku ingin kau pindahkan!.

Bandar Lampung, 13 September 2016.

Tentang M.Sarjuli  : Tinggal di Simpang Tiga, Air Hitam, Lampung Barat. Menyukai puisi sejak kecil dan tergabung di KOMUNITAS SASTRA SIMALABA sebagai pengurus.

Kontak Hp, Whatsapp, Imo : 0856-6874-6199
Facebook : Muhammad Sarjuli
e-mail : Sarjuli46@gmail.com



LANTUNAN DOA DI ARUS RINDU
Karya Suyono

Gemercik alur sungai
menghanyutkanku pada sesosok bayang-bayang rindang pohon saat belum gugur dalam semi.

Kini dahan yang  meneduhkanku
telah tenang di tepi surgaNya
menikmati benih-benih manis saat di dunia.

Rinduku kronis.

Waktu memaksa
menyumbat arus anak sungai
sisakan muara canda di balik kenangan abadi di ulu hati.

Ayah...!

Sungai kecil ini
belum sempat membalas indah muara yang kau cipta
kutitip lantunan doa di arus rindu,
agar kau tenang di sisiNya.

Amin.

Sekincau Lampung Barat, 15 September 2016


BANGUNKAN AKU BAYU
Karya Suyono

Terlalu lelap baringan jiwa
masih beruntunglah aku,
lewat hening malam
sang bayu menyelinap
menggigilkan raga
bangunkanku dari mimpi buruk itu.

Beku imajiku dan mustahil,
mentari hangatkan tubuh malam ini.

Sedang singgahnya rembulan
hanya saat sabit saja
dan kini telah asik bercumbu
dengan bintang
menikmati purnamanya.

Hem...!

Ternyata, megah singgasana
tak mudah bagi hamba sahaya.

Sekincu Lampung Barat, 14 September 2016

Tentang penulis: Suyono
Alamat: Tiga Jaya 
Kecamatan: Sekincau Lampung Barat
Pekerjaan: Wiraswasta
bergabung di sekolah menulis dunia maya KOMSAS SIMALABA



SEMALAM DI BAITUL MAKMUR 
Karya Romy Sastra

Getar-getar tasbih mengelilingi arasy
dalam perjalanan malam
menanjak ke ruang angkasa jiwa
berdiri di samudera biru
menatap bayangan kalbu
di selimuti nafsu-nafsu

Malam-malam indah bersama diriku
dalam kegelapan jalan
rasaku memandu
ya, melaju dengan rasul itu

Di perjalanan diri pada titik tasbih
bak kilat menerobos pekat
mencari yang tersembunyi
baitul makmur di langit tinggi
terletak pada ubun yang tak terpijak
bermahkota cahaya cinta berpanji tauhid

Kuucapkan salam,
salamun kaulam mirrabbirrahim

Baitul makmur masjidil
sang khalifah Illahi
tempat bersandarnya Ibrahim

Masjidil para wali
di negeri awan yang tinggi
tak jatuh, tak bergeser barang sedikitpun
mihrabnya tertata indah
temboknya bak dinding kaca cahaya
bertaburan bunga-bunga surga

Aku dapatkan baitul makmur
tersembunyi di dalam diri
bersinggasana dikeheningan
jauh di balik awan
tertatap tak kelihatan
teraba tak tersentuh
ia adalah wujud dari derajat religi
peribadatan para sufi-sufi

Semalam di baitul makmur
bermandi cahaya mahabbah
kenalilah jalan sang utusan
sang para pecinta
utusan risalah Illahiah

Jalan-jalan misykat kaca tak tersentuh
bersemayam dalam nurullah
ketika siburung merak berkelana ke samudera jiwa
membawa tasbih-tasbih cinta
kau tak akan tersesat jalan
tujuan jalan-jalan Tuhan
dalam perjalanan malam
menuju istana keabadian

HR RoS
Jakarta, 12-9-2015,  08,56


DUKA MASJIDIL HARAM 
Karya Romy Sastra

Butir-butir pasir berbisik
terbang menyisir diiringi kabut
bulir-bulir air mata mengiris
jeritan tangis bertakbir
Tuhan, lindungi perjalanan haji itu

Allah akbar, Allah akbar, Allah akbar
walillah ilham

Cahaya tanah haram sejenak temaram
dari fenomena alam
ya Rabb, duka itu hentikan!
Ampuni kami dari dosa lahir dan bathin
dosa yang tampak dan yang tak kelihatan

Tanah haram
masjid sang khalifah Illahi
terhakimi dari misteri
bertanya jubah diri pada iman
dosa siapakah ini Tuhan

Ya Rab,
bersihkan hati kami
sucikan tanah ini kembali
dari noda sistem ibadah haji

Sang kerajaan sudah lengah pada amanah
kearifan alam tak lagi bijaksana
sang maha raja datang menyapa
luluh lantak di bulan idul adha

Bukalah matamu wahai penguasa dunia
dari permainan berhala-berhalamu
mengapa ada seribu tuhan di hati ini
hingga lupa pada jalan pulang

Maruah akidah terjajah oleh nafsu angkara
kembalilah ke risalah fitrah
tuntunan sunah Illahi dan nabi
semoga di berkahi
wahai para khafillah-khafillah haji

Wahai debu-debu pasir yang berterbangan
awan hitam bergulung membawa ketakutan
mutmainah itu telah teruk
angkara murka di dunia sudah menjadi budaya
para dajal-dajal yang berpesta pora
porak-porandakan akidah umat manusia

Ibadah haji tahun ini berfilosofi
filosofi, pada hati yang dikebiri
hingga rahasia-rahasia illahi tak lagi dimaknai

(#dalamtragediritualhaji2015)
HR RoS
Jakarta, 12-9-2015, 


BURUNG PUN BERTASBIH
Karya Romy Sastra 

Irama alam berbisik dalam diam
kidungnya sunyi lafazkan tasbih siang dan malam

mendung langit di sore hari
rahmat turun basahi gersangnya hati ini

Burung-burung bertasbih pagi dan petang
setiap yang berjiwa berkumandang

Denyut nadi
tak pernah berhenti memuji

Alam diri memiliki toleransi
pada kearifan jiwa dan raga

Jikalau berhenti memuji
sudah tentu alamat kiamat mendekat

Ketika tasbih puji hati tak dicerna
merugi amanah suci
dalam kesaksian diri
jasad jadi bangkai akan tersiksa
karena lalai diri tak mahu-tahu mendengarkan pujinya hati

Gunung-gunung sebagai pasak
alam dihamparkan untuk berpijak
marilah menunduk ke tanah impian
mengenang tanda tanda kematian

Jalan pulang itu kian dekat
sambutlah el-maut dengan senyum memikat

Cabaran terhempas lara
dalam siksa yang tiada tara
duh ya Allah, ampunilah hamba

Rasa bertasbih di labirin hati
bibir ini bergetar
desahnya memandu hayal
melaju pada ranah Illahi Rabbi
bukanlah sebuah seremonial
ia adalah pekerjaan pasti

Tataplah kenari bernyanyi riang tiada henti bertasbih pagi dan petang
sambutlah ritual tasbih sepanjang hari
karena-Nya diri ini ada
bersama-Nya juga diri ini mesra
 
HR RoS
Jakarta,12092016


SEHELAI KAIN SARUNG SUFI 
Karya Romy Sastra

Sinopsis cinta manunggal dalam napas
keluar masuk memandu kalbu
puji sang fakir pasrah,
menyatukan iman pada fana tertinggi

Menggali pintu-pintu berkah
selebar dunia
Bermodalkan sehelai kain sarung lusuh
penutup malu, jubah etika cinta.

Jejak pertapaan sufi dalam sejarah
adalah dzauq di mabuk rindu
meminum segelas anggur tuak Illahi
kepayang dalam tahalli diri

Mencucur air tirtamaya suci dari peluh rindu
kolam-kolam telaga bening tak berwujud
menitis dari pori musyafir
titisan air embun surga dalam tajali.

Sehelai kain sarung sufi
bukan desain sutera wol
bermanik eksotik elegan pada tuhan
ia jubah sederhana di tengah keramaian
tak bersolek seperti pesta kerajaan mewah

Sehelai kain sarung sufi
bersongkok diam
tak berorasi pada panggung dunia
melainkan berbisik pada daun berdebu
sampaikan doa jelata oh bayu surgaku
pada yang duduk di singgasana arasy

Malaikat bersayap detik
pada amanah Illahi
bertubuh cahaya
bertasbih bersama roh
duduk di atas kain sarung lusuh
tersenyumnya sang utusan
membawa pesan
dalam kenduri sufi semalam

HR RoS
Jakarta 13092106


KENDURI SUFI
Karya Romy Sastra

Pertengahan malam
hadir di kenduri istana illahi
berdandan fakir di tengah pesta

Bidadari-bidadari syurga menyapa
menyuguhkan bejana
bidadari itu
amal-amal yang terpelihara

Kenduri di panggung pesta
lampu disc gemerlap tak berpenonton
arena kenduri tiada malam tiada siang

Berkenduri disorot cahaya maha terang
tiada panas tiada hujan
terasa sejuk dan nyaman
haus meneguk segelas tuak Illahi
mabuk meminum asma-asma cinta

Dipertigaan malam larut sampai fajar
tubuh terkapar bersujud di atas tikar
beralas sajadah membawa kado terindah
kado telah dibuka subuh menyapa
kenduri sufi yang tak keunal lelah

Kenduri malam yang diimpikan
sebagai wujud pengabdian
kepada sang maha kekasih
memeluk jiwa kekasih sepanjang hari

HR RoS
Jakarta, 13-9-2015,

Tentang penulis: Putera berdarah Minang Sumatera Barat. 
Berdomicili: Pesing Koneng RT 8 /2 No: 55 
Kelurahan, Kedoya-Utara 
Kecamatan, Kebun-Jeruk, Jakarta Barat.



PINTU HATI
Karya Pina yuliana

Seiring jantung jam berdetak
hirup udara yang lelah
pada dinding-dinding cinta,
yang mulai merona
di pintu hati

Kau tahu, di siang hari yang reda
menjelma waktu dan sebaris rindu,
setetes kata,
tetapi tidak fatamorgana

Dan inilah saat bahagia
memandang kau di muka pintu
kerana manik-manik cinta
pembuka pintu kebebasan,
yang mengikat hati
pada benang merah.


PENGUPAS RINDU
Karya Pina yuliana

Aku hanya pengupas rindu
melepas kesal,
biar rinduku tak undang sesal
pada rembulan  berlinang
menyiram kota rindu

Tuhan, aku sungguh memohon
sungai ini jadi sungai rindu
mengalir jernih sampai ke samudera madu,
dasar lautan kasihmu
membelah cinta di pematang senja

Terlalu lama kumenunggu
untuk meriahkan pulau rindu
dalam sajak bersama angin
dan lambaian pucuk-pucuk kelapa,
seolah mengabarkan sebuah kerinduan.

Sidomakmur,10-09-2016

Tentang Penulis: Tidak ada biodata yang dicantumkan pada saat mengirim naskah ini



APA ADANYA
Karya  Titin Ulpianti

Aku hanya kekata dalam bait
tak ada kias atau majas
selaras ayunan tinta
apa adanya mengores dalam tulisan.

Aku tak perlu perhiasan  untuk memperindah, membuat tajuk dunia
aku tak perlu merendah memperlihatkan setiap sudut derita
mengetuk iba dari setiap hati yang bernyawa
demi kumpulkan empati.

Inilah aku,
apa adanya
terkadang tertawa dalam tangisku
abaikan tatapan yang menghakimi
aku tak perlu tersenyum penuh dusta
demi mengharapkan penghargaan
dan melupakan jati diri,
aku hanya ingin bahagia dengan caraku sendiri tanpa kemunafikan.

Sukau, 14 September 2016


HENING
Karya  Titin Ulpianti

Kesepian yang tak bertepi
adakah puncak diantara derita?
Banjir luka tak terbendung
sesak amat menikam jiwa.

Hening terasa menyusup sekujur indra
patahkan semangat yang membara
lebur bersama cerita duka tak berarti atau tiada ahir
ketika puncak mahligai hanya tersisa bayangan.

Sukau,14 September 2016

Penulis : Titin ulpianti
Alamat : Kembang cengkeh desa bandar-baru
Kecamatan : Sukau lampung-barat
Anggota : Komsas Simalaba



GAMELAN BERSANDING KECAPI
Karya: Anik Susanti

Bilik sebuah hati nan sejuk
Seorang sahabat pemain kecapi
Mendendangkan nada budaya teruntuk,
teman yang kesunyian sendiri

Dawainya dipetik begitu mendayu memanggilku
"Hey sahabat kecapi, memukau alunanmu!"
Dia bilang dengan lirik nyanyian
Yang terdengar kata ia,
inilah wajah-wajah budaya Indonesia

Aku membalas dengan klasik gamelan
"Kita semusik yang sama hati, mari kita satukan nada nusantaranya!"
Gamelan dan kecapi sedari saling jauh
Tapi tembang budaya menyentuh,
menyatukan keduanya dalam satu ruang Bhineka cinta

Gunungkidul, 16 September 2016


ADA CAHAYA DALAM SENYUMMU
Karya: Anik Susanti

Kusebut engkau lelaki embun
Yang berani menerobos dingin menyibak halimun
Pagi buta bertandang kerja
Bersabar menghadapi genitnya bagaskara
Rela jadi panggangan terik
Panas, hitam arang gerah mengusik
Demi penghidupan kami
.
Lazuardi saksi keringatmu
Benak hati tak melupakan jerih itu
Saat nasehat luhur bercahaya dalam senyum
Keindahannya lebih indah dari purnama
Kasihmu dalam momentum

Gunungkidul, 16 Sptember 2016

Penggiat puisi bernama Anik Susanti, beralamat di: Semin, Gunungkidul, Yogyakarta.
Belajar puisi di Komsas Simalaba. Beberapa karyanya dimuat dalam antologi bersama. Sebagai karyawati yang hobby mengirim puisi di WARTA LAMBAR.

Dari Redaksi:
Kami memberikan ruang kepada siapapun untuk berkarya. Bagi kami, kesusastraan nasional itu sesungguhnya adalah sebuah keberagaman; mulai dari sastra kaum pemula, sastra kaum tepi, hingga sastra kaum yg telah memiliki label nasional alangkah indahnya bila kita sepakat untuk dilihat secara bersama sama dan miliki tempat serta ruang yang sama pula untuk dihargai sebagai bagian dari corak warna dalam keberagaman. Sebab kita semua memiliki hak untuk hidup serta menemukan bentuk. Silahkan kirim karya anda ke email: riduanhamsyah@gmail.com atau inbox akun fb Riduan Hamsyah. (Salam Redaktur: Riduan Hamsyah)

Tidak ada komentar