HEADLINE

Puisi Karya Yulyani Farida

Photo by: Eka Fendi Aspara

PUISI PUISI KARYA YULYANI FARIDA

MASIH RINDU LAUT

Jadi kangen laut,
debur ombak pemecah pantai.
Rindu akan semilir angin membelai
menyerautkan helai rambut menyembunyikan wajah.

Ceritakan indahnya kisah berdua,
sembari jemari saling menggenggam
langkah kecil telusuri bibir pantai.

Sungguh sangat rindu,
amat sangat rindu,
entah kapan aku bisa kembali
menyisiri semilir angin laut.

Way Mengaku, 28 Agustus 2016


UNTUKKU JUGA UNTUKMU

Banyak tanya berkecamuk dan menyeruak dalam benak,
yang terkadang sulit tuk temukan jawaban,
bukan hanya aku, juga kamu.

Namun,
kutemukan sebuah pelajaran dari canda semalam.

Seorang teman berkata...
"apa yang kamu peroleh adalah cermin dari perbuatanmu,
jadi satu kunci berbenah diri."
Itu.

Way Mengaku, 01 September 2016


SAJAK LELAKI

Kekata teracik dengan sempurna
ditambah bumbu-bumbu yang resap di lidah,
hanya segelintir yang bisa menolak
selebihnya tunduk akan manisnya nikmat kekata.

Tapi...
entah mengapa?
Tak sedikit sisakan racun yang  mematikan.

Way Mengaku, 02 September 2016


AKU DAN DUNIA MAYAKU

Sibuk, sibuk dan sibuk,
hemm...
"tapi tak tau sibuknya dimana? Dan sibuk yang seperti apa?"

Namun begitu, ada sedikit gurat lelah yang menikam,
namun tak mampu tuk melawan.

Ntah sampai kapan seperti ini?

Hanya berharap semua kembali nyata.

Way Mengaku, 2 September 2016


CELOTEHMU SEMANGAT PAGIKU

"Bunda..."
teriakanmu suatu pagi di kalaku sedang lelap,
seketika kuterjaga,
meski begitu enggan membuka mata,
sebab dingin begitu menyetubuhi.

"Iya sayang... ucapku."
"Ayo bangun, adek mau mandi, wo mau sekolah...ujarnya."

Hemm...
gadis kecilku selalu membangunkanku dengan celotehnya,
begitu setiap paginya.
Melenyapkan semua lelah dan kantuk yang mendera,
dan tiada pernah bosan dibuatnya.

Way Mengaku, 2 September 2016

Tentang Yulyani Farida: 
Alamat: Way Mengaku Liwa Lampung Barat. 
Seorang Ibu rumah tangga juga wiraswasta.
Tekun mempublikasikan karya-karyanya melalui media online www.wartalambar.com
Menjadikan puisi sebagai rumah dari kegelisahan seninya yang mengalir. Hampir setahun ini belajar menulis di sebuah sekolah menulis bernama KOMSAS SIMALABA. Ia bercita untuk menjadi penyair perempuan dari Lampung Barat yang kelak bisa diperhitungkan di kancah kesusastraan nasional.  Yulyani mengalami perkembangan cukup pesat dan cukup produktif sejak berlatih bersama teman temannya di Komsas Simalaba.



Dari Redaksi:
Kami memberikan ruang kepada siapapun untuk berkarya. Bagi kami, kesusastraan nasional itu sesungguhnya adalah sebuah keberagaman; mulai dari sastra kaum pemula, sastra kaum tepi, hingga sastra kaum yg telah memiliki label nasional alangkah indahnya bila kita sepakat untuk dilihat secara bersama sama dan miliki tempat serta ruang yang sama pula untuk dihargai sebagai bagian dari corak warna dalam keberagaman. Sebab kita semua memiliki hak untuk hidup serta menemukan bentuk. Silahkan kirim karya anda ke email: riduanhamsyah@gmail.com atau inbox akun fb Riduan Hamsyah. (Salam Redaktur: Riduan Hamsyah)

Tidak ada komentar