HEADLINE

Puisi Karya M. Sarjuli

Photo Ilustrasi by Google

PUISI PUISI KARYA M SARJULI

IBUNDA

Bu, maafkan anakmu ini
bukan unuk hari ini saja, tetapi untuk setiap waktu yang telah kulalui tanpa mengingat nasihatmu.
Hari ini, di saat semua bicara tentang ibu mereka aku tersentak.
Tersadar akupun punya seorang ibu yang tersimpan di lipatan memori.
Maafkan aku.

Doamu yang kupinta serta ampunanmu yang kuharap,
aku tau marahmu tak pernah dari hatimu.
Aku tau bencimu hanya sekulit ari
dan aku tau kasihmu abadi.
maka untuk kesekian kali, maafkan aku.

Masih jelas kuingat bisikan lembutmu di telingaku saat kutertidur dulu,
masih terasa belaian lembut tanganmu mengelus kepalaku, tapi mengapa sempat kulupa dan hanya ingat pada marahmu saja?
Maafkan anakmu ini ibu.

Simpang Tiga, Air Hitam,
Lampung Barat, 12 Agustus 2016


BULU MERPATI

Pagi itu kulihat merpati tak berbulu,
duduk melamun sendirian serta pandangan kosong
parasnya cantik namun sesekali galak.
Lucu, bagaimana ia dibilang cantik?
Berbulu saja tidak.

Merpati jinak berubah menjadi elang beringas setiap orang mendekati.

Kutanya penduduk sekitar
dan mereka menjawab lirih,
"Ia tidak gila, ia hanya tertekan".
Ketika merpati cantik itu pulang mencari nafkah larut malam
sekelompok taruna melucuti bulu-bulu yang serasi dengan parasnya.

Semua raib,
bahkan tujuan pulang ke gubuk.

Hanya belas kasih raga berhati kapas yang masih mau memberinya makan dan pakaian sebagai pengganti bulu lamanya.

Simpang Tiga, Air Hitam,
Lampung Barat, 12 Agustus 2016


TERJEBAK DI ANTARA PEMBURU NAFSU

Senja hingga petang aku terkapar di antara para pemburu nafsu,
tak seorangpun menoleh bahkan memberi,
serta wajah-wajah puas setelah nafsu terpenuhi tidak pula mengingat akan saat mereka kelapara beberapa menit lalu,
dengan perut membuncit mereka melangkah dengan sombong.

Sedang aku masih duduk di terotoar menahan dahaga dan lapar sejak pagi.

Mentari tenggelam bersama dengan hilangnya mega meringankan sedikit keluh melawan surya, sedang aku tetap menahan lapar dahaga
lalu aku menelan liur di kerongkongan yang kering.

Tuhan, maafkan aku mengais rejeki di antara pemburu nafsu
sebab di tengah pencarian sesuap nasi aku mengerti ada bagianku di antara manusia pemburu nafsu ini.

Simpang Tiga, Air Hitam,
Lampung Barat, 12 Agustus 2016


TOLONG KABARKAN

Hey kau angin!
Kabarkan pada awan di atas sana
tentang reranting yang tertunduk layu
dahan yang meranggas
serta pepohon terjemput ajal
tersembelih gergaji mesin tanpa perlawanan.
Lalu, hutanpun gundul, tanah kering kerontang
sebabkan ekosistem porak poranda
dan bencana mengintai disetiap dekitnya.

Simpang Tiga, Air Hitam,
Lampung Barat, 14 Agustus 2016


BAMBU

Bambu,
izinkan aku belajar darimu,
dalam satu batang terdapat beberapa ruas yang terpisah namun mengkuatkan.
Begitupula ingin cintaku walau seribu tabir yang menghalangi tetap dalam satu ikatan cinta.

Bambu,
kau tumbuhan hebat, rerantingmu tajam menusuk satu sama lain. Dan tak ada permusuhan di antara kehidupanmu.
Seperti itu harapanku kepadanya,
keegoisan yang menyertai cinta kuharap tak ada benci saling melukai hati.

Simpang Tiga, Air hitam,
Lampung Barat, 12 Agustus 2016


Tentang M.Sarjuli : 
Tinggal di Simpang Tiga, Air Hitam, Lampung Barat. Menyukai puisi sejak kecil dan tergabung di KOMUNITAS SASTRA SIMALABA sebagai pengurus.

Riwayat pendidikan
SDN 01 Sumber alam
SMPN 02 Way Tenong
SMAN 01 Way Tenong

Kontak Hp, Whatsapp, Imo : 0856-6874-6199
Facebook : Muhammad Sarjuli
Email : Sarjuli46@gmail.com


Dari Redaksi:
Kami memberikan ruang kepada siapapun untuk berkarya. Bagi kami, kesusastraan nasional itu sesungguhnya adalah sebuah keberagaman; mulai dari sastra kaum pemula, sastra kaum tepi, hingga sastra kaum yg telah memiliki label nasional alangkah indahnya bila kita sepakat untuk dilihat secara bersama sama dan miliki tempat serta ruang yang sama pula untuk dihargai sebagai bagian dari corak warna dalam keberagaman. Sebab kita semua memiliki hak untuk hidup serta menemukan bentuk. Silahkan kirim karya anda ke email: riduanhamsyah@gmail.com atau inbox akun fb Riduan Hamsyah. (Salam Redaktur: Riduan Hamsyah)


Tidak ada komentar