HEADLINE

Puisi Karya Muhammad Sarjuli


PUISI PUISI KARYA MUHAMMAD SARJULI

INI JANJIKU UTI

Umur telah berjalan bahkan mungkin berlari saat ini
selalunya bertambah
tanpa bisa kita tahan walau sejenak,
kelak kau akan keriput kemudian menua
letih, lelah dan berpasrah.
Itu pasti dan tak mungkin untuk dipungkiri
namun jangan berkecil hati uti,
akupun akan menua
keriput serta melemah jua.

Ketahuilah
aku akan selalu ada di sisimu
untuk setia menemanimu
dada kurusku ini akan selalu siap untuk sandaranmu uti,

coba lihat yang di sana
tua, keriput, lelah serta lemah
namun ia terus berjuang hari demi hari
selalunya bertahan walau kuyakin ia ingin segera menutup mata.

Yakinlah uti
aku tak akan pernah pergi,
kecuali Tuhan yang memanggilku untuk mendahuluimu.

Simpang Tiga, Air Hitam, Lampung Batat, 25 Agustus 2016



KISAH BIASA

Kuhentikan tanya tentang apa yang kuingat darimu,
sedih tak pernah memaksa tetesan air mata, tawa tak pernah merangkul bahagia.

Ini tentang kita
yang tak mempunyai arca bahagia
benci yang tak memiliki prasasti
karena rasa ini kisah biasa
seperti udara yang terhirup lalu terbuang
seperti itulah rasa yang tak memiliki ruang dikeabadian.

Simpang Tiga, Air Hitam, Lampung Barat, 21 Agustus 2016



KISAH NEGERIKU

Risau camar melebihi gemuruh gelombang
batu karang tetap saja diam
sementara pasir dan kerikil maju mundur tersapu ombak
lalu desir pelepah kelapa membuat ciut hati
kutanya langit dia bisu
berlari aku ke tepi pantai berharap matahari mau menjawab
resahku melebihi camar kala itu
saat matahati memilih lengser dari jabatanya hari itu.
Hati rasa bukan takdir Tuhan.

Simpang Tiga, Air Hitam, Lampung Barat,23 Agustus 2016



LUCUNYA NEGERIKU

Negeriku lucu,
bagaimana tidak menteriku dari negara asing
ya, walaupun hanya tiga hari menjabat tetap saja tercatat dalam sejarah meskipun tidak dibukukan.

Dalihnya dia lahir di Padang besar di Indonesia dan makan Rendang
tetap saja jika sudah menganti baju adat menjadi jas bukan lagi anak bangsa.

Negeriku lucu,
saat semua keputusan terucap mereka masih memperdebatkan
entah ingin mencari yang benar atau salah mungkin solusi tapi bisa juga saling menjatuhkan.

Negeriku lucu
saat kesalahan dipersoalkan untuk kepentingan politik Partai Politik.

Negeriku lucu
karena sampai saat ini aku masih terpingkal mendengarnya.

Negeriku lucu, bagaimana dengan Negerimu?

Simpang Tiga, Air Hitam, Lampung Barat, 22 Agustus 2016



SIMALABA RUMAH KITA

Amatilah tukang tukang bekerja
membangun pondasi rasa
perbandingan material daya menyeimbang karsa mengikat cipta.

Inilah rumah kita berlantai karya,
berdinding puisi beratap sastra
bertiang seni berjendela segala rupa

Inilah rumah berjiwa rindu tersekam cinta
bersenandung lara dan rindu berbunga karya.

Layaknya aku merindu pulang
ketika lelah berpetualang.

Coba lihat rumah sastra kita kawan berperabot karya
berhias kata indah dimakna

hey. Engkau yang duduk disana
mari merapat akrabkan jiwa dan susun kekata mari sambung cerita ukiran tinta.

Simpang Tiga, Air Hitam, Lampung Barat, 24 Agustus 2016

Tentang M Sarjuli: Tinggal di Simpang Tiga Air Hitam-Lampung Barat. Menyukau puisi sejak bergabung di Komsas Simalaba sebagai pengurus.

Dari Redaksi:
Kami memberikan ruang kepada siapapun untuk berkarya. Bagi kami, kesusastraan nasional itu sesungguhnya adalah sebuah keberagaman; mulai dari sastra kaum pemula, sastra kaum tepi, hingga sastra kaum yg telah memiliki label nasional alangkah indahnya bila kita sepakat untuk dilihat secara bersama sama dan miliki tempat serta ruang yang sama pula untuk dihargai sebagai bagian dari corak warna dalam keberagaman. Sebab kita semua memiliki hak untuk hidup serta menemukan bentuk. Silahkan kirim karya anda ke email: riduanhamsyah@gmail.com atau inbox akun fb Riduan Hamsyah. (Salam Redaktur: Riduan Hamsyah)

Tidak ada komentar