HEADLINE

Puisi Karya M Sarjuli


PUISI PUISI M SARJULI


MALAM DI KOMSAS SIMALABA

Tegang sekali kalimat kita malam ini
ketika
kata tak mampu ungkapkan rasa.
Dalam sekejap sepi yang terus saja bicara.
Ya. Tentang sebuah puisi yang terus berputar membuat pusing kepala
sementara pena kugenggam
dan tak menghasilkan karya.

Di KOMSAS, kekatamu tajam, dan mereka terbelalak
terbawa emosi yang teramat resah.

Kukira, malam ini komunitas seperti kemarin.
Ternyata tidak.

Simpang Tiga, Air Hitam, 03 Agustus 2016



DOA UNTUK MAWAR

Dimana keharuman mawar? Pagi ini aku tidak menciumnya,
sekedar menikmati harum semerbak dari sekuntum mawar
dan terpesona dengan keindahanya.

Jika benar, siapa taruna yang mencuri mahkota mawar?
Mentari pagi ini menyilaukan pandanganku
sebab mata ini samar untuk melihat.

Oh pertiwi, yang terusik keharuman
terjunjung tinggi dan hancur karena sebuah nama beri tau aku.

Hemmm, mungkin ini teguran agar lebih tegas dan bijak, tapi bagiku ini cambukan serta hinaan.

Semoga seusai ayam pergi dari kandang dan mencari makan di bumi pertiwi
tidak akan ada lagi mawar yang layu di esok hari.

Simpang tiga, Air hitam, 01 Agustus 2016



NASIHAT AYAH

Kita semua tau hidup ini sumir.
lalu, apa yang kau persiapkan?
Bukalah lipatan kertas
baca dan pahami
agar kau tau kemana arah pena yang kau genggam.

Simpang Tiga, Air Hitam, 02 Agustus 2016



KUTUNGGU DI BANGKU KEMARIN

Keheningan tanpa desir
tak seperti biasa
ada apa malam ini?
Kemana angin yang selalu ciptakan gigil?
Aku hanya ingin kita bersua
akrab seperti kemarin.

Celoteh keluhmu selalu gerakan saraf-saraf pikirku,
tersemat pula banyolan yang paksa
menarik tulang rahang ciptakan senyum dan tawa.

Kutunggu kau malam ini, dimana kita duduk bersama kemarin malam.

03 Agustus 2016, Simpang Tiga, Air Hitam.



GERAK TAK BERANJAK

Jika sulit megerti,
akupun berjalan mengelilingi lingkaran
menunggu amaran dalam sastra
demi temukan arah tinta hitam yang tergeletak di atas meja.

Simpang Tiga, Air Hitam, 03 Agustus 2016



ISI HATI SITI NURBAYA

Kamu tau apa isi hati ini
meski tertutup kesakralan.

Harapan dicuri,
Ya! Orang yang kini bersamaku
bukan hanya dia tapi orang tuaku ikut andil.

Ketidak nyamanan kurasa semakin syarat
jatuh air mata disetiap malamnya.

Lentera ini tetap aku jaga meski kian hari membakar dinding hati.

Tak pernah ada yang tau keinginan hati,
meski semua orang mendengar dan melihat.

Simpang Tiga, Air Hitam, 02 Agustus 2016



CAHAYA LENTERA

Kobaran hati mu terasa hangat sesakan ulu hati
aku tau kau tersinggung.
Terdiam,
memutar otak mencari celah kebenaran,
ini tahapan menjadi dewasa
setitik kesalahan pancarkan sinar pengetahuan
membuka mata gelapnya malam.

Simpang Tiga, Air Hitam, 01 Agustus 2016

Tidak ada komentar