HEADLINE

Puisi-Puisi Karya Aan Hidayat

Ilustrasi : google
PUISI PUISI AAN HIDAYAT


MUNGKIN HANYA PUISI


Mungkin hanya dengan puisi
telinga mendengar jerit bingar anak dunia
mata mampu menatap sendu gelisah sang peluru.


Di saat hidangan perang tersuguh resah
rintih kelaparan serasa senyum.


Yaa, mungkin hanya dengan puisi, hati berdoa berbaur aroma hangus daging hidup dibalik peluru berlumur pilu.


Gunung sugih liwa, 16 Juni 2016


BENCANA DI NEGERIKU


Wahai kawan dan semua yang mendengar.
Dengarlah.!
bumi ini berteriak
laut pun meronta.


Adakah hati sudi tuk lihat ini
adakah jiwa sudi tuk membaca
adakah rasa empati tentang nya.


Murka alam melanda negri kita kawan
apakah ini hanya kepedihan
apakah ini hanya berita tentang air mata


Tidak sobat.!
Coba kau buka sampul biru
dan fatwa akan bencana yang melanda nusantara.


Gunung Sugih, 16 Juni 2016

RATAPAN DI RANTAU


Sobat lihatku di sini
terpuruk lesu
dengan berjuta rasa.


Semestinya bahagia
bersama kalian di hari itu
namun diri ini
hanya bercumbu dengan air mata


Sobat,
adakah ruang untuk ku berbagi
tentang  kisah yang kujalani.


Sungguh,
bukan bagian cita-citaku
mengapa aku di sini.


Namun hasil perniagaan kacau
yang kemarin silam
paksa diri arungi samudera lara.


Gn sugih liwa, 15 Juni 2016


AYAH


Ayah.
Dari tetes keringat darahmu
aku, kau besarkan
dari peluh perih dan dahagamu
jiwa ini terbangun.


Entah apa yang dapat kuberikan
untukmu, selain dari doa?


Budimu selayak bumi
kasihmu seraya langit.


meski jasad mu kini entah di mana
ku kan pikul asamu
meski harus berkalang tanah.


13 Juni 2016

MENEMUI SUNYI


Tersandar di beranda sunyi
bergumul dengan imaji.


Asap tipis menghias di kelopak mata
bersanding secangkir kopi
pahit suasana.


Anganku akan istana kasih
yang tak sempat menjelma
sisakan ragu dalam langkahku.


Butiran rindu yang kian beku
menjadi tirani hidup


12 Juni 2016

Tentang Penulis: Aan Hidayat Tinggal di Gunung Sugih Liwa Lampung Barat. Ia salah satu aktivis pemuda yang ikut merintis berdirinya sebuah kantung berkesenian di Kab. Lampung Barat Bernama Komsas Simalaba. Aan bersama sejumlah seniman di Lambar yang mencintai sastra bertekad untuk memberi warna kesusastraan di wilayah ini.

Tidak ada komentar